Share

Chapter 6

Sesampainya di ruangannya Alden mengambil berkas-berkas yang akan digunakan untuk meeting.

Saat dia sedang membereskan berkas-berkas tiba-tiba saja ada yang mengetuk pintunya.

Tok...tok...tok...

"Masuk." sahut Alden tanpa sedikitpun menoleh ke arah pintu.

Cklek...

Alden menoleh saat pintu terbuka dan ternyata yang mengetuk pintu adalah Daniel sang sekertaris bertepatan dengan dia selesai membereskan berkasnya.

"Maaf Pak, bapak sudah di tunggu di ruang meeting," ucap Daniel.

"Iya, ayo!" lalu Alden berjalan melewati Daniel menuju pintu keluar.

Daniel mengikuti Alden dibelakangnya. Karena ruang meeting berada di bawah satu lantai ruangannya maka mereka manaiki lift.

Saat di dalam lift Alden, suasana hening hingga Alden memulai pembicaraannya.

"Oiya..Niel. Besok aku ingin kau mengosongkan jadwal ku sehari yah!" Perintahnya pada Daniel.

Tumben, tidak biasanya bos begitu?, tanya Daniel dalam hati.

"Memangnya tuan ingin kemana?" akhirnya ia memberanikan diri untuk bertanya.

Masa iya aku jawab ingin menghabiskan waktu dengan Rania, ucapnya dalam hati.

"Aku ingin, ingin istirahat yah istirahat." balasnya.

Daniel hanya mengangguk saja.

Ting...

Lift terbuka dan mereka segera keluar untuk menuju ruang meeting.

Cklek...

"Maaf saya sedikit terlambat." ucap Alden saat memasuki ruangan.

"Iya pak tidak apa-apa, kita juga baru sampai di ruangannya." jawab salah satu stafnya.

Lalu Alden duduk di kursinya dengan Daniel yang berada di sampingnya.

"Bisa kita mulai meeting nya?" tanya Alden pada semua yang berada di dalam ruangan.

Lalu Alden mulai memimpin meeting hingga selesai, tanpa ada halangan suatu apapun. 

Tak terasa jam menunjukkan pukul 11.00, dan bertepatan dengan selesainya meeting.

"Baik terimakasih untuk yang sudah mengikuti meeting hari ini, saya pamit undur diri." ucap Alden lalu dia beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju pintu keluar.

*****

Rania menatap bangunan yang ada di depannya. Dia mencari kontrakan yang sederhana dan juga nyaman untuk di tempati di Kota L.

"Aku harap setelah ini bisa hidup dengan tenang," gumam Rania dengan tersenyum.

Lalu dia membuka pintu dengan kunci yang sudah dia dapatkan dari pemilik kontrakan.

Dia di sini akan memulai hidup yang baru, dia juga berniat akan mencari pekerjaan di kota L.

"Rumahnya bersih dan terawat," gumamnya.

Terdapat dua kamar di dalamnya, ada ruang makan dan dapur juga, tersedia pula ruang tamu.

Meskipun tidak terlalu besar tetapi sudah cukup baginya.

Cklek...

Rania membuka pintu kamar yang akan dia tempati nantinya. Dia meletakkan tasnya lalu berjalan keluar untuk ke kamar mandi lalu akan masak untuk makan malam. 

Sebelumnya diaa sempat mampir ke warung untuk membeli telur dan sayuran. 

Saat dia akan memasak tiba-tiba saja ada yang mengetuk pintu.

Tok...tok...tok...

"Siapa ya?" tanyanya pada diri sendiri.

Lalu dia berjalan ke arah pintu untuk membukanya.

Cklek...

"Halo mba, kenalin aku Eva tetangga sebelah kanan mba.." ucap perempuan yang ternyata adalah tetangga nya, dengan menyodorkan tangan untuk bersalaman.

"Ohh iya, saya Rania.." balasnya dengan tersenyum lalu menyodorkan tangan nya.

"Mari masuk dulu mba," lanjutnya.

Lalu Eva masuk kedalam rumah Rania. Mereka duduk berhadapan di sofa ruang tamunya.

"Aku sangat Senang akhirnya mempunyai tetangga," ucap Eva dengan gembira.

"Kok gitu kan tetangga depan rumah banyak perasaan deh va?" Tanyanya pada Eva.

"Iya tapi mereka tuh gak asih bisanya nyinyir aja kak.." 

"Kamu masih kuliah apa udah kerja va?"

"Kuliah ka, semester 5."

"Ohh gitu."

"Kamu udah makan belum?" 

"Belum ka, hehehe."

"Yasudah ayo makan bareng aku saja ya! aku akan masak sebentar"

"Ayo aku bantuin saja ka." seru Eva.

Lalu mereka berjalan ke dapur untuk memasak bersama. Meskipun baru mengenal Eva sepertinya Rania cocok dengannya.

