Share

Chapter 2

Hari berikutnya di kediaman Alden, ia baru saja mandi saat Daniel orang kepercayaan dan sahabatnya mengatakan bahwa ada seseorang yang sedang membutuhkan pekerjaan lalu dia menawarkan tubuhnya pada Alden, asalkan Alden mau menuruti beberapa syarat darinya.

"Syarat? Belum ketemu saja sudah meminta syarat, lagian kan dia yang menawarkannya ,,bukan aku yang meminta,,, siapa dia?" tanyanya pada Daniel."

"Dia bernama Rania ini fotonya, dan ini beberapa syarat yang dia minta." Jawab Daniel lalu menyerahkan beberapa berkas dan foto padanya.

Alden mengamatinya cukup lama dan tak lama dia pun menyuruh Daniel untuk membawa Rania ke rumahnya Alden.

"Nanti malam jemput dia dan suruh dia ke kamar tamu" titah Alden pada Daniel.

Lihat nanti apa yang akan dia berikan sampai-sampai meminta syarat begini padaku, ucap Alden dalam hati.

   *****

Daniel memberi menelepon Martin, untuk memberitahu kalau Alden meminta Rania untuk kerumahnya.

"Halo, tin Boss gue mau Rania kerumahnya nanti malam!" ucap Daniel setelah teleponnya tersambung dengan Martin.

"Oke gue telpon Rania sekarang, biar nanti dia siap-siap." 

"Iya Lo kirim alamatnya dia aja nanti biar gue jemput." 

"Oke...."

Lalu Daniel mematikan teleponnya tanpa menunggu Martin menyelesaikan bicaranya.

"Dasar kebiasaan belum selesai ngomongnya main matiin aja..." Martin menggerutu sendiri karena Daniel mematikan teleponnya tanpa menunggunya selesai berbicara. Kemudian dia mencari kontak Rania untuk memberitahu kalau nanti malam dia di jemput oleh Daniel untuk kerumah Bossnya.

Malamnya, sesuai dengan janjinya, Rania dijemput langsung oleh Daniel dan diantarkan ke kamar tamu sesuai perintah Alden. Awalnya Rania tidak percaya saat Martin memberi tahukan Alden menyetujui syarat yang diberikan Rania.

"Kau tunggu disini sebentar lagi tuan Alden akan datang." ucapnya pada Rania.

Rania hanya mengangguk saja, karena dia sedang gugup memikirkan nasibnya.

Kamarnya cukup luas untuk sekedar kamar tamu. Interiornya juga sangat lengkap dan elegan. Kamar ini di cat dengan warna putih yang cukup terang.

Saat Rania sedang melihat-lihat, tiba-tiba saja pintu terbuka membuatnya kaget saat ada laki-laki yang sangat tampan dengan rahang yang tajam dan tatapan seperti elang memasuki kamar.

Dan juga tubuh atletisnya yang tercetak di kaos putih polos yang dia pakai, membuat Rania menelan salivanya. 

"Kau yang bernama Rania?" tanya Alden yang membuatku tersadar dari lamunanku.

"Iya benar saya tuan." Jawab Rania dengan menundukkan kepalanya.

"Hmm apa bayaran yang kau berikan padaku jika aku memenuhi syarat mu?" tanya Alden dan mengangkat dagu Rania dengan telunjuknya.

"Apa kau bisa memuaskan ku di ranjang?" Lanjut Alden dengan tatapan dingin nya.

Rania menelan salivanya. Dia gugup dan merasa terintimidasi oleh Alden. Lalu Rania berusaha menjawab pertanyaan Alden dengan sedikit terbata,

"S...sa...saya, saya bisa menjadi pelayan anda tuan," ucap Rania dengan terbata.

"Saya sudah mempunyai banyak pelayan," balas Alden.

Rania hanya diam saja, dengan kepala menunduk.

Alden terdiam, dan langsung menarik Rania kedalam dekapannya.

"Mari kita mulai..." 

"Tu...tuan....." sebelum Rania menyelesaikan ucapannya Alden segera mencium bibir Rania dan melumatnya beberapa saat.

Rania melotot tak percaya dengan apa yang terjadi. Karena ini adalah first kissnya dan Alden yang mengambilnya, harusnya dia berikan pada suaminya kelak.

