Beranda / Rumah Tangga / Batal Nikah karena Ibu Tiriku / Kecelakaan yang Mempertemukan Cinta

Share

Kecelakaan yang Mempertemukan Cinta

last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-20 02:45:02

Malam mulai larut ketika Naomi melangkah menuju area parkiran tempat kerjanya. Jam di pergelangan tangannya menunjukkan pukul 20.00. Suasana di sekitar sudah cukup sepi, hanya ada beberapa kendaraan yang masih terparkir di sana. Sebagian besar karyawan sudah pulang, meninggalkan gedung kantor yang kini mulai terasa sunyi.

Naomi berdiri di tepi jalan, menunggu taksi online yang telah ia pesan. Biasanya, setelah memesan, taksi akan tiba dalam waktu kurang dari dua menit. Namun, malam ini berbeda. Ia sudah menunggu hampir dua puluh menit, tetapi kendaraan yang dinantikan tak kunjung datang.

Gelisah mulai menyelimuti perasaannya. Jalanan di depan kantor memang masih cukup terang karena lampu-lampu jalan yang menyala, tetapi tetap saja, semakin malam, semakin sepi.

"Seharusnya tadi aku menerima tawaran Maya untuk pulang bareng," batinnya menyesal.

Tiba-tiba, suara klakson mobil terdengar dari kejauhan. Naomi terlonjak kaget, matanya refleks menoleh ke arah sumber suara. Dari dalam mobil hitam yang berhenti tak jauh darinya, seorang pria turun. Wajahnya sangat familiar.

Fahri.

Naomi mendesah pelan. Ini sudah ketiga kalinya pria itu muncul di hadapannya dalam beberapa minggu terakhir. Mantan tunangannya yang kini justru telah menjadi suami dari ibu tirinya.

Fahri berjalan mendekat dengan ekspresi serius. "Naomi, kamu masih di sini? Kenapa belum pulang?" tanyanya khawatir.

Naomi mendecak kesal. "Bukan urusanmu, Fahri. Aku sudah pesan taksi online."

"Udah malam, No. Aku antar pulang, ya?"

Naomi menghela napas panjang. Ia tahu, jika terus berbicara dengan Fahri, hanya akan membuang waktunya. Ia tidak ingin berdebat, apalagi dengan seseorang yang seharusnya sudah menjadi bagian dari masa lalu.

"Aku bisa sendiri," ucapnya dingin.

Fahri tetap bersikeras. "Aku cuma khawatir. Ini sudah hampir jam delapan lebih. Kalau ada apa-apa di jalan, gimana?"

Naomi mendengus kesal. "Aku nggak minta kamu buat khawatir, Fahri. Jadi, tolong, berhenti mencampuri urusanku!"

Mata Fahri menatapnya dengan sorot yang sulit diartikan. Namun, sebelum pria itu sempat membalas, suara klakson lain kembali terdengar. Sebuah mobil berwarna putih berhenti di dekat mereka. Naomi menoleh dan mendapati pengemudi taksi online yang ia pesan akhirnya tiba.

"Maaf, Mbak Naomi! Mobil saya tadi bocor di jalan, jadi saya harus mampir ke bengkel sebentar," ujar sopir taksi itu.

Naomi mengangguk. "Tidak apa-apa, Pak. Ayo, saya mau pulang sekarang."

Tanpa menoleh lagi ke arah Fahri, Naomi segera masuk ke dalam mobil. Ia menutup pintu dengan cepat sebelum pria itu sempat menahannya. Mobil pun melaju, meninggalkan Fahri yang masih berdiri di tempatnya.

Di dalam taksi, Naomi bersandar di kursi dengan perasaan campur aduk. Ia kesal, marah, dan juga merasa terganggu dengan kehadiran Fahri yang terus-menerus mencoba masuk kembali ke dalam hidupnya. Padahal, setelah mereka putus, Naomi sudah mengganti semua akses komunikasi agar tidak bisa dihubungi oleh pria itu lagi.

Namun entah bagaimana, beberapa kali Naomi menerima pesan dari Fahri melalui nomor yang berbeda.

