Batal Nikah karena Ibu Tiriku

Batal Nikah karena Ibu Tiriku

last updateLast Updated : 2025-04-02
By:  GoresanTintaOnline98Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
22Chapters
401views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Naomi, seorang gadis sederhana, cantik dan pintar sedang mempersiapkan penikahannya dengan Fahri, pria yang ia cintai dengan sepenuh hati, harus menghadapi kenyataan pahit yang tak pernah ia duga. Semua berawal dari ulah Zakia, ibu tirinya yang licik dan penuh iri hati. Zakia menjebak Fahri saat bertemu dengannya di sebuah restoran dekat hotel tempat Fahri dinas, dengan cara memberikan obat pada minuman Fahri. Disaat mereka berdua berbincang di restoran itu, hingga Fahri tak bisa menguasai kesadarannya saat itu. Merasa terjebak dalam skandal itu dan demi bertanggung jawab pada anak yang sedang di kandung Zakia, Fahri terpaksa menikahinya. Hati Naomi hancur berkeping-keping, sekaligus menahan malu karena persiapan pernikahannya itu sudah 80%. Jika kabar ini datang sebelum Naomi mempersiapkan semuanya, walau hati Naomi sakit setidaknya dia tak menanggung malu juga. Tetapi semua itu berganti dengan kebahagiaan, saat tak sengaja Naomi menabrak Alto Verdatoro seorang ceo perusahaan yang mencintainya. Walau Alto seorang yang dingin tapi cintanya begitu nyata dengan sikapnya pada Naomi. Melihat kebahagiaan Naomi, Zakia merasa iri dan berniat merebut Alto dari Naomi. Tapi semua itu sia-sia, karena Alto bukanlah pria gampangan seperti apa yang Zakia bayangkan. Hingga Fahri datang kembali pada kehidupan Naomi, meminta kesempatan kedua pada Naomi yang jelas sekarang telah bahagia bersama Alto.

View More

Chapter 1

Kejutan Dari Fahri

“Abang minta maaf, Naomi. Pernikahan ini tidak bisa kita lanjutkan," ucap Fahri.

Deg.

Tubuh Naomi mendadak kaku.

"Sekali lagi, abang minta maaf, Naomi. Pernikahan ini harus kita batalkan."

Jantung Naomi terasa berhenti berdetak sesaat setelah mendengar ucapan Fahri, kekasihnya yang telah lima tahun menjalin cinta dengannya. Kini, tiba-tiba Fahri membatalkan pernikahan mereka yang tinggal menghitung hari. Empat hari lagi acara itu akan dilaksanakan, tetapi kini harus dibatalkan. Ada apa?

"Aku telah tidur dengan ibumu, Naomi. Kini ibumu tengah hamil anakku," ucap Fahri, membuat sekujur tubuh Naomi membeku tak bisa berkata apa-apa lagi. Lelaki yang selama ini ia percayai, setelah orang tuanya meninggal, malah mengkhianatinya. Yang paling menyakitkan adalah wanita yang dia hamili adalah ibu tirinya, Zakia. Lelucon macam apa ini?

Fahri memberi tahu Naomi di sebuah taman dekat kompleks perumahan mereka. Fahri sengaja mengajak Naomi berjalan-jalan di sekitar kompleks untuk menjelaskan apa penyebab beban pikirannya selama tiga bulan ini.

"Aku tahu pengakuan ini akan membuat kamu terluka, tapi semua sudah terlanjur, dan aku bukan Tuhan yang dapat membolak-balikkan waktu untuk mencegah kejadian itu terjadi. Abang harap kamu bisa mengerti, Naomi. Abang mencintai kamu, tapi abang harus bertanggung jawab atas bayi yang dikandung Ibu Zakia," ucap Fahri dengan berat. Wajahnya tampak serba salah, apalagi melihat Naomi yang belum menunjukkan raut wajah marah.

Fahri menarik napas dalam dan perlahan mengeluarkannya. Tampak berat setelah mengucapkan sebuah pengakuan yang jelas semua wanita akan sulit menerimanya. Apalagi, ini melibatkan ibu tirinya yang masuk ke dalam hubungan mereka.

Fahri sepenuhnya sadar bahwa Naomi pasti sangat terluka, tetapi ia hanya ingin berkata jujur atas kesalahannya sebelum semuanya menjadi lebih buruk. Ia tak ingin Naomi menjadi korban lebih dalam dari kekejaman ibu tirinya. Sebenarnya, Fahri juga merasa dijebak saat itu, tetapi entahlah. Ketika itu, Fahri tak sadarkan diri dan tiba-tiba sudah berada di atas ranjang tanpa busana bersama ibu tiri Naomi.