Sebenarnya Rania sudah siap menghadapi hari ini dan kehilangan semuanya, dia fikir setelah bertemu dengan Alden ia sedikit bernegosiasi. Tetapi, dugaannya salah.

Rania tidak membalas ciuman Alden, dia hanya diam dengan kedua tangannya berada di samping kiri dan kanan karena gugup. Dan Rania juga belum pernah berciuman sebelumnya.

Karena kesal tak ada balasan sedikitpun dari Rania, Alden melepaskan ciumannya dan menatap tajam gadis itu.

"Kenapa kau tidak membalas ciumanku?" pungkas Alden tajam.

"Ma...maaf tuan...sa...saya belum pernah ci...." 

"Buka mulutmu!!" ucap Alden dan  Rania membuka mulutnya.

"Lebih besar lagi!!" Alden mulai geram dengan Rania dan langsung mencium Rania lagi.

Rania sedikit menggerakkan lidahnya, dan saat dirasa Rania mulai kehabisan nafas Alden langsung melepas ciumannya.

Apa-apaan ini setelah mengambil first kissnya dan memaksanya berciuman, tak ada manis-manisnya sama sekali, ucap Rania dalam hati.

"Kenapa kau seperti tidak pernah berciuman saja si!?" bentaknya pada Rania.

"Maaf tuan sa...saya memang tidak pernah berciuman." Jawab Rania dengan sedikit gugup.

Yang benar saja?, tanya Alden dalam hati.

"Saya tidak percaya!" ucap Alden pada Rania sambil meneliti dari atas sampai bawah. 

Alden memperhatikan Rania.

Tetapi di lihat dari matanya si kaya nggak bohong, ucap Alden dalam hati.

"Benar tuan bahkan saya tidak pernah berpacaran, dan saya tidak punya waktu untuk itu..." 

Ada sedikit rasa bahagia dalam dirinya karena semuanya yang ada pada Rania dia yang pertama kali.

"Apakah kau masih perawan?" Rania kaget dan manatap Alden dengan melotot.

Alden bukanlah lah lelaki bodoh. Jantung Rania berdetak lebih kencang. Ia tak menyangka dengan pertanyaan Alden.

Alden menyeringai dan membuat Rania sedikit melangkah mundur.

"Kau hanya diam, jadi dugaanku benar?" ucap Alden dan melangkah maju mendekati Rania.

"Dan karena itu juga kau memberikan syarat itu padaku?" lanjut Alden.

"Tu...tuan." Rania sudah menghimpit tembok dan Alden masih saja terus mendekat sampai tidak berjarak dengan Rania.

"Kenapa kau menghindar?" 

"Tu...tuan itu...anu..."

"Aku tanya sekali lagi kau masih perawan?" kali ini Rania dibuat bungkam oleh Alden, dan tidak ada pilihan lain sehingga dia mengangguk dengan pasrah.

"Maafkan saya tuan, saya tidak punya pilihan lain, saya membutuhkan uang, dan saya..." 

"Ckk! alasannya selalu sama. Butuh uang, berapa banyak uang kau butuhkan sampai kau rela menjual keperawanan padaku?" tandas Alden pada Rania.

Rania terdiam, Benar juga ia akan dianggap tidak waras oleh Alden.

"Kau tau aku tak bermain dengan perawan, dan j*****gku tidak pernah ada yang perawan." ucap Alden.

"Tapi tuan, saya membutuhkan uang.! dan saya tidak punya pilihan lain...." ucap Rania putus asa.

"Kau bisa mencari pria lain yang mau membeli keperawananmu!!" geram Alden.

"Tapi tuan..." Rania terdiam,

Alden berfikir sejenak dan berucap,

"Dan ciuman tadi adalah ciuman pertamamu..."

"Maafkan saya tuan..."

"Wah, wah, wah jadi kau ingin membuatku sebagai pria yang mengambil semuanya darimu?, dan tadi aku sudah mengambil ciumanmu dan apakah aku harus mengambil perawanmu juga?" tanya Alden ambigu.

"Ma..maaf tuan," ucap Rania.

"Maaf...maaf...maaf terus yang kau ucapkan!!" bentak Alden.

Rania memejamkan matanya karena ketakutan. 

"Okelah kau mau uang?, Akan aku berikan uangnya dan kau puaskan aku sekarang juga! Jika aku tidak puas kau harus mlakukannya sampai aku puas, apa kau paham?" tandas Alden, Rania menunduk dan mengangguk.

Ini adalah hal gila yang Rania lakukan, tetapi dia tidak punya pilihan lain. Dan dia juga membutuhkan uangnya.

Dia belum pernah melakukan hal ini sebelumnya dia hanya pernah menonton film-film panas yang pernah dia tonton.

Semua hal tentang memuaskan pria hanya pernah ia lihat dalam film-film panas yang ada di internet.

Tetapi, jika memperagakannya langsung entahlah Rania tidak tahu apakah bisa apa tidak. Rania hanya mampu menelan salivanya dengan susah. Dia berpikir apakah setelah ini akan baik-baik saja, dia tidak tahu kedepannya bagaimana.

Yang jelas saat ini dia hanya bisa berdoa untuk kedepannya, dan sekarang tugasnya adalah membuat Alden puas dan dia bisa mendapatkan uangnya.

Alden tiba-tiba mencium Rania lagi dengan sedikit brutal tetaapi masih lembut, lebih tepatnya memaksa. 

"Balas ciumanku," titah Alden pada Rania.

Lalu kembali mencium Rania lagi, kali ini dengan balasan dari Rania yang sedikit kaku, Alden sedikit puas.

Alden menggerakkan bibirnya untuk melumat bibir Rania. Melumat bibir tipis atas dan bawah secara bergantian dan seolah tidak mau lepas. Bibir Rania terasa manis di lidahnya saat Alden menjilatinya.

Tiba-tiba Alden menggigit bibir bawah Rania, membuatya reflek membuka mulutnya yang dimanfaatkan oleh Alden untuk lidahnya memasuki mulutnya kemudian bergelut dengan lidah Rania.

Mencium dan bermain dengan lidah Rania sepertinya akan menjadi candu bagi Alden. Karena terasa manis dan berbeda saat dia berciuman dengan yang lainnya.

Rania sedikit kehabisan nafas karena Alden, dan dia berharap Alden menghentikan ciumannya.

Tak lama kemudian Alden melepaskan ciumannya, dan di manfaatkan oleh Rania untuk menark nafas sebanyak-banyaknya.

Alden melihat bibir Rania yang membengkak karena ulahnya, dan itu membuatnya bernafsu melihat bibir merekahnya itu sedikit terbuka, membuatnya terkesan seksi dimata Alden.

Ini pengalaman pertama untuk Alden dengan seorang perawan, seperti yang ada di hadapannya saat ini. Yang terbuka saja baru di jamah pertama kali oleh Alden apalagi dalamnya, dan ini sangat luar biasa untuk Alden.

Ini pertama kali bagi Rania dan ini menjadi sensasi panas yang dia rasakan. Alden menuntun Rania ke ranjangnya, dan membaringkannya dengan perlahan di ranjangnya.

Alden kembali mencium bibir Rania, lalu bibirnya turun menjelajahi lehernya dan semakin turun. Alden mengangkat kaosnya dan melepaskan branya. Wajah Rania memerah karena malu, sebelumnya tidak ada laki-laki yang seperti ini pada Rania.

Jika bukan karena mendesak dan butuh uang Rania tidak akan melakukan hal ini.

"Tu...tuan..." Rania berucap lirih karena Alden menatap tubuh bagian atasnya tanpa berkedip.

"Panggil namaku jika kita sedang melakukan sexx." Sahut Alden tajam tanpa menatap Rania.

Tanpa menunggu jawaban Rania, Alden segera menjilati bagian tubuh atas Rania dengan lidahnya. Membuat Rania mengerang antara keenakan, geli, dan malu.

Darah Rania terasa mendidih yang membuat tubuhnya panas. Ini adalah hal pertama kali yang Rania rasakan justru dari seorang yang membeli kegadisannya bukan suaminya.

Rania sedikit pening karena ulah Alden. Pria itu bahkan tak memberikan Rania istirahat. Alden yang mendengar desahan Rania pun membuat nafsunya bertambah berkali-kali lipat.

Alden yang melihat Rania seperti itu pun menambah temponya pada bagian bawah Rania.

Rania pun merasakan sesuatu yang mendesak keluar dari bagian bawahnya, kemudian dia menjerit tertahan dan seketika tubuhnya bergetar hebat.

Alden yang melihat tubuh Rania bergetar pun tersenyum. Tapi ini belum apa-apa dia akan membuat semuanya begitu panas dan menggairahkan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status