"Dia dapat nomor aku dari mana, sih?" gerutunya dalam hati.

Sesampainya di kontrakan, Naomi segera membersihkan diri dan merebahkan diri di atas kasur. Rasa lelah membuatnya cepat terlelap dalam tidur.

---

Keesokan Harinya

Hari ini, Naomi tidak perlu pergi bekerja. Ia sudah berencana untuk pergi berlibur bersama Maya ke sebuah wisata curug yang terletak di dekat kebun teh. Pemandangan alam yang asri selalu berhasil membuatnya merasa lebih baik.

Setelah bersiap, ia memesan taksi online menuju rumah Maya. Namun, di tengah perjalanan, taksi yang ia tumpangi mengalami insiden kecil dengan pengendara motor.

Brak!

Taksi mendadak berhenti dengan hentakan keras. Naomi tersentak ke depan, beruntung sabuk pengamannya menahan tubuhnya.

Sang sopir segera keluar untuk mengecek kondisi kendaraan. "Aduh, maaf, Mbak! Tadi saya nggak lihat ada motor nyelonong begitu."

Naomi mengelus dahinya yang sedikit pusing akibat benturan ringan tadi. "Nggak apa-apa, Pak. Tapi, gimana kondisi pengendara motornya?"

Ia menoleh keluar dan melihat seorang pria tergeletak tak jauh dari mobil. Beberapa orang mulai mengerumuni pria tersebut, mencoba membantunya.

Dengan sedikit susah payah, Naomi keluar dari mobil. Kakinya sedikit terasa nyeri karena benturan tadi. Saat ia semakin dekat dengan pria yang jatuh, matanya mengerjap.

"Sepertinya aku pernah melihatnya... Tapi, di mana?" pikirnya.

Ia mengingat-ingat, dan dalam sekejap, ingatan itu muncul.

Pria itu adalah orang yang dulu terkena tumpahan minuman akibat kelalaiannya di restoran!

Saat itu, Naomi tak sengaja menabrak pelayan yang membawa nampan berisi minuman. Minuman itu tumpah tepat ke jas pria tersebut, membuatnya basah kuyup.

"Astaga... kamu?" gumam Naomi tanpa sadar.

Pria itu membuka matanya perlahan. "Kamu... yang di restoran waktu itu?"

Sebelum mereka sempat berbicara lebih jauh, suara Maya yang panik terdengar dari kejauhan.

"Naomi!"

Maya berlari menghampirinya dengan wajah penuh kekhawatiran. Ia langsung memeriksa kondisi Naomi.

"Kamu nggak apa-apa? Aku tadi dapat telepon dari sopir taksimu. Katanya kamu kecelakaan!"

Naomi tersenyum lemah. "Aku baik-baik saja, cuma sedikit nyeri."

Rencana liburan mereka akhirnya gagal total. Karena kondisi Naomi yang masih lemah, Maya memutuskan untuk membawa Naomi ke apartemennya agar bisa beristirahat dan mendapat perawatan yang lebih baik.

"Aku nggak bisa ninggalin kamu sendirian di kontrakan," kata Maya tegas.

Naomi hanya bisa tersenyum kecil. Beruntung, ia memiliki sahabat yang sangat peduli padanya.

Di tempat lain, pria yang mengalami kecelakaan bersamanya juga masih terbaring di rumah sakit. Namun, dalam benaknya, ia tidak bisa berhenti memikirkan pertemuannya kembali dengan Naomi.

Apakah ini hanya kebetulan, atau takdir sedang mencoba mempertemukan mereka kembali?

Maya membantu Naomi masuk ke apartemennya yang sederhana, tetapi terasa nyaman. Dengan hati-hati, ia mendudukkan Naomi di sofa lalu mengambilkan air minum.

"Kaki kamu sakit banget, nggak?" tanya Maya khawatir.

Naomi menggeleng. "Nggak parah kok, cuma sedikit nyeri."

"Yakin?" Maya memicingkan mata. "Jangan sok kuat deh, aku tahu kamu suka menahan rasa sakit."

Naomi terkekeh pelan. "Serius, May. Aku nggak kenapa-kenapa. Paling besok juga udah baikan."