‘Tega sekali mas Fahri melakukan itu padaku, kurang apa aku selama ini,’ batin Naumi.

Seakan dunia terasa berhenti berputar, Naomi tak bisa berkata apa-apa lagi. Namun, dia tetap berusaha bersikap tenang.

"Kapan?" Setelah lama terdiam, akhirnya Naomi bicara. Melihat wajah kebingungan Fahri, Naomi memperjelas pertanyaannya. "Kapan kamu melakukan pengkhianatan itu?"

"I-itu..." Fahri menelan ludah gugup. Entah kenapa, sikap Naomi yang tetap tenang membuat nyalinya menciut. Ada aura mendominasi yang dikeluarkan Naomi, padahal Fahri tahu Naomi bukan wanita yang galak. "Dua bulan yang lalu, saat abang pergi dinas ke luar kota dan bertemu Ibu di restoran dekat hotel tempat abang menginap."

"Kenapa kamu mengkhianatiku, Bang?" cecar Naomi.

"Abang tidak sadarkan diri, Naomi! Sepertinya ada yang menjebak abang saat itu," Fahri menjelaskan sambil berusaha mengingat kejadian di mana ia dan Zakia melakukan hal itu.

Naomi menatap Fahri dengan seksama.

"Kalau aku tidak mengizinkan Abang menikahi Ibu, apa yang akan Abang lakukan?"

"Naomi!" Tanpa sadar, Fahri langsung membentak Naomi.

"Ibu Zakia memanglah wanita janda, tapi dia sudah tidak bersuami. Apa kata orang jika wanita yang sudah tidak bersuami kini hamil? Anak yang ada dalam kandungannya tetaplah anakku. Aku tak bisa membiarkan anakku kelak mengalami cemoohan orang," lanjut Fahri.

"Lalu, apa kamu juga tega menyakiti aku, melenyapkan semua impianku?" cecar Naomi.

Fahri berkata seolah keputusannya untuk bertanggung jawab atas bayi yang dikandung Ibu Zakia adalah hal yang harus dibanggakan oleh Naomi. Sebab, ia berani berkata jujur dan memutuskan untuk menikahi Zakia, ibu tirinya. Namun, tanpa sadar, ia telah menyakiti Naomi terlalu dalam hingga menimbulkan kebencian dalam hati Naomi terhadap ibu tirinya.

"Abang tak pernah mengkhianatimu, Naomi!" bantah Fahri, tidak terima jika dirinya dituduh berkhianat. "Dari awal abang sudah mengatakan dengan jelas, apa yang terjadi antara abang dan Zakia itu adalah sebuah kecelakaan."

"Dan Abang berharap aku mempercayaimu? Bisa saja kalian melakukannya dengan kesadaran penuh dan saling suka di belakangku, atau kalian memang sudah lama berselingkuh di belakangku!" Naomi berkata santai dan tenang. Sama sekali tak terpancing emosi atas ucapan Fahri.

"Jangan katakan aku sangat jahat karena tidak mengizinkanmu menikahi Zakia! Korban yang sebenarnya adalah aku yang kamu khianati!" lanjut Naomi.

"Jika memang kamu tidak menghendaki anak itu, biarkan saja dia lahir. Kamu bisa memberinya uang untuk perawatannya, dan pernikahan kita tetap akan berjalan," ujar Naomi.

Zakia, yang sedari tadi mengikuti mereka ke taman, tiba-tiba marah. Wajahnya memerah. Bukan ini yang diinginkannya.

"Mana bisa begitu, Naomi!" bantah Fahri.

"Abang, semuanya sudah aku persiapkan, 90%. Dengan gampangnya Abang membatalkan ini. Di mana letak logikamu, Bang?" cecar Naomi, kesal.

Naomi merasa sakit hati atas perlakuan Fahri. Terlebih setelah semua pengorbanannya mempersiapkan pernikahan ini. Jika saja ia tahu lebih awal sebelum segala persiapan dilakukan, ia mungkin akan rela melepas Fahri meski sakit. Setidaknya, ia tidak perlu menanggung rasa malu.

"Naomi..." ucap Fahri, mencoba menyentuh tangan Naomi.

Namun, Naomi segera menepis tangan Fahri.

Fahri hanya mampu diam, menatap Naomi dengan nanar.

"Maafkan abang, sayang."

Naomi lantas menoleh ke arah Fahri.

"Sayang? Abang bilang sayang? Cih!"

Naomi berdiri dan meninggalkan Fahri yang masih duduk di tempatnya. Tanpa sengaja, Naomi melihat keberadaan Zakia di taman, tak jauh dari tempat mereka berbincang.

"Prok... prok... prok... Hebat sekali kamu, Zakia! Sampai kamu merebut calon suamiku. Apalagi yang akan kamu rebut dariku, jalang!"

Fahri terkejut mengetahui Zakia ada di sana. Segera dia menghampiri Zakia agar tidak terjadi keributan.

"Naomi... jangan marahi Zakia. Bagaimanapun, dia adalah ibu tirimu, dan ada calon bayi abang dalam perutnya."

Zakia dan Naomi memang tidak memiliki selisih umur yang jauh. Zakia hanya dua tahun lebih tua dari Naomi.

"Abang, tolong jangan marahi Naomi. Bagaimanapun, aku yang salah di sini. Aku ibu yang tak tahu diri, Bang," timpal Zakia, dengan wajah dibuat sedih. Jelas, ia sedang menarik simpati Fahri agar semakin membelanya.

"Bagus jika kamu sadar," ujar Naomi dengan nada ketus.

"Kia..." Fahri memanggil pelan, membuat Zakia menatapnya.

"Abang lelaki, Kia. Abang yang salah di sini," ucap Fahri.

Zakia menggeleng pelan. "Andai aku bisa menahan diri saat itu, kejadian ini tidak akan terjadi. Maafkan aku, Naomi... Bang... Aku benar-benar menyesal," isak Zakia.

Naomi semakin muak melihat adegan di depannya. Baginya, ini seperti drama yang sengaja dibuat untuk menertawakannya.

Naomi menatap datar Fahri dan Zakia. Pagi yang awalnya diharapkannya akan indah, kini berubah menjadi mimpi buruk.

"Apa kamu tega melihat anak itu lahir tanpa ayah, Naomi? Dia adikmu juga. Tolong berpikir jernih, Naomi. Zakia butuh suami untuk mengakui anaknya," ucap Fahri.

"Lalu bagaimana dengan semua yang telah aku siapkan, Bang?" tanya Naomi.

"Biar itu menjadi persiapan pernikahan abang dan Zakia."

Deg.

Hancur sudah semuanya. Dulu, ayahnya direbut oleh Zakia hingga ibunya meninggal karena terkejut dan tak bisa menerima kenyataan. Kini, Zakia merebut calon suaminya.

"Dasar wanita jalang!" ketus Naomi.

"Naomi! Kamu sudah keterlaluan berkata seperti itu pada ibumu," bentak Fahri.

"Dia bukan ibuku. Dia pencuri!" balas Naomi dengan nada tinggi.

"Biarkan Zakia melahirkan tanpa sosok suami. Toh, waktu dia melahirkan Subhan, ayahku juga sudah tiada," ujar Naomi.

"Naomi, saat Zakia hamil Subhan, ayahmu masih hidup. Ayahmu meninggal saat usia kandungan tujuh bulan," terang Fahri.

"Kalau ini? Dia hamil setelah menjanda selama satu tahun! Pakai logikamu, Naomi," lanjut Fahri.

"Ternyata janda lebih menarik buatmu, Bang," ucap Naomi seraya pergi meninggalkan mereka.

Naomi berlari masuk ke rumah dan segera mengemasi barang-barangnya. Ia memutuskan untuk pergi jauh dari tempat itu.

"Kakak mau ke mana?" tanya Subhan, yang masih berusia empat tahun.

"Kakak harus pergi untuk bekerja," ucap Naomi, berbohong.

Subhan hanya diam, tetapi terus membuntuti Naomi.

"Aku ikut, ya, Kak."

"Kalau ngajak kamu, Kakak tidak bisa kerja dong."

Mendengar jawaban itu, Subhan memanyunkan bibirnya. Tak lama kemudian, Fahri dan Zakia datang, hendak menghalangi Naomi pergi.

"Kamu mau ke mana?" tanya Zakia.

Naomi melirik malas.

"Enggak usah sok peduli. Kamu sudah senang, kan!"

Segera Naomi keluar rumah membawa barang-barangnya. Tak lama, taksi online yang telah dipesan Naomi tiba.

"Kak Naomi!" teriak Subhan sambil menangis ingin ikut.

Zakia memegangi lengan Subhan untuk menghentikannya.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
22 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status