Mungkin selama ini tidak banyak wanita yang dekat dengan Theo, makanya orang-orang terdekatnya mengira kalau Theo menyukai Anisa.Namun cinta yang didambakan Anisa adalah cinta yang saling menghormati, bukan saling mengekang.Sesampainya di rumah, pengawal turun duluan dan bergegas melapor kepada Theo. Pengawal takut Theo mengamuk, makanya dia menjelaskan, "Tadi Nona sudah menjelaskan semuanya di mobil. Nona sengaja memanfaatkan nama Leo untuk menguji akurasi alat pendeteksi kebohongan."Anisa sedang melepaskan sepatu. Samar-samar, dia dapat mendengar pembicaraan di antara pengawal dan Theo."Nona juga bilang bukan sengaja ingin membuat Tuan marah," pengawal lanjut menjelaskan."Dia tidak punya mulut? Sampai harus kamu yang menjelaskan?" tanya Theo.Pengawal pun bergegas pamit dan pergi. Ketika berpapasan dengan Anisa, pengawal memelototinya, seolah sedang memperingatkannya untuk membujuk Theo.Anisa selesai berganti sepatu, lalu berjalan ke ruang tamu dan duduk di depan Theo. Anisa me
Anisa berpikir, bagaimana kalau wanita itu belum mati? Berarti Anisa adalah selingkuhannya Theo?Jika wanita itu sudah mati, berarti Anisa hanya dijadikan sebagai pelampiasan? Tidak peduli apa pun alasannya, Anisa merasa agak menyedihkan.Di saat Anisa sedang melamun, pikiran Theo juga sedang mengembara ke mana-mana."Anisa, apa yang kamu sukai dari Leo?" tanya Theo sambil mengeluarkan sebatang rokok."Aku sudah nggak suka." Suara Anisa terdengar lesu.Kalau bukan karena sikap Theo yang meluka, Anisa mungkin akan terus menggunakan Leo untuk membuat Theo marah.Meskipun terkesan kekanak-kanakan, Anisa harus membuat perlawanan agar Theo tidak terus menindasnya sesuka hati.Theo selalu marah bahkan hanya karena hal kecil sekalipun. Kalau Anisa tidak melakukan sedikit perlawanan, mungkin dia bisa depresi."Kamu sudah sadar dia cuma pecundang?" Theo mengambil rokok, tetapi tidak menyalakannya."Selain uang, apakah di otakmu nggak ada hal lain?" Anisa bertanya balik. "Waktu Theo mendekatiku,
Pameran lukisan? Konser musik?Apa yang terjadi kepada Theo?"Wanita berusia sekitar 20 suka yang seperti apa? Kamu tentukan sendiri," jawab Theo."Baik, Pak. Aku kabari setelah dapat tiketnya." Sepertinya Eden baru mendapatkan pencerahan.Keesokan hari.Di Tera Group.Hari ini Theo tidak datang ke kantor karena sedang ada urusan sehingga Eden dan Sabai bisa bergosip secara bebas."Tidak dibilang pun aku tahu, Pak Theo pasti mau mengajak Anisa ke pameran lukisan atau nonton konser musik." Eden tertawa sambil menggelengkan kepala. "Entah apa yang terjadi sama mereka, cepat banget perkembangan hubungannya. Padahal kemarin aku masih khawatir kalau mereka akan bercerai."Sabai mengernyit sambil coba menganalisa. "Sepertinya karena sudah pernah tidur bersama. Kamu tahu sendiri sekeras apa hati Theo, tapi dia sudah pernah merasakan kenikmatan tubuh Anisa. Walaupun membenci Anisa, Theo tetaplah laki-laki, ada hasrat yang perlu dilampiaskan.""Kalau Clara tahu, dia pasti bisa gila," jawab Eden
Pengawal bergegas menarik Anisa keluar dari ruangan.Keributan ini menyebabkan Theo, Profesor Carmen, dan asistennya menoleh ke arah pintu.Begitu melihat Anisa, Theo bangkit berdiri dan bertanya, "Anisa? Kenapa kamu ada di sini?"Anisa mengempaskan tangan pengawal, lalu merapikan pakaiannya dan masuk ke dalam ruangan."Aku cari Profesor Carmen. Kamu juga cari Profesor Carmen?" Anisa berjalan ke hadapan Theo, tatapannya terlihat penuh kecurigaan.Profesor Carmen mengamati interaksi di antara Theo dan Anisa, lalu bertanya, "Kalian saling kenal?"Anisa hendak menjawab, tetapi Theo mendahuluinya. "Profesor, aku masih ada urusan. Pembicaraan ini mohon dirahasiakan.""Tenang saja, aku tahu etika kedokteran," jawab Carmen."Aku pamit dulu." Theo membalikkan badan dan pergi.Ketika melewati Anisa, Theo cuma meliriknya tanpa berkata apa-apa.Anisa terlihat kebingungan, kenapa Theo tidak menjawab pertanyaannya? Ditambah, pembicaraan di antara Theo dan Carmen juga terdengar misterius."Kamu menc