Setelah hampir satu jam lamanya mereka memasak akhirnya selesai dan mereka menatanya di meja makan.

"Sudah ayo makan va!" seru Rania pada Eva.

"Ayo .."

 Mereka makan dengan lahap, dan sesekali di selingi dengan obrolan.

Setelah selesai makan lalu Rania dan Eva membereskan meja makan.

"Terimakasih ya ka, aku jadi menghemat hehehh." ucap Eva.

"Iya sama-sama," balasnya dengan tersenyum.

"Aku pulang dulu ya ka, kalo butuh bantuan Kaka kerumah aku aja ya ka," 

"Iya va, makasih juga ya"

Lalu Eva keluar dari rumah Rania dan kembali kerumahnya.

"Hoamm...," Rania menguap karena dia mengantuk. 

Tidak lupa sebelum tidur dia mengunci pintunya.

*****

Sedangkan di lain tempat Alden baru saja memasuki rumah nya setelah dia selesai lembur.

"Kenapa tiba-tiba saja aku kepikiran sama Rania ya?" tanya Alden pada diri sendiri.

Karena terganggu dengan pikiran di memutuskan untuk menelepon Rania. Kemudian dia mengambil handphonenya di saku celananya dan mencari nomor Rania.

Sudah beberapa kali Alden meneleponnya tetapi tetap tidak aktif.

Tut..Tut..tutt..

Entah sudah panggilan ke berapa yang tidak tersambung.

"Sebenernya kemana dia?" 

"Sudahlah besok aku kerumahnya saja pagi-pagi." Lanjutnya.

Lalu dia menuju ke arah kamar mandi yang berada di kamarnya untuk membersihkan tubuhnya karena seharian bekerja.

Saat sedang mandi tiba-tiba saja dia kepikiran tentang Rania, dan itu membuatnya turn on.

"Oh shit, baru memikirkannya saja sudah membuatku on. Gimana kalau bertemu." gerutunya.

Dan hal itu membuatnya mandi sedikit lama. Setelah selesai dengan kegiatannya dia keluar dari dalam kamar mandi menuju walk in cliset.

Dia memakai celana pendek dan kaos oblong. Alden kembali ke kamarnya dan duduk di ranjang dengan hp di tangan nya.

Drrt...drrttt ..drrtt...

Alden segera menggeser tombol hijau nya. Yang menelpon ternyata adalah Daniel.

"Halo..."

"..."

"Kenapa mendadak si!?" bentak Alden.

"...."

"Yasudah besok aku akan ke kantor sebentar." ucap Alden.

Tut..Alden mematikan sambungannya sepihak.

Alden mengambil laptopnya yang berada di nakas samping tempat tidurnya lalu menghidupkannya. Dia memeriksa email yang masuk di laptopnya.

"Benar besok ada pertemuan penting dengan Mr. Stefan, kenapa aku bisa lupa ya?" gumamnya.

Tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul 23.25, Alden belum selesai dengan pekerjaannya.

"Hoam...Dahlah lanjutin besok lagi." 

Alden mematikan laptopnya dan meletakkannya di nakas samping tempat tidurnya.

Alden merebahkan tubuhnya di atas kasur yang empuk.

"Kenapa aku kepikiran Rania terus si ya." ucap Alden.

Setelah selesai dengan pikirannya sendiri Alden menyelami mimpinya dengan nyenyak hingga pagi menjelang. 

          Matahari masuk melalui celah-celah jendela kamar Rania. Sehingga membuat nya terbangun dari tidur nyenyak nya.

Rania mengerjapkan matanya karena dia belum sepenuhnya sadar dari tidurnya.

"Jam berapa si ini?" tanya Rania pada dirinya.

Lalu dia menengok ke arah jam dinding yang ada di kamarnya menunjukkan pukul 06.43.

"Huh udah siang aja padahal rasanya baru sebentar doang gue tidurnya." 

Lalu Rania menyibakkan selimut yang membungkus dirinya kemudian beranjak dari tempat tidurnya menuju ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Setengah jam berlalu dan Rania sudah selesai dengan acara mandinya. Dia juga sudah mengenakan pakaian kemeja dan rok span selutut, ya dia berniat untuk mencari pekerjaan hari ini agar dia tidak bosan berada di rumah terus dan dia juga berpikir sewaktu-waktu uang yang di berikan Alden habis.

Rania berniat membeli sarapan di luar karena dia bangun kesiangan dan tidak sempat membuat sarapan.

"Untung aku sempat membawa berkas lamaran sebelumnya jadi tidak perlu membuat yang baru," gumamnya.

Lalu Rania keluar dari rumah nya untuk membeli sarapan terlebih dahulu lalu langsung pergi mencari pekerjaan.

Saat dia melewati rumah Eva pintunya masih tertutup.

"Mungkin dia belum bangun," pikirnya. 

Lalu Rania melanjutkan jalannya untuk sarapan terlebih dahulu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status