Share

Chapter 3

Warning!!!

Mereka tak henti-hentinya berciuman mesra. Alden yang sudah sangat On langsung mencumbui Rania di ranjangnya.

Ia melepaskan dan melempar satu persatu kain yang tersisa di tubuh Rania, hingga terdengar e*****n Rania yang sangat merdu ditelinga Alden.

Alden pun tak mau kalah untuk melepas seluruh pakaian yang ada di tubuhnya sehingga sekarang mereka sama-sama naked.

Alden menatap tubuh Rania yang terkulai lemas setelah pelepasan pertamanya. Terlihat sorot mata yang tajam dan bergairah di mata Alden saat menatap Rania. Perlahan Alden menaiki ranjang dan menindih tubuh Rania.

Ia melumat bibir Rania yang sudah bengkak akibat ulahnya dan membuka lebar-lebar kakinya dan mengarahkan kejantanannya pada kewanitaan Rania yang sudah basah. 

Ia menggesekkan perlahan sehingga menimbulkan erangan yang di tahan oleh Rania. Alden yang sudah tidak tahan pun langsung mendorong miliknya dengan kuat untuk masuk.

"AAARGGGGHHH SAKITT!!!" Rania berteriak.

Alden merasakan sesuatu yang menghalangi jalan masuk miliknya sudah sobek dan dia merasakan ada sesuatu yang mengalir melewati intinya.

Rania menangis karena kesakitan. Alden yang melihatnya pun jadi tidak tega dan mencabutnya.

"Sssst maaf ya," ucap Alden pada Rania.

"Engga...jangan di cabut" balas Rania.

Dia fikir kalau disudahi pun percuma.

Setelah bertarung dengan hatinya antara melanjutkan atau tidak dan di tambah ucapan Rania akhirnya Alden kembali memasukkannya lagi.

"Tahan ya...abis ini pasti nggak sakit kok."

Rania hanya bisa mengangguk saja. Setelah berusaha keras Alden pun berhasil membobol pertahanan Rania,

Alden mencium bibir Rania untuk mengalihkan rasa sakitnya dan meredam tangisannya. Inti Rania yang rapat membuat Alden kesetanan dan membuatnya semakin bersemangat untuk membenamkannya lebih dalam lagi.

Lama-lama Rania terbuai dalam permainan Alden dan menikmati permainan panasnya dengan orang yang membeli keperawanannya. Rania sudah mendapatkan pelepasannya berkali-kali tetapi belum ada tanda-tanda kalau Alden akan mendapatkan pelepasannya. Alden terus memompa miliknya di inti Rania hingga mendapatkan pelepasannya dan ia menyemburkan spermanya di rahim Rania. Kemudian ia ambruk diatas tubuh Rania. 

"Kau adalah j****g pertama yang bisa memuaskanku." ucap Alden setelah mencabut intinya.

Rania yang mendengar pun merasa nyeri hati. Meskipun pada kenyataannya dia memang j*****g di lihat dari kondisinya saat ini.

Apalagi dia juga menikmatiya, bahkan Alden mengerang penuh nikmat saat pelepasannya datang. Alden menghentakkan miliknya dalam, sehingga menyentuh pintu rahimnya. Perasaanya pun yang tidak karuan kembali nikmat saat Alden menyentakkannya lebih dalam. Rania pun ikut m*******g nikmat walaupun tak seperti Alden.

Alden turun dari tempat tidur dan berjalan ke kamar mandi tanpa sehelai benang pun menutupi tubuhnya. Tak beberapa lama Alden pun keluar dari kamar mandi dengan keadaan rapih kemudian berjalan keluar kamar

Rania kembali terisak menahan perih di bagian bawahnya. Rasa sakit yang begitu sakit membuatnya tak henti-henti menangis walaupun meangis dalam diam.

Dan itu cukup membuatnya tak nyaman. Setelah melakukan itu ada rasa bersalah muncul pada dirinya. Ia tidak menyangka akan menjual keperawanannya yang sudah dia jaga selama ini demi uang pada Alden Keegen seorang yang kaya raya.

Rania yang tadinya memejamkan matanya, seketika terbuka saat mendengar suara Alden.

Dia masuk dengan membawa segelas air dan pil KB (Morning After Pil) yang ia ambil saat keluar kamar. Pil ini dapat di minum sampai satu kali dua puluh empat jam setelah berhubungan intim.

"Minumlah! Aku tak ingin nanti kau merengek-rengek meminta pertanggung jawaban tentang anak yang ada di dalam perutmu." Sarkas Alden tajam dan dingin seperti awal mereka bertemu.

Ia menatap Alden sejenak dan meraih pil itu dari tangan Alden lalu meminumnya. Rania tersadar dia sekarang bukan seorang perawan lagi. Dia sendiri tidak paham mengapa ia rela menyerahkan keperawanannya dengan mudah seperti ini.

Dan lebih tepatnya ia menjualnya pada Alden. Ia menjual harta paling berharga satu-satunya yang dia miliki.

"Kau istirahatlah di kamar ini dulu, besok kita bicarakan lagi perihal bayaranmu malam ini!" Alden keluar dari kamar itu dan berpindah ke kamarnya sendiri lalu membaringkan tubuhnya di ranjang.

Setelah Alden keluar, Nia terdiam dan termenung. Apakah dirinya sudah menjadi p*****r?.