Maya masih tampak ragu, tetapi akhirnya menghela napas panjang. "Ya udah, tapi nanti aku olesin salep, ya? Biar cepat sembuh."

Naomi mengangguk. "Makasih, May. Untung ada kamu."

Maya tersenyum. "Ya iyalah, kita sahabatan dari dulu. Kalau bukan aku yang jaga kamu, siapa lagi?"

Naomi tersenyum lemah. Dalam hati, ia bersyukur memiliki sahabat seperti Maya yang selalu ada untuknya, baik dalam keadaan senang maupun sulit.

Setelah mandi dan mengganti baju dengan pakaian yang lebih nyaman, Naomi merebahkan diri di kasur tambahan yang disiapkan Maya di ruang tamu. Pikirannya masih dipenuhi kejadian tadi.

Siapa sangka, ia bertemu lagi dengan pria itu?

Pria yang dulu tak sengaja ia timpa minuman di restoran.

Siapa sebenarnya dia?

Naomi menghela napas panjang. Ia tidak tahu kenapa pertemuan itu terasa begitu aneh. Rasanya seperti kebetulan yang terlalu sempurna.

---

Keesokan Harinya

Pagi itu, Naomi bangun lebih lambat dari biasanya. Mungkin karena efek kejadian kemarin yang cukup menguras tenaga. Ketika ia membuka mata, Maya sudah duduk di meja makan, sibuk dengan ponselnya.

"Bangun juga," sapa Maya. "Aku udah bikin sarapan, ayo makan dulu."

Naomi meregangkan tubuhnya dan mengangguk. "Oke, aku cuci muka dulu."

Setelah selesai, ia berjalan ke meja makan dan duduk berhadapan dengan Maya.

"May, aku masih kepikiran pria yang kemarin kecelakaan bareng aku," ujar Naomi sambil mengambil roti panggang.

Maya mengangkat alis. "Kenapa? Kamu kenal dia?"

Naomi mengangguk pelan. "Iya, dia pria yang dulu bajunya ketumpahan minuman gara-gara aku nabrak pelayan di restoran."

Maya terdiam sejenak sebelum akhirnya tertawa kecil. "Serius? Wah, dunia sempit banget, ya?"

Naomi mendesah. "Iya, makanya aku agak nggak habis pikir. Kebetulan macam apa ini?"

Maya mengangkat bahu. "Mungkin semesta lagi bercanda. Tapi, ngomong-ngomong, kamu penasaran sama dia?"

Naomi mengerutkan kening. "Maksudnya?"

Maya menyeringai. "Ya, siapa tahu ini pertanda kamu harus mengenalnya lebih jauh."

Naomi mendecak. "Jangan mulai, May. Aku nggak tertarik pacaran atau dekat sama siapa pun."

Maya tertawa. "Oke, oke. Aku nggak maksa. Tapi, kalau semesta mempertemukan kalian lagi, aku nggak akan heran sih."

Naomi hanya menggelengkan kepala. Sahabatnya memang selalu punya teori-teori unik soal kehidupan.

Setelah selesai sarapan, Naomi mengecek ponselnya. Ia melihat beberapa notifikasi masuk, termasuk dari nomor tak dikenal.

Pesan itu berbunyi:

"Apa kamu baik-baik saja?"

Naomi mengerutkan kening.

Siapa ini?

Ia membuka detail kontaknya, tetapi nomor itu tidak dikenalnya. Namun, ada firasat aneh yang membuatnya merasa pesan itu berasal dari pria yang kecelakaan dengannya kemarin.

---

Di Tempat Lain

Seorang pria duduk di tepi ranjang rumah sakitnya, memandangi ponselnya dengan ekspresi tak terbaca.

Namanya Alto Verdatoro.

Semalam, setelah kejadian kecelakaan itu, ia mendapatkan informasi dari sopir taksi online bahwa perempuan yang kecelakaan bersamanya bernama Naomi.

Nama itu terasa familiar.

Sebelumnya, ia memang tidak sempat mengenal Naomi lebih jauh setelah insiden di restoran. Namun, pertemuan kedua ini membuatnya semakin penasaran.

