Katanya anak kedua sering terabaikan, aku pikir itu mitos tik tok. Rupanya benar. Aku dan Roan sampai shock seperti tidak percaya perkataan dokter yang mengatakan bahwa aku sudah hamil lima bulan. Tiba-tiba ada bayi yang bergerak di perutku!Sampai kandungan hampir memasuki usia ke enam bulan tidak terasa sama sekali. Padahal aku pernah hamil tapi tidak tahu. "Kok kamu bisa nggak sadar sih?" Protes Roan. Kami saling berpandangan. Masih di depan dokter kandungan. "Aku beneran nggak sadar, soalnya bulan kemarin aku datang bulan walaupun cuma flek." Dokter menyela, "memang hal seperti ini bisa terjadi, tidak masalah. Sekarang Bu Rina harus menjaga kesehatan lebih ekstra." "Bayinya normal 'kan Dok? Soalnya aku nggak jaga kandungan dan serabutan." Aku bertanya karena khawatir. "Alhamdulillah bayinya sehat."Roan tiba-tiba memelukku. "Selamat, akhirnya kita dianugerahi anak lagi." Aku membalasnya. "Selamat juga, akhirnya kita bisa menjadi orang tua." Rasanya terbaru, setelah penantia
Kata orang, aku cerdas dan bisa melakukan apapun. Bahkan di usia ku yang ke 24 tahun ini, aku sudah menjadi sekretaris CEO Nathanael Grup, salah satu perusahaan teknologi terbesar di Indonesia dengan aplikasi andalan kami yakni Nathashope. Tahun ini kami berencana masuk ke industri yang lebih besar, yakni mengeluarkan kartu prabayar setelah tahun kemarin sukses membuat dompet aplikasi. Semua orang mengakui kelihainku dalam mendampingi CEO, termasuk Pak CEO sendiri, Roan Nathanael. Hubungan kami sangat profesional, seperti pelengkap dalam patner. Aku menyukai pekerjaanku dan bangga bisa mengimbangi cara kerja Roan yang gila, pria berusia 29 tahun itu merupakan pewaris Nathanael Grup di masa mendatang. Sangat kaku dan terkadang menyebalkan."Rin, aku sudah selesai memakai kamar mandi."Roan keluar dari kamar mandi dengan rambut basah, handuk melilit pinggangnya. "I-iya, Pak." Aku menjawab setelah mengalihkan pandangan.Aku berjalan ke kamar mandi. Kepalaku rasanya sakit. Aku juga la
Kok keluargamu nggak dateng?" tanya salah satu kerabat Roan. Aku kembali mengalihkan pandangan ke semua kerabat Roan, mengabaikan Roan yang sedang minum kopi."Emb... itu," ucapku terbata-bata.Memang tidak ada satupun keluargaku yang datang, orang tuaku bercerai, ibuku menikah lagi sejak aku masih kecil. Sementara Bapak kabur meninggalkan banyak hutang. Aku diasuh nenek dan kakekku di kampung dari SD sampai SMP. Aku meremas jemari, sulit menjawabnya.Sebenarnya aku ingin mengundang ibu yang aku ketahui keberadaanya. Hanya saja aku ragu. Berpikir ini hanya pernikahan pura-pura, tidak perlu mengundang. Sementara bapakku, aku tidak tahu dia masih hidup atau tidak. Saat aku lulus SMP tiba-tiba dia menjualku ke keluarga Yua untuk membayar hutang. "Ibuku ... itu, beliau..." Aku sungguh bingung."Kalau udah selesai makan cepat kalian pulang, mau aku pesenin taksi nggak?" tiba-tiba Roan memotong ucapanku. "Kami bawa mobil sendiri, nggak perlu." Kerabat Roan menjawab. Mereka mengobrol,
Bagaimana dengan apartemenku? Aku melakukan pernikahan kontrak ini demi mendapatkan apartemen itu. Bagaimana bisa tidak aku ditempati? Apalagi sekarang aku masih sayang-sayangnya."Kita kan bisa tinggal terpisah, Pak. Yang paling penting tidak ketahuan, iya 'kan?" "Apa kamu bisa menjamin tidak ketahuan? Apa kamu ingat kalau ketahuan berarti kamu harus mengembalikan uang yang sudah diterima?" Tidak mau! Uang itu sudah menjadi apartemen, tidak mungkin aku menjual apartemenku kembali. Setiap hari aku memimpikan memiliki apartemen itu. Saat pertemuan pertama dengan apartemen, jantungku berdebar kencang seperti jatuh cinta. Aku tidak rela berpisah dengannya."Baiklah, Pak." Aku ingin menangis, meninggalkan apartemen hampir seperti meninggalkan belahan jiwa. Sabarlah apartemenku sayang, hanya 6 bulan. Setelah itu aku akan pulang dan bersamamu selamanya. Hiks. "Apa kita akan tinggal di rumah keluarga Nathanael?" "Tidak, kita akan tinggal di penthouse." "Penthouse yang belum lama anda
Padahal aku sudah menggunakan jurus pura-pura hamil seperti di drama Korea, tapi Nyonya Rosa masih tetap tidak merestui pernikahan kami. Dia menemuiku seminggu kemudian. Mengulurkan uang segepok. "Lahirkan bayi itu lalu tinggalkan putraku," katanya. Wajahnya tampak galak seperti nyonya konglomerat kebanyakan, bibirnya tebal berwarna merah. Tubuhnya langsing karena sedot lemak, rambutnya disanggul. Perhiasan dari atas sampai bawah bernilai milyaran. Anting yang dikenakan saja berharga 2,4 milyar. Beliau membelinya di Paris bulan lalu. Pak Roan yang memintaku mengurus keberangkatannya hingga mengurus bea cukai anting itu. Kalungnya adalah hadiah dari Nyonya Sharmila, beliau meminta rekomendasi dariku. Aku menyarankan kalung dari brand perhiasan Van Cleef & Arpels seharga 1 Milyar 197 juta. Kalung yang juga dipakai Syahrini. Nyonya Rosa sering meniru fashion Syahrini. "Maaf Nyonya, saya nggak bisa. Kami sudah berjanji akan menikah," jawabku. Ada segelas air di depannya, pasti untuk
Wajah Rin tampak lucu saat Roan mengatakan tinggal bersama, pipinya yang sedikit chubby itu memerah, matanya berkedip beberapa kali seolah tidak ingin memercayai ucapan Roan. "Kenapa? Apa kau keberatan mematuhi peraturan kontrak?""Nggak gitu, Pak. Tapi tinggal bersama walaupun kita udah itu agak...." Bicaranya yang berputar-putar terlihat lucu di mata Roan. