Share

bab 3 (BPSC)

Author: NH_berkah
last update Last Updated: 2025-10-27 07:03:52

Sesuai permintaan Nara sebelumnya, saat ini, Bastian sedang mengantarkannya pulang ke rumah kost miliknya.

Tak ada obrolan diantara mereka. Keadaan dalam mobil hening. Nara diam begitu juga dengan Bastian. Dirinya hanya fokus mengemudikan mobil agar selamat sampai tujuan.

"Rumah kamu di mana?" Tanya Bastian tiba-tiba.

"Gang depan dekat lampu merah." Jawab Nara menoleh sejenak.

"Oh." Sahut Bastian fokus kembali dengan kemudinya.

Dan tak berselang lama, mobil pun berhenti sesuai yang diinginkan Nara tadi. Gang kecil dekat lampu merah perempatan.

Memperbaiki tas jinjing miliknya dan hodie yang dipakainya, Nara segera turun dari mobil Bastian.

"Bastian, terimakasih." Ucapnya sebelum turun.

"Hati-hati. Jika terjadi sesuatu, kabari saya." Pesannya.

Nara mengangguk menanggapi. Rasa canggung terjadi diantara mereka. Membuat Nara malu dan ingin segera pergi dari hadapan Bastian.

Setelah turun dan jalan di gang kecil menuju kost tempatnya tinggal, Nara akhirnya bisa bernapas lega setelah lepas dari Bastian.

Jalan seperti siput, Nara benar-benar masih merasakan ngilu dibagian bawah sana. "Semua ini gara-gara Bastian." Gerutunya kesal.

Membuka kunci pintu rumahnya, Nara melangkah masuk dan ... "Alhamdulillah, akhirnya sampai rumah juga." Ucap Nara lega. Lega bisa terbebas dari Bastian. Dia juga bisa istirahat nyenyak di rumah sendiri tanpa canggung dengan siapapun.

*

Sementara Bastian, dia baru saja sampai di apartemen dan melepas jas yang dipakainya tadi saat akad.

Ponsel bergetar di saku celananya. Bastian yang penasaran siapa orang yang sudah menghubungi dirinya seketika langsung melihat ponsel. Ternyata, dari Bara asisten pribadinya.

"Ya hallo?"

"Bos, apa anda sudah melihat berita viral hari ini?" Tanyanya menggebu dari seberang telepon.

"Tidak. Kenapa?" Tanya Bastian sembari berjalan ke dekat jendela.

"Bella sedang membuat sayembara untuk anda." Ungkapnya.

"Maksudnya?"

"Ya, Bella tidak terima pernikahannya dengan anda batal. Dia melakukan jumpa pers dan membuat sayembara untuk siapa saja yang bisa menemukan keberadaan anda,"

"Siapapun yang memberikan informasi benar dan valid, Bella akan membayarnya dengan uang."

"Dan anda tahu bos, 50 juta untuk orang yang berhasil mendapatkan informasi benar tentang anda."

"Kamu tidak berbohong?"

"Tidak."

"Kalau begitu, biarkan saja. Tidak usah pedulikan mereka. Kunci saja orang-orang yang tadi hadir pada pernikahanku. Serta para pegawai apartemen dan hotel." Pesan Bastian.

"Sudah bos, itu aman." Jawab Bara dari seberang telepon.

"Makasih." Bastian mematikan sambungan teleponnya ingin segera melihat berita yang ada.

Setelah dicari tahu dan dilihat, ternyata benar. Baru saja tiga jam yang lalu video jumpa pers Bella diunggah, kini sudah ramai dan bahkan sangat viral beritanya. Bella, wanita yang dijodohkan orang tuanya untuk dia (Bastian).

"Dasar wanita licik!" Gumam Bastian dengan senyum sinis melihatnya.

Dia benci, tidak suka dengan wanita hasil perjodohan orang tuanya itu. Bella pintar merayu, bersilat lidah dan suka menghasut orang lain. Terutama menghasut orang tuanya.

Apapun yang di ingin harus tercapai. Terlalu banyak mengatur dan mengekangnya. Pintar membalikkan fakta. Bastian benci dengan tipe wanita sepertinya. Sangat licik.