"Kenapa aku bisa bertemu dengannya lagi dalam situasi seperti ini?" pikirnya.

Ia memutuskan untuk mengirim pesan. Namun, setelah beberapa menit berlalu, Naomi tidak membalasnya.

Alto tersenyum kecil. Mungkin perempuan itu mengabaikan pesannya.

Namun, entah kenapa, ia merasa mereka akan bertemu lagi.

Mungkin ini bukan sekadar kebetulan.

Mungkin... ini awal dari sesuatu yang lebih besar.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Batal Nikah karena Ibu Tiriku   22 Pertemuan yang Menegangkan

    Ketegangan antara Alto Verdantoro dan Leonard Tanaka telah berlangsung lama. Mereka bukan sekadar rival bisnis, tetapi juga memiliki sejarah persahabatan yang kandas akibat konflik keluarga. Dahulu, mereka adalah sahabat dekat, namun sejak perseteruan antara ayah mereka terjadi, hubungan keduanya mulai merenggang. Konflik antar keluarga ini terus berlanjut hingga mereka dewasa, memaksa Alto dan Leo untuk meneruskan persaingan bisnis yang penuh ketegangan.Salah satu pemicu kebencian Leo terhadap Alto adalah Siska. Leo menyukai Siska, tetapi gadis itu justru mencintai Alto. Sayangnya, Alto tidak memiliki perasaan yang sama terhadap Siska dan telah menolaknya secara baik-baik. Namun, hal itu tetap menimbulkan rasa iri dan dendam dalam diri Leo.Kini, Alto telah menikah dengan Naomi, wanita yang dicintainya. Mereka baru saja kembali dari bulan madu di Pulau Amora, pulau pribadi milik keluarga Alto. Naomi memang terlihat sederhana di mata orang lain, tetapi Alto mengetahui latar belakang

  • Batal Nikah karena Ibu Tiriku   Keputusan Alto

    Setelah semalaman menikmati kebersamaan yang begitu intim, pagi itu Naomi terbangun dengan senyum di wajahnya. Angin laut yang sejuk menerpa kulitnya, membawa aroma khas laut yang menyegarkan. Ia menoleh ke samping, mendapati Alto masih tertidur dengan ekspresi tenang. Pria itu terlihat lebih damai dibandingkan biasanya—tidak ada sorot dingin dan penuh tekanan yang sering ia tunjukkan saat berada di kantor.Naomi menyentuh pipi Alto dengan lembut, membuat pria itu mengerjapkan mata sebelum akhirnya membuka sepenuhnya. Ia tersenyum kecil."Selamat pagi," ucap Alto dengan suara serak khas orang yang baru bangun tidur."Selamat pagi," balas Naomi dengan lembut. "Ayo kita jalan-jalan. Aku ingin melihat keindahan bawah laut Pulau Amora."Alto meregangkan tubuhnya sejenak sebelum duduk di ranjang. Ia mengusap rambutnya yang sedikit berantakan. "Kedengarannya bagus. Tapi jangan menyelam terlalu dalam, aku tidak ingin sesuatu terjadi padamu."Naomi tertawa kecil. "Aku bisa berenang, Alto. Kau

  • Batal Nikah karena Ibu Tiriku   Bulan Madu di Pulau Amora

    Stelah menempuh perjalanan panjang selama lima jam, akhirnya Alto dan Naomi tiba di Pulau Amora, sebuah pulau pribadi milik keluarga Alto yang telah dipersiapkan khusus untuk bulan madu mereka.Begitu mereka turun dari kapal, tiga orang pegawai sudah menanti di dermaga. Dua perempuan dan satu laki-laki, semuanya berpakaian seragam rapi dengan senyuman ramah di wajah mereka."Selamat datang, Tuan Alto dan Nyonya Naomi," ucap seorang wanita yang tampak lebih senior dari yang lain. "Nama saya Liana, dan ini Adinda serta Rudi. Kami akan memastikan semua kebutuhan Anda selama di sini terpenuhi."Naomi tersenyum sopan. "Terima kasih, senang bertemu dengan kalian."Alto hanya mengangguk kecil. "Pastikan semuanya sesuai dengan yang sudah saya instruksikan sebelumnya.""Tentu, Tuan," jawab Liana dengan penuh hormat.Mereka mengantar Alto dan Naomi ke dalam vila utama yang sudah didekorasi dengan sangat indah. Naomi hampir tidak bisa menyembunyikan ke

