Share

Chapter 4

Warning!!!

Hari ini hari minggu, sudah seminggu pula sejak kepergian Rania dari rumah Alden dan dia belum pernah ketemu lagi dengannya.

Alden merasa ada yang kurang dia selalu uring-uringan dan bawaannya ingin marah-marah terus.

Seperti Saat ini Alden sedang memimpin rapat di kantornya, dia tidak bisa fokus dengan apa yang di jelaskan oleh rekannya dia memutuskan untuk mencari hiburan, lalu menyuruh Daniel untuk menghandle rapatnya.

"Kau urus rapat ini sampai selesai." perintahnya pada Daniel.

"Kau mau kemana tuan?" tanya Daniel balik.

"Aku ada urusan mendadak," kemudian Alden beranjak dari duduknya dan keluar dari ruang rapat.

Alden berjalan memasuki mobilnya kemudian menstarter mobil tersebut lalu menjalankannya membelah jalan menuju club.

Dia akan mencari pemuasnya sendiri. Setelah sampai di club langganannya itu Alden memarkirkan mobilnya lalu berjalan memasuki club. Karena ini masih siang maka club tidak terlalu ramai.

"Hai Boss, mau ngapain?" tanya bartender basa-basi. Bartender itu adalah Martin temannya Rania.

"Menurut lo?" tanya Alden ngegas karena moodnya sedang tidak baik.

"Hehee....santai Boss," ucap Martin kemudian dia menyodorkan segelas wine pada Alden.

Alden meminum wine yang di sodorkan Bartender itu. Alden sudah menghabiskan beberapa gelas wine dengan kadar alkohol yang tinggi hingga akhirnya dia sedikit mabuk dan meracau dengan tidak jelas.

"Rania kenapa pikiranku selalu memikirkan kamu..." racau Alden. 

"Hah Rania? itu Rania temenku bukan ya?" tanya Martin yang mendengar racauan Alden.

"Rania...kamu sangat nikmat...hmmmm" Alden terus meracau lalu dia menelungkupkan kepalanya di meja bar.

Tiba-tiba Rania datang ke club yang di datangi Alden untuk bertemu dengan Martin. Saat Rania sampai dia tidak melihat Alden di meja bar karena dia menelungkupkan kepalanya.

"Hai, maaf ya telat." ucap Rania pada Martin.

"Its oke, gapapa gue masih lama pulangnya tenang aja." balas Martin sambil menyodorkan wine berkadar alkohol rendah.

Alden merasa mencium bau aroma Rania. Saat Alden mendongakkan wajahnya dan benar saja dia Rania.

Saat Rania sedang berbincang dengan Martin tiba-tiba ingin ke toilet.

"Aku ke toilet dulu ya." ucap nya pada Martin.

Martin hanya mengangguk saja, kemudian Rania berjalan menuju toilet.

Alden yang mendengar itupun langsung menyusul Rania ke toilet wanita. 

"Hey mau kemana boss!" teriak Martin.

Alden hanya melengos sebentar dan melanjutkan jalannya untuk menyusul Rania.

Alden menunggu Rania di depan toilet. Saat Rania akan keluar dari toilet dan kaget melihat ada Alden di depan toilet.

Rania menutupi mukanya dengan tas nya agar tidak katahuan Alden bagaimanapun dia masih merasa malu dengan Alden.

Kenapa bisa ada Alden di sini, tanyaku adalam hati. Kemudian ia berjalan perlahan keluar dari toilet.

Alden mengetahui itu Rania pun pura-pura tidak tahu.

"Eittsss...mau kemana kamu?" ucap Alden sambil merengkuh Rania dari belakang. Rania pun memberontak.

"Ngapain lagi si kamu? urusan kita udah selesai yah!" tandasnya pada Alden.

"Kamu dari mana aja si? Aku butuh kamu..." ucap Alden parau.

Tubuh Alden bereaksi hanya dengan memeluk Rania dari belakang. Alden mengendus-endus tengkuk Rania. Rania pun merasa geli.

"Lepas Al!, kamu ngapain si."

Alden langsung membalik tubuh Rania dan mencium bibirnya dengan penuh nafsu. Alden m*******g saat merasakan bibir Rania.

Rania memberontak tetapi usahanya sia-sia karena tenaganya lebih besar Alden.

Alden menahan pinggang Rania lalu menuntunnya ke kamar di club itu dan menahan tengkuk Rania untuk memperdalam ciumannya.

Setelah sampai di dalam kamarnya Alden melemparkan Rania ke atas ranjang dan bergegas untuk mengunci pintunya. Alden menindih tubuh Rania di atas ranjang Nia tak membalas ciuman Alden, ia pun geram lalu menyingkap dress yang Rania pakai dan melepaskan celana dalamnya.

Rania menendang-nendang Alden tapi di tahan oleh kaki Alden, Alden mulai memainkan tangannya di l*****g Rania dan meremas payudara nya membuat Rania terpekik.

Alden mulai tersiksa dengan yang dia lakukan. Adik kecilnya sudah menegang dengan sempurna dan membuatnya nyeri.

Tetapi dia masih ingin bermain-main dengan Rania yang sudah membuatnya candu. Padahal dia baru sekali menyentuhnya tetapi respon di bagian bawahnya tidak terduga.

"Gghhhhmmmm...." Rania melenguh yang semakin membuat Alden menegang.

Rania mulai menikmati permainan Alden di tubuhnya yang sudah telanjang. Ciuman mereka terlepas. Alden memandang wajah Rania yang sudah memerah oleh gairahnya. Mereka sama-sama kehabisan nafas.

"Kau sangat seksi saat berada di bawahku..." bisik Alden di depan wajah Rania.

Rania tak menjawabnya dan dia hanya menikmati permainan Alden pada tubuh bagiaan bawahnya.

Alden mengelus kewanitaannya membuat wanita itu memeluk Alden dengan erat. Tubuhnya menggelinjang menahan sensasi yang Alden ciptakan.

Rania mendesah kenikmatan semakin membuat Alden menegang. Apalagi saat dia memasukkan jari tengahnya kel****g Rani yang sudah basah dan mengocoknya kuat, membuat Rania semakin erat memeluk Alden.

Alden mencium bibir Rania, Rania semakin tidak tahan karena Alden semakin menambah kecepatannya. 

"Al...Alden stop!!!" Rania memegang tangan tangan Alden, namun tak bisa ia hentikan.

Jemari Alden terus mengocok tanpa ampun hingga Rania mencapai pelepasannya tubuhnya bergetar hebat dan berteriak.

Tubuhnya masih bergetar. Wanita itu memeluk erat Alden. Tangan Alden masih berada di kewanitaan Rania.

"Sekarang giliranmu memuaskanku." bisiknya di telinga Rania.

Rania hanya diam, kemudian Alden melepaskan tangannya dari kewanitaan Rania, dan menjilati sisa-sisa pelepasan Rania yang menempel di jarinya itu.

Alden melepaskan celananya dan mengeluarkan kejantanannya lalu mengarahkan tangan Rania padanya.

"Ayo Nia..." bisik Alden dengan sedikit mengerang karena Rania memaju mundurkan tangannya. 

Rania wajahnya sedikit memerah, karena dia baru pertama kali memegang kejantanan seorang pria. Alden mengerang nikmat sambil sesekali menggigit leher Rania membuat wanitanya mendesah.

"Aku sudah tak tahan...Ohh shitt." Alden meraih kedua paha Rania dan melepaskan tangannya dari kejantanan Alden lalu membukanya lebar-lebar membuat bibir kewanitaan Rania terbuka lebar. 

"Al..." pnggil Rania parau.

Alden mengurut kejantanannya lalu mengarahkannya pada kewanitaan Rania.

"Alden...ahhh...hmmmm..." Rania mendesah nikmat saat ujungnya menggosok-gosok bibir kewanitaannya.

Lalu dengan tiba-tiba Alden mendorongnya masuk dan membuat Rania terpekik kaget. 

"Al...." teriak Rania yang meringis kesakitan meskipun ini kali keduanya Alden memasukinya tetapi Rania masih sakit. Kewanitaannya terasa penuh oleh kejantanan Alden yang besar menurut Rania.

Lalu mereka baru berhenti saat Alden mencapai pelepasan yang kedua.

Rania memeluk Alden dengan erat. Miliknya masih perih akibat kegiatan nya tadi.

Rania meregangkan pelukannya pada Alden dan tangannya masih berada di lehernya. Entah siapa yang memulai lebih dulu, keduanya berciuman panas.

"Al..sekarang masa suburku...!" ucap Rania.

"Di laci sebelahmu ada pil pencegah kehamilan..." ucap Alden. 

Karena dia sudah sering bermalam di sini dengan wanita malam jadi dia mengetahui hal itu.

Jam menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Setelah puas dengan kegiatannya Alden tersenyum puas dan merebahkan tubuhnya di samping Rania.

Lalu mereka berdua ketiduran dan tanpa sadar mereka saling memeluk satu sama lain karena kelelahan.

Dan Rania sampai lupa untuk meminum pilnya.

Maaf ya kalau engga nyambung:) 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status