Ting, tong..!

Bel pintu terdengar. Bastian menoleh dan segera melihat siapa yang datang. Ternyata setelah diintip dari lobang kecil di pintu, Bastian melihat orang tuanya ada di sana.

"Mama?!"

"Papa?!"

Dia kaget dan bingung. Kenapa bisa orang tuanya tahu jika dirinya ada di sini. "Siapa yang memberitahu keberadaanku disini?" Bastian bertanya-tanya sambil mondar-mandir di dekat pintu.

Karena tak kunjung dibuka, ponsel pun ikut berdering yang ternyata dari sang mama. Pilihannya hanya dua, mengangkat telepon, atau membuka pintu. Akhirnya, Bastian milih mengangkat telepon dari pada membuka pintu.

"Ya, hallo mah?" Sapanya terlebih dahulu.

"Bastian, kamu dimana?! Cepat buka pintunya!" Suara kenceng sang mama dari seberang telepon.

"Pintu yang mana, mah? Bastian diluar kota."

"Apa!!"

"Jangan coba-coba membohongi mama, Bastian. Kamu harus pulang dan selesaikan masalah kamu." Mama Anja marah.

"Besok saja mah, lusa baru Bastian pulang." Bohongnya.

"Tidak bisa. Kamu harus pulang sekarang! Kamu sudah keterlaluan Bastian, sudah mempermalukan keluarga kita."

"Bukan hanya keluarga kita, tapi kamu juga sudah membuat keluarga Bella malu dan kecewa."

"Kamu juga sudah membuat Bella menangis siang malam karena memikirkan pernikahan kalian yang batal. Apa kamu tidak memiliki hati nurani, Bastian?"

"Bella wanita cantik, lembut, baik dan penyayang, harusnya kamu bisa melindungi dan menjaganya. Bukan malah menghancurkan perasaannya."

"Kamu jahat Bastian. Kamu sudah membuat mama kecewa."

"Mama minta, kamu pulang sekarang! Pokoknya mama tidak mau tahu, kamu harus pulang dan selesaikan masalah ini secepatnya!" Pinta sang mama dari luar kamar apartemennya lewat sambungan telepon.

"Maaf mah, gak bisa. Lusa baru Bastian pulang,"

"Assalamualaikum." Bastian memutus sambungan teleponnya.

Melangkah menuju ranjang, Bastian meletak ponselnya begitu saja di sana. Daripada berdebat dengan sang mama yang tak kunjung ada titik temu, lebih baik Bastian hentikan.

Sementara diluar kamar apartemen,...

"Bastian hallo! Bastian!" Teriak sang mama saat panggilan telepon dengan putranya terputus.

Gelisah, Bu Anja melihat sang suami,... "Bastian mematikan teleponnya pah. Gimana ini?" Bu Anja cemas.

Takut tak bisa menghubungi putranya lagi seperti kemarin saat hari batalnya pernikahan putranya. Sebab baru kali ini, telepon Bastian aktif.

"Apa yang dia katakan, mah?" Tanya pak Saka ingin mencari jalan tengahnya. Agar sang istri tidak terus kepikiran dan cemas.

"Bastian tidak ada disini, pah. Dia ada diluar kota. Katanya, lusa baru pulang."

"Astaghfirullah... Anak ini bener-bener," pak Saka tak habis pikir dengan jalan pikiran putranya.

Kenapa bisa di hari penting seperti kemarin dia pergi dan tak pulang hingga sekarang. Padahal, ada tanggung jawab besar yang harus ia lakukan.

"Terus bagaimana ini pah? Apa yang harus kita lakukan. Lukman sama Devina pasti menagih janji kita yang akan membawa Bastian pulang hari ini."

Mama Anja tak tenang. Khawatir orang tua Bella akan semakin kecewa pada keluarga mereka.

"Sabar mah, kita tunggu saja sampai Bastian datang. Jika tidak pulang, papa sendiri yang akan turun tangan untuk mencarinya."

"Sekarang, ayo kita pulang!" Ajak pak Saka pergi dari sana.