  • Batal Nikah karena Ibu Tiriku   Hambatan di Perjalanan

    Setelah hari pernikahan yang digelar dengan megah dan penuh kebahagiaan, pagi ini Naomi dan Alto bersiap untuk menikmati bulan madu mereka. Destinasi mereka adalah sebuah pulau pribadi milik keluarga Alto, tempat yang indah dan jauh dari hiruk-pikuk kota.Naomi yang duduk di dalam mobil menatap suaminya yang sedang fokus menyetir. Hari ini, Alto terlihat lebih santai dengan kemeja putih yang lengannya digulung hingga siku dan celana panjang hitam. Sementara itu, Naomi mengenakan dress berwarna biru muda yang memberi kesan lembut namun elegan."Apa kau yakin ingin menyetir sendiri? Kita bisa meminta sopir untuk mengantar kita sampai pelabuhan," ucap Naomi sambil melirik Alto.Alto tersenyum kecil tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan. "Aku ingin menikmati perjalanan ini hanya denganmu. Lagipula, aku sudah terbiasa menyetir sendiri."Naomi tersenyum dan menyandarkan kepalanya di sandaran kursi. "Baiklah, tapi kalau lelah, kita bisa berhenti sebentar."Perjalanan berlangsung dengan t

  • Batal Nikah karena Ibu Tiriku   Hari Bahagia Naomi dan Alto

    Hari yang dinanti akhirnya tiba. Hari di mana Naomi dan Alto akan mengikat janji suci dalam ikatan pernikahan. Acara ini tidak digelar dengan megah, hanya sebuah pernikahan yang dihadiri oleh orang-orang terdekat mereka. Naomi dan Alto memang sepakat untuk tidak membuat pesta besar-besaran.Hanya beberapa rekan kerja yang diundang, baik dari pihak Naomi maupun Alto. Orang tua Alto juga hanya mengundang teman kerja mereka, membuat suasana pernikahan terasa lebih intim dan penuh kehangatan.Di salah satu ruangan khusus, Naomi tengah bersiap dengan gaun pengantinnya. Sebuah gaun putih sederhana namun elegan yang membalut tubuhnya dengan sempurna. Rambutnya ditata dengan rapi, dihiasi aksesori kecil yang semakin mempermanis penampilannya.Saat Naomi memandang dirinya di cermin, jantungnya berdebar kencang. Ia masih sulit percaya bahwa hari ini akhirnya tiba—hari di mana ia menjadi istri Alto Verdatoro."Naomi, kau sudah siap?" suara lembut seorang MUA m

  • Batal Nikah karena Ibu Tiriku   Kunjungan Mantan

    Siang itu, matahari bersinar terik, menyengat kulit siapa pun yang berjalan di bawahnya. Suasana kota masih sibuk, dengan lalu lalang kendaraan dan orang-orang yang sibuk dengan aktivitasnya.Naomi baru saja turun dari mobil setelah kembali dari kunjungannya ke MUA. Tangannya masih memegang ponsel, jari-jarinya secara refleks menggulir layar, melihat-lihat pesan yang masuk. Tatapannya sesaat kosong. Pikirannya masih sedikit kacau setelah kejadian semalam—jebakan Zakia yang hampir membuatnya berada dalam situasi sulit.SMS dari Zakia masih tersimpan di ponselnya. Kata-kata penuh provokasi yang seolah ingin mengaduk-aduk perasaannya terus berputar di benaknya.Namun, langkahnya terhenti seketika saat ia melihat seseorang berdiri di depan apartemennya.Fahri.Jantung Naomi berdegup lebih cepat. Ia tidak pernah memberi tahu Fahri alamat apartemennya. Bagaimana pria itu bisa tahu?Sebelum Naomi sempat mengatakan sesuatu, langkah lain terden

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status