Anisa tersenyum kecut. "Aku dipaksa. Waktu keluargaku kekurangan uang, ibuku memaksaku menikah demi mendapatkan maharnya. Sampai sekarang aku belum bercerai.""Apa? Ibu tirimu keterlaluan! Anisa, kenapa kamu nggak kasih tahu aku? Kita bisa melaporkan tindakannya ke polisi." Sania tidak menyangka Anisa mendapatkan perlakuan sekejam itu."Nggak separah yang kamu bilang sih. Umur kami nggak berbeda jauh, bisa cerai kapan saja." Anisa berusaha menenangkan Sania.Namun Sania tetap emosi. "Kasih tahu aku, siapa? Siapa suamimu? Aduh, kok aku merasa canggung ....""Aku kasih tahu setelah aku cerai." Anisa tidak berani mengatakan siapa suaminya."Nggak, kasih tahu sekarang!" Sania memaksa.Anisa tahu bagaimana karakter Sania. Kalau Anisa memberitahunya sekarang, Sania pasti akan pergi menemui Theo.Hubungan Anisa dan Theo memang kurang bagus, Anisa tidak mau memperburuk keadaan."Sania, lebih baik bantu aku cari tahu soal Vanzoe dulu. Tenang saja, aku pasti akan memberitahumu siapa suamiku." An
"Nggak tahu," jawab pengawal yang mendengar Anisa bergumam.Anisa menarik napas panjang sambil melihat ke sekeliling. Dia agak panik karena Sania juga mengajaknya untuk menonton konser ini, tetapi Anisa malah menolaknya. Alhasil, Anisa malah datang sendiri ....Namun Anisa bukan sengaja menolak ajakan Sania, Theo yang membawanya ke sini.Bagaimana kalau Anisa bertemu dengan Sania di sini? Bukankah suasana akan menjadi canggung?Telapak tangan Anisa berkeringat dingin. Dia berharap jangan sampai bertemu dengan Sania.Aula musik begitu besar, mereka tidak mungkin kebetulan duduk berdekatan, 'kan?Eden memesan seluruh bangku yang ada di barisan depan. Sesaat memasuki aula, Anisa melihat Theo yang duduk di baris depan.Theo memancarkan aura dingin yang membuat orang takut mendekatinya. Pertunjukan masih belum dimulai, Theo duduk di bangku sambil memainkan ponselnya.Kedua kaki Anisa terasa berat, rasanya dia tidak sanggup berjalan.Apa yang terjadi dengan otak Theo? Kenapa dia mengajak Ani
Namun ada satu hal yang mengganjal di hati Theo ....Kenapa Anisa takut ketahuan? Dia malu datang bersama Theo?Tak berapa lama konser pun dimulai. Perlahan-lahan Anisa mulai merasa lebih rileks. Untung saja Sania tidak melihat Anisa.Anisa penasaran Sania duduk di mana. Dia ingin menoleh ke belakang, tetapi akal sehat mencegatnya agar tidak berbuat gegabah.Sania dan salah satu temannya duduk di baris kelima."Siapa yang duduk di baris pertama? Membeli tempat sebanyak itu, tapi yang duduk cuma bertiga, boros banget," Sania berbisik kepada teman yang duduk di sampingnya."Pasti orang kaya. Baris kelima saja harganya 2 juta lebih, apalagi baris pertama? Pria yang duduk di tengah itu pasti orang kaya, terus wanita yang duduk di dekatnya adalah pacarnya. Pria kekar yang duduk agak jauh adalah pengawal mereka."Analisis temannya terdengar masuk akal. Sani menganggukkan kepala."Wanita itu agak mirip sama sahabatku ...," Sania bergumam sambil memperhatikan punggung Anisa."Mukanya saja ngga
Jantung Anisa berdegup kencang setiap memikirkan kemungkinan ini.Apakah Theo benar-benar menyukai Anisa? Kalau tidak suka, kenapa Theo bersedia melakukan hal yang dianggap konyol?Sekujur tubuh Anisa bergidik, dia pun mengusap perutnya secara spontan. Kandungannya sudah berusia 3 bulan ....Selama beberapa bulan ini Anisa sangat menjaga makan, makanya badannya tidak terlihat seperti orang hamil.Bagaimana saat kandungannya menginjak usia 5 bulan, 6 bulan, dan seterusnya? Apakah dia masih bisa menutupi kehamilannya?Cepat atau lambat rahasia ini pasti akan ketahuan. Bagaimana kalau Theo mengetahui kehamilan Anisa sebelum mereka bercerai?Anisa berjalan sendirian. Sekujur tubuhnya terasa mati rasa, bahkan angin yang bertiup kencang pun tak membuatnya merasa dingin.Anisa tidak tahu bagaimana menjelaskan perasaannya terhadap Theo. Seperti jawabannya tadi malam, Anisa tidak berani menyukai Theo karena dia terlalu kejam dan mengerikan.Namun Anisa juga bukan sepenuhnya tidak menyukai Theo