Dia menjual tubuhnya demi uang, mengingat itu air matanya pun lolos dengan sendirinya dari matanya. Dia terisak dalam diam dan dia merasa dia sudah kotor.

Mulai sekarang apa yang akan dia lakukan? Apakah masih ada pria yang mau dengan dirinya dan menjadikan penyempurnanya sekarang.

Hanya mahkota keperawanannya yang dapat ia banggakan yang akan menjadikan dirinya berbeda dengan perempuan lain yang tak mau memjaga kesuciannya untuk suaminya kelak. 

"Apa yang harus aku lakukan ya tuhan?" bisiknya dalam isakannya.

Rasa penyesalan muncul dari dalam diri Rania dan dia semakin terisak sampai dia tertidur.

*****

Alden terbangun dengan keadaan yang berbeda dari biasanya. Ada rasa dalam dirinya yang melegakan dan sulit untuk di ekpresikan. Mungkin pengaruh dari tubuh perawan seorang gadis yang semalam, tubuhnya sungguh terpuaskan.

Apa wanita itu sudah terbangun?, tanya Alden dalam hati.

Alden turun dari ranjangnya lalu menuju ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Setelah selesai Alden keluar dari kamarnya dengan pakaian santainya, dan hendak memeriksa keadaan wanita yang semalam sudah dia perawani. Hari ini hari minggu jadi dia libur dan tidak bekerja.

Saat dia hendak memasuki kamar tamu matanya melihat nia yang sedang berada di dapurnya. 

"Apa yang kau lakukan di sini!!" bentaknya pada Rania. dan membuatnya kaget.

"Maaf...tuan! Saya..."

"Apa yang kau lakukan di dapurku?" Rania seketika terdiam. Dan langsung mematikan kompornya. Dia tadi sedang memasak nasi goreng untuk dia sarapan bersama Alden.

"Saya sedang memasak nasi goreng tuan." Jawabnya ketakutan.

"Siapa yang menyuruhmu untuk memasak?" 

"Ma...maaf tuan, saya..."

Keadaan yang menegangkan di dapur seketika buyar dengan kehadiran pelayan di rumah Alden. 

Dari baunya tapi harum, ucap Alden dalam hati.

Lalu dia menatap Rania.

"Ma..maafkan saya tuan!"

"Ikut aku!" perintah Alden.

Lalu Rania mengikuti Alden di belakangnya. Dia kini menunduk, pikirannya kemana-mana. Pikirannya memerintahkannya untuk pergi dari tempat ini tanpa meminta sepeserpun darinya.

Dia takut kalau menerimanya akan membuatnya semakin ngebatin. Dan imbasnya akan ke kehidupannya karena itu uang dari menjual diri. 

Alden duduk di kursi trmpat kerjanya.

"Ini bayaranmu.."

"Tuan...saya..." Dia langsung memotong ucapan Alden.

"Tuan tidak usah saja!" lanjutnya dengan tertunduk dan takut.

Alden menautkan alisnya , bingung.

"Apanya yang tidak jadi?" tanya Alden tajam.

"Itu..tuan kita lupakan saja yang tadi malam anggap saja tidak pernah terjadi sesuatu. Sa...saya tidak bisa menerima uang itu." 

Apa dia sudah gila?, tanya Alden dalam hati.

"Apa yang kau katakan?." tandas Alden.

"Sa...saya..." dia tercekat untuk menjawab pertanyaan Alden.

Dia teringat tadi, baru dapurnya yang dia sentuh saja sudah marah.

"Kau tersingung karena aku membentakmu di dapur tadi?" 

Tebakannya tepat. Rania terdiam, kepalanya tiba-tiba pusing. 

"Maaf nona saya bukan pria brengsek yang menyentuh wanita tanpa memberikan apa-apa." ucap Alden.

Rania kesusahan meneguk salivanya, tatapan Alden membuatnya takut. 

"Berikan rekeningmu...!" perintah Alden.

"Ta...tapi, tuan..." dia semakin ketakutan saat melihat Alden seperti ingin memakannya hidup-hidup.

Dia yakin hidupnya akan banyak masalah setelah ini. Walaupun belum tahu kedepannya yang jelas akan semakin membuatnya kesusahan.

Lelaki itu sangat ingin membuat Rania ketakutan, karena meurutnya ini hal yang menarik.

Rania memainkan jari-jarinya karena dia ketakutan bercampur gugup.

"Bagaimana..." tanya Alden.

"Ba...baiklah saya akan menerima uang itu." balas Rania karena dia sudah sangat ketakutan melihat Alden.

Akhirnya Rania menerima uang dari Alden.

"Sebentar lagi Daniel akan datang dan mengantarkanmu pulang," ucap Alden.

Rania hanya mengangguk saja, lalu dia keluar dari ruangan Alden dan berjalan ke kamar tamu untuk bersiap-siap.

Tak lama kemudian Daniel datang dan segera mengantarkan Rania pulang.

Di perjalanan tidak ada yang memulai pembicaraan, hanya ada keheningan di antara mereka berdua.

Setelah sampai di apartemennya, Rania segera turun dari mobil dan mengucapkan terimakasih pada Daniel.

Lalu dia berjalan kelift untuk menuju lantai dimana apartemennya berada, setelah sampai dia memasuki apartemennya, dan merebahkan dirinya di kasur hingga ketiduran.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status