Sementara Bastian, mengintip dan mendengarkan obrolan orang tuanya dari lubang kecil yang ada di pintu apartemen.

"Maafin Bastian mah, untuk kali ini, Bastian tidak bisa mengabulkan permintaan mama."

"Tapi untuk menikah, Bastian sudah kabulkan. Bukan dengan Bella, melainkan dengan Nara."

***

Bersambung,....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Batalnya Pernikahan Sang CEO    bab 12 (BPSC)

    Melihat pesan dari Bastian, lagi-lagi Nara menghela napas pasrah. Ternyata benar dugaannya tadi, jika semua ini adalah ulah Bastian suami sirinya itu, bukan Bara sang asisten."291025." Gumam Nara saat menekan tombol pasword kamar Bastian."Eh, kok tidak bisa?" Nara bingung, seingat dia, itu benar angkanya."Duh, gimana ini? Berapa yang benar ya, angkanya?" Ucap Nara mulai mengingatnya baik-baik."281025, duh, kok salah lagi, sih? Gimana dong?""Jika diulang terus, bakalan aman gak ya? Kena blokir gak ya, itu password nya?" Nara mulai cemas. Takut ketidaktahuannya ini akan jadi masalah."Coba lagi deh, bismillah," ucapnya sambil menekan angka-angka yang ada di tombol pintu tersebut."Yah ... gagal lagi. Gimana ini?" Nara mulai putus asa. Kakinya sudah capek berdiri lama di sana."Padahal seingat aku, itu benar deh, pasword nya. Kenapa masih gagal terus, ya? Ingat banget kalau depannya itu awalannya angka dua, lalu ada sepuluh dan angka dua limanya,""Kenapa masih salah? Kira-kira, di

  • Batalnya Pernikahan Sang CEO    bab 11 (BPSC)

    Tepat selesai Nara melaksanakan sholat dhuhur saat jam istirahat tiba, dia melihat pesan dari Bastian yang lagi-lagi harus membuatnya menghembuskan nafas berat.Ada aja kelakuan yang dilakukan dia untuknya. Selalu menganggu jam kerja dan cari-cari alasan agar bisa bertemu.Entah apa maunya Bastian ini, Nara sendiri juga bingung. Toh tidak ada hal penting yang harus dibicarakan, kenapa minta selalu pengen ketemu. Kan aneh? Pikir Nara.Cukup ingin tahu saja isi pesan itu, Nara mengabaikannya. Tidak ada niatan buatnya untuk membalas pesan tersebut yang isinya hanya untuk, menyuruhnya datang mengantar makan siang buat Bastian. Nara ogah, tidak mau bertemu Bastian lagi.Segera melipat mukena dan sajadah yang sudah digunakannya, Nara keluar dari ruang ibadah atau mushalla mini yang tersedia di hotel tersebut. Khusus untuk para karyawan yang tempatnya ada di belakang."Nara, apa kamu sudah selesai?" Tanya Hana yang baru saja datang."Sudah Han, kenapa?""Pak Bara tadi mencari mu." Ucap Hana

  • Batalnya Pernikahan Sang CEO    bab 10 (BPSC)

    Tepat selesai Nara menutup pintu kamar Bastian, dirinya terkejut saat mendapati sosok Bella dan Hana temannya tak jauh dari tempatnya berdiri.Nara gugup, namun sebisa mungkin dirinya berusaha untuk terlihat baik-baik saja dan seperti tak terjadi apa-apa sebelumnya."Em-mbak Bella?!" Nara menyapanya lebih dulu.Tak langsung menjawab, Bella justru mengamati seluruh penampilan Nara dari kaki hingga ujung kepala. Entah apa yang sedang dicari dan dipikirnya."Kenapa mbak? Apa ada yang salah?" Nara yang tak nyaman langsung bertanya."Apa kamu dari dalam kamar calon suamiku?" Bella bertanya dengan nada jijik saat melihat Nara yang notabennya adalah karyawan hotel ini. Yang dia anggap, tidak selevel dengannya.Dari segi kekayaan, Nara emang kalah jauh dari kehidupan Bella. Bella orang berada, glamor, sementara dirinya, orang tak punya dan juga hidup sebatang kara. Tidak seperti Bella yang masih memiliki keluarga lengkap juga hidup berkelimang harta dari orang tuanya. Level mereka berbeda.N

  • Batalnya Pernikahan Sang CEO    bab 9 (BPSC)

    Di parkiran hotel, Nara yang dipaksa oleh Bastian untuk berangkat kerja bersama sejak dari rumah tadi akhirnya mau tak mau harus mengikuti inginnya. Tapi, benar saja seperti kekhawatirannya tadi, Nara bingung setelah melihat situasi yang ada ditempat parkiran mobil ini. Melihat ke sana kemari, dia berkata, ... "Kalau seperti ini, bagaimana caraku buat turun pak? Semua mata pasti akan tertuju pada mobil ini." Tanyanya pelan. "Turun saja, tidak akan ada orang yang melihatmu." Bastian menjawab santai setelah ia pastikan sendiri jika semuanya akan aman untuk istri sirinya itu turun dan masuk ke dalam. Tapi Nara, masih ragu saat akan membuka pintu mobil tersebut. Dia takut saat kakinya menginjakkan lantai tiba-tiba saja ada anak-anak hotel yang memergokinya dengan Bastian. Bisa kacau semuanya nanti. Walaupun status dirinya adalah istri siri, tetep saja buat Nara itu bukan ikatan yang sakral dan melegakan. Sebab belum tercatat di mata negara. "Nara?" Panggil Bastian saat Nara tak kunj

  • Batalnya Pernikahan Sang CEO    bab 8 (BPSC)

    Pagi...Seperti biasa, Nara selalu bangun jam 4.40 menit agar tak terlambat datang bekerja.Mandi, hal pertama yang ia lakukan setelah bangun dari tidurnya. Dia juga masih mendapati Bastian tertidur pulas di atas kasur yang sama dengannya saat bangun tadi.Kasihan ... Tapi mau bagaimana lagi, semua itu inginnya sendiri. Bukan paksaan darinya apalagi rayuannya (Nara)."Astaghfirullah!!" Nara terkejut saat dirinya tiba-tiba saja mendapati Bastian yang sudah terduduk tegap di atas kasurnya."Bas-bastian?""Ka-pan kamu bangun?" Nara seketika bertanya. Takut jika Bastian sempat mengintipnya saat mandi tadi."Aku baru saja bangun setelah mendengar gemericik air dari belakang." Jawab Bastian jujur. Matanya pun, masih sangat berat untuk dibuka."Baru saja, atau sudah beberapa menit yang lalu?" Tanya Nara lagi yang masih kurang puas dengan jawaban Bastian."Baru. Baru juga duduk dan kamu sudah datang kemari." Jawabnya."Tidak berbohong 'kan?""Tidak Nara ... Aku berkata jujur. Jika kamu tidak

  • Batalnya Pernikahan Sang CEO    bab 7 (BPSC)

    "Aku tidak akan mati sebelum punya anak 12 darimu, Nara. Asal kau tidak curang meracuniku malam ini." Menghela nafasnya panjang, Nara berkata, "Aku tidak sesadis itu, Bastian. Jika aku mau, aku sudah mem**nuhmu malam itu juga." Sahutnya sarkas. "Berarti, rasa belas kasihmu besar terhadapku." Bastian melambung tinggi berbunga-bunga hatinya mendengar penuturan Nara barusan. "Tidak juga. Itu hal wajar terhadap sesama ciptaan Tuhan yang maha Esa. Jangan berlebihan." Nara mematahkan semangat Bastian seketika itu juga. Membuat Bastian menghela nafas berat dan sabar. "Huh, ku kira...?" keluhnya. "Makanlah, keburu dingin nanti." Titah Nara mulai melahap nasi goreng yang baru saja dimasaknya. Duduk berhadapan, dia tak peduli dengan Bastian di depannya. Jika dia doyan silahkan dimakan, jika tidak terserah. Yang penting perutnya kenyang. "Masakanmu enak ... Kenapa gak daftar jadi koki saja di hotelku?" "Aku tidak ahli. Jika banyak permintaan, aku bisa keteteran saat membuatnya. R

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status