Share

02. Cemburu

 

Pria tampan itu melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya masih menunjukkan pukul setengah delapan pagi. Dia pun langsung menghubungi Mbok Darmi pembantu rumah mereka.

“Assalamualaikum, Mbok.”

“Walaikumsalam, Den, ada yang ketinggalan?”

“Di mana wanita itu?”

“Siapa Den, Resty, Markonah, Susi, Lestari ....”

“Bukan mereka Mbok tapi wanita yang bernama Viona!”

“Yang jelas toh Den, Bu Viona lagi keluar katanya mau ke minimaket sebentar, kenapa Den sudah rindu ya?”

“Dia pergi sendiri atau ada yang jemput?”

“Kenapa Den Raga enggak langsung tanya ke Bu Viona?”

“Mbok apa susahnya sih langsung kasih tahu?”

“Maaf Den, dia tadi naik mobil sendiri!”

“Apa dia bisa naik mobil?”

“Bukan naik saja Den, tapi menyetir juga bisa, hebat ya Bu Viona, sudah enam hari menjadi istri Den Raga ada saja keahliannya muncul ke permukaan.”

“Mbok, enggak ada tamu atau siapa yang menjemput wanita itu?”

“Bu Viona, Den?”

“Iya dia siapa lagi?”

“Enggak ada, tapi enggak tahu kalau janjian di luar, bagaimana kalau Den Raga langsung menghubungi Bu Viona?”

“Enggak ada sejarahnya ya saya menghubungi wanita itu!”

Raga langsung memutuskan sambungan telepon itu bukan mendapat menjawab yang pasti malah membuatnya semakin stres. Mbok Darmi sangat berbeda dari pembantu yang lain, memang dia sudah dianggap seperti ibu Raga sendiri setelah Clarisa meninggalkan Raga saat  masih berusia lima belas tahun. Mbok Darmilah yang selalu menjadi teman curhatnya.

Bunyi klakson terasa memekikkan telinga saat sadar kalau lampu jalan sudah berubah warna. Ya mereka pikir mobil rusak itu rusak padahal pemiliknya  sedang melamunkan apa yang dilakukan Viona di jam seperti ini bersama pria asing. “Siapa dia? Kenapa dia begitu dekat dengan Viona? Bahkan sangat jelas kalau Viona melemparkan senyuman itu kepada pria itu?” gerutunya lagi.

Raga pun mengikutinya saat pria asing itu masuk ke dalam mobil Viona. Entah kenapa Raga sangat penasaran sekali.

“Apa yang aku lakukan sekarang? Mengikuti mereka? Padahal sangat jelas sekali kalau aku sudah memberikan syarat agar kami tidak perlu mencampuri urusan masing-masing tapi kenapa sekarang aku malah kepo dengan urusan wanita itu? Apakah aku cemburu? Tidak aku bukan cemburu tapi ...

“Hey ... bisa bawa mobil enggak sih? Elo pakai mata enggak nyetir nya?” tanya seseorang yang ternyata tanpa sadar Raga telah menabrak belakang mobil orang itu.

“Oh maaf Pak saya tidak sengaja, saya sedang ....”

“Melamun? Dasar anak muda zaman sekarang, kalau sudah begini siapa yang tanggung jawab, kamu bisa menggantinya? Ini mobil antik!” hardiknya kembali dengan berkacak pinggang setelah keluar dari mobilnya.

Raga pun keluar dari mobil dan melihat sendiri mobil yang dia tabrak dan memang sedikit ada goresan , tapi baginya enggak masalah, orang kaya ....

“Saya akan ganti rugi, berapa yang Bapak inginkan?” tanya Raga dengan sombong.

Pria tua itu terlihat meremehkan Raga, mungkin dia pikir dia tidak bisa mengganti semua kerugiannya.

“Dasar sombong hai anak muda, jika saya menyebutkan lima puluh juta kamu sanggup bayar, hah?” tanyanya dengan nada tinggi sehingga orang-orang di sekitar pun memperhatikan mereka. Tentu saja Raga ikut merasa senang karena dirinya akan membuat mereka terperangah dengan pesonanya  selain tampan nan rupawan dan juga kaya raya.

“Makanya jangan melamun Mas kalau lagi nyetir, ini mobil antik loh lecet sedikit ganti ruginya minta ampun, jangan-jangan ini mobil kantor, mukanya kok jadi madesu gitu?” tanya salah satu orang yang ikut nimbrung di sana entah siapa dia.

“Apa itu madesu, belum pernah dengar kata itu, memang kosakata dari mana?” tanya Raga penasaran.

Seketika beberapa orang mungkin yang mengerti kata itu terkekeh saling pandang sepertinya sedang mengejek.

“Walah kamu enggak tahu kata itu, dasar udik sekali dia, penampilan seperti orang kaya jangan-jangan kreditan semua ini. Madesu itu singkatan masa depan suram,” sahut pria tua itu kembali menertawakan Raga bersama dengan orang-orang itu.

“Oh maaf saya tidak tahu kata itu, karena di dalam hidup saya tidak pernah suram, dan sebentar ... Raga  menjeda kalimatnya  karena ingin mengambil buku cek yang memang dia bawa setiap hari di dalam tas kerjanya. Lalu langsung saja dia tuliskan angka nominal yang pria tua itu minta. Bahkan menambahkan angka nominalnya sedikit agar matanya langsung keluar dari tempatnya.

“Apakah Anda tidak mempunyai riwayat penyakit jantung?” tanya Raga  dengan sedikit mengejek.

“Kalau saya mempunyai penyakit jantung tentu saya tidak akan berkeliaran di jalan dengan mobil seperti ini,” sahutnya dengan penuh keyakinan.

“Oke.” Raga langsung memberikan cek itu di tangan pria tua itu.

“Cukup segini atau kurang? Itu asli dan uangnya ada jangan khawatir. Kerugian saya taksir hanya sekitar dua jutaan tapi Anda meminta lima puluh juta dan saya dengan berbaik hati menambahkan nominalnya menjadi delapan puluh juta.”

Belum sempat dia mengatakan sesuatu karena terkejut untung saja tidak jantungan. Raga mengambil ponsel lalu mengambil gambar mereka sebagai bukti kalau dia sudah beramal untuk hari ini. Semua orang yang melihatnya pun tertegun.

“Jangan menilai dari sampulnya saja Pak, tapi lihat juga dalamnya, sudah  selesai, kan? Sekarang bisa saya pergi dari sini, saya juga perlu memperbaiki mobil saya yang lecet juga,” jelas pria tampan itu tapi ternyata orang tua itu masih syok begitu juga dengan orang-orang tadi yang meremehkan Raga.

“Huh ... gara-gara insiden tadi aku kehilangan jejak Viona, sangat menyebalkan! Awas saja nanti sampai rumah aku harus mencari tahu apa yang dia kerjakan di luar,” rutuk Raga dalam mobil.

Mau tak mau Raga  harus pergi ke kantor, mood-nya langsung berubah saat melihat wanita itu pergi dari rumah.

Hanya butuh lima menit untuk sampai di kantor. “Untung saja Vina tidak menghubungiku biar nanti sampai di ruangan baru menjelaskan kepada Vina,” ucapnya dalam hati dan turun dari mobil.

“Selamat pagi, Ros.”

“Selamat pagi, dan maaf Pak ada tamu di ruangan Bapak.”

“Loh bukannya Pak Dirga akan datang jam sepuluh dan siapa yang ada di da ... Belum sempat sekretaris Raga menjelaskan tiba-tiba saja orang yang malas dia lihat wajahnya sudah tepat berdiri di hadapan Raga.

“Kejutan!” Ucapnya dengan wajah semringah dan tanpa ada rasa malu dia langsung mencium pipi kanan dan kiri lalu memeluk. Rosa sampai melongo melihat pemandangan itu.

“Ah sial!  Bisa-bisa dia akan mengadu kepada Papi dan selanjutnya ceramah panjang lebar yang harus aku dengar.” Raga pun memelototi Rosa seakan dia tahu apa yang harus dia lakukan.

“Mas, kenapa ponsel kamu enggak aktif? Terus kok enggak jemput aku?” tanya Rosa dengan bibir mengerucut.

Raga menghela napas panjang sebenarnya dia malas untuk bertemu siapa pun setelah melihat Vina pergi dengan pria lain, entahlah ada rasa  yang berbeda padahal setelah enam hari itu Raga sangat cuek dengan Viona , bahkan dia pun tak mau tahu urusan wanita itu meskipun dia bergelar seorang istri.

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status