Sambil menunggu update bab terbaru. Bisa baca juga cerita saya yang lainnya. 1 . Istriku Minta Cerai Setelah Aku Tagih Hutangnya (tamat) 2. Kunci Brangkas Rahasia Suamiku (tamat) 3. Maaf, Aku Pantang Cerai (ongoing)
Wanita itu tidak menjawab, dia masih sibuk memasukan barang yang ada di dalam lemari kedalam plastik. Membuat Bayu marah, merampas plastik dari tangan ibunya lalu memasukan kedalam kulkas dan lemari lagi."Apa yang kau lakukan Bayu? Itu mau ibu bawa pulang, kau bisa minta lagi ke Risma. Dia tidak akan menolak permintaanmu, kami butuh makanan setelah uang ibu di ambil semua tadi."Bayu terdiam mencoba meredam amarahnya, tapi dia sedang lelah dan ibunya seolah tidak perduli. Membuatnya benar-benar marah besar di buat wanita yang melahirkan dirinya."Cukup, ibu kembalikan semuanya dan sekarang juga tinggalkan rumahku. Apa ibu tidak tau aku sudah hancur mau apalagi sekarang?"Mendengar ucapan Bayu membuat ibunya terkejut. Selama ini bayu menuruti semua permintaannya, tapi kini kenapa dia berubah menentang kemauannya."Jangan bilang kau mulai durhaka kepada ibumu, Bayu? Tak akan bahagia hidupmu, setelah menyakiti hati ibu yang melahirkan kau ke dunia ini."Bu Gendis menatap sinis. Dia meras
"Risma, ada yang mengetuk pintu gerbang! Coba lihat siapa yang datang!"Risma bergegas keluar saat mendengar ibunya berteriak dari dapur. Sedang dia tengah menjemur baju yang baru siap dia cuci, begitu membuka pintu, dia melihat keluarga Bayu dengan formasi lengkap minus Bayu tentunya."Kalian mau apa kemari? Aku dan mas Bayu akan bercerai tunggu saja surat dari pengadilan."Risma berusaha kembali menutup pintu, tapi teriakan bu Gendis membuatnya berhenti untuk menutup pintu."Karena itu kami mau membicarakannya denganmu. Percayalah kau tidak akan rugi mendengarkan penawaran kami."Mendengar kata penawaran, Risma paham kali ini pasti tidak jauh dari soal uang. Dia jadi ingin tau apa yang di inginkan keluarga bayu darinya. Dia keluar dan membuka pintu gerbang, dengan percaya diri Bu Gendis dan anak-anaknya mengikuti masuk ke dalam rumah keluarga Risma.Mereka menghirup aroma sedap masakan ibu Risma. Sepertinya itu membuat mereka menjadi lapar, meski sudah makan tadi dari rumah."Risma p
Firasat seorang istri itu kuat. Sehebat apapun suami menutupi boroknya, cepat atau lambat akan ketahuan juga.*****Hari menjelang malam saat Risma memasuki halaman rumah Bayu suaminya. Tidak ingin mengundang kehebohan para tetangga, dia memilih berjalan kaki menuju rumahnya. Niatnya hendak bicara dengan Bayu soal permintaan ibu mertuanya.Dia mulai masuk halaman, namun langkah kakinya terhenti saat melihat pintu tertutup rapat tapi lampu belum di nyalakan. Hanya terlihat samar sinar lampu dari dalam kamarnya."Aneh, kalau tidak ada orang kenapa lampu kamar hidup? Kalau ada orang kenapa cuma kamar yang hidup. Tidak mungkin juga mas Bayu tidur seawal ini."Pikir Risma lalu melihat jam yang melingkar di tangannya, baru setengah delapan. Masa Bayu sudah tidur, penasaran Risma mengintip dari celah jendela dan terkejut melihat pemandangan di dalam."Mas Bayu buka pintu! Kalau tidak aku bakar rumah ini!"Risma berteriak membuat beberapa anak muda yang hendak melewati rumahnya berlarian. Masu
Matahari batu saja bersinar. Bayu menarik napas berharap pak RT dan warga akan segera datang dan mengadili dia dan Intan. Semalaman berada di balai desa membuatnya frustasi, apalagi bila mengingat kemarahan Risma."Tidak ada yang harus di pertanggung jawabkan pak RT. Kami lakukan suka sama suka, kalian bisa lihat wanita itu yang datang ke rumahku."Bayu menolak ketika harus menikah dengan Intan. Sedangkan Intan berkeras Bayu harus menikahi dirinya, meski hanya nikah siri karena Bayu masih suami Risma."Sekali tidak tetap tidak, kalau mau memenjarakan. Aku lebih rela dipenjara daripada menikahi wanita, yang berani memamerkan tubuhnya kepada pria yang bukan suaminya."Bayu mengeluarkan rahasia yang selama ini di lakukan Intan kepadanya. Sebenarnya dia tidak memperdulikan gadis itu, tapi semalam saat melihat langsung tubuh bagian atas Intan membuat Bayu gelap mata."Kau jahat mas Bayu. Setelah menikmati tubuhku kau mau lepas tangung jawab, saat ini aku sudah hamil anakmu, Mas."Bayu terke
"Karena kita tetangga, kalau mau damai tunggu mbak Ana dan polisi. Kau pikirkan damai yang kau katakan itu bagaimana bentuknya."Bu Ida dan Intan saling memandang, mereka seolah berpikir apa yang harus mereka lakukan jika mau berdamai."Siapkan lima puluh juta, jika kalian mau berdamai."Semua orang terkejut mendengar suara dari belakang. Ternyata Ana datang bersama dua orang polisi, membawa sebuah surat yang mungkin berisi surat perintah penangkapan."Kalian gila mau memeras ku, jangan harap bisa."Bu Ida berdiri dan menatap Nina dan kakaknya. Meski takut dia tidak mau di ancam, apalagi di peras seenaknya."Kalau begitu tangkap dia Pak polisi. Wanita itu yang melukai kepala ibuku."Ana menunjuk ke arah Bu Ida. Melihat wanita itu ketakutan membuat Nina dan Ana tersenyum sinis."Kalian tau ibu adalah segalanya bagi kami, seenaknya saja kau mencelakai dia. Uang limapuluh juta itu tidak sebanding dengan luka di kepalanya, jadi jangan harap kami akan berdamai."Kedua polisi mendekat dan me
Wajah mas Bayu terlihat memerah, dia mungkin tidak menyangka aku mengetahui semuanya, termasuk Vidio call yang dia lakukan dengan Intan."Sejak kapan kau tau soal itu, Ris.""Sudah sejak lama aku tau tapi kau saja yang terlalu bodoh, sehingga tidak sadar saat aku melihatmu melakukan itu."Sekali lagi mas Bayu menatapku seolah tidak percaya, kalau aku mengetahui perbuatannya selama ini."Bukankah aku ini wanita bodoh, Mas. Sehingga menahan diri dengan tingkahmu yang menjijikan itu. Tapi akhirnya kalian juga yang menyadarkan betapa bodohnya istrimu ini."Tanpa perduli aku kembali masuk ke dalam rumah dan berniat menutup pintu. Namun aku kembali membuka pintu lalu menatap kearah mas Bayu."Sekali lagi kau tekan bel. Aku pastikan kau akan di bawa ke kantor polisi, karena menganggu ketenangan kami semua."Mas Bayu tidak jadi menekan bel rumah yang baru kami pasang. Berani dia melakukannya, maka aku pastikan satpam depan akan membawanya menuju kantor polisi sekarang juga."Sana pulang, seles
"Sialan memang si Risma berani dia mengusir kita. Ingat bayu di harta Risma, ada hakmu jadi pertahankan. Jangan mau bercerai jika tidak mendapat konpensasi dari mereka."Kepalaku pusing memikirkan perlakuan Risma. Apa dia benar-benar berniat bercerai denganku. Tidakkah dia ingat kenangan indah kami berdua."Bayu kau dengar tidak!?"Aku terkejut saat mendengar teriakan mbak Ana. Apa dia tidak berpikir suaranya bisa mengundang orang yang ingin tau masalah keluarga kami."Sudahlah Mbak, memangnya hak apa yang aku miliki setelah melakukan hal yang keji kepada Risma?"Mendengar ucapanku bukannya sadar mbak Ana tampak marah, dia bersiap akan memukul tapi segera aku tepis. Dia semakin kurang ajar rupanya, memangnya aku anak kecil yang bisa dia pukul sesuka hati."Jaga kelakuanmu, Mbak. Jangan kurang ajar, kita memang saudara tapi bukan berarti kau berhak memukulku seperti anak kecil."Melihat mataku melotot membuat mbak Ana menurunkan tangannya. Dengan kikuk dia berjalan dan duduk di kursi sa
"Bayu kau dengar tidak!?"Aku terkejut saat mendengar teriakan mbak Ana. Apa dia tidak berpikir suaranya bisa mengundang orang yang ingin tau masalah keluarga kami.Salah sendiri dari tadi berlagak sok kaya. Menghina tanpa berpikir, ternyata dia tengah membeli barang milik orang yang dia hina."Mas Bayu keterlaluan, daritadi kenapa tidak bilang kalau itu butik milik mbak Risma."Enak saja dia menyalahkan aku, sedangkan daritadi dia tidak bertanya soal itu."Bukan urusanku, daritadi kau tidak bertanya. Jadi jangan salahkan orang lain."Aku kembali pergi meninggalkan mereka semua. Terserah meski terdengar Intan menangisi uang yang di belanjakan di butik Risma tadi."Mas Bayu tunggu kita pulang sama-sama."Intan mengejar dan menarikku menuju motornya yang terparkir di ujung jalan. Terpaksa aku ikut daripada harus bersama ibu."Mas Bayu jadian nih ceritanya sama Intan. Ketagihan ya layanan bobok manjanya?"Aku terkejut saat dari ujung jalan seseorang berteriak mengejekku. Belum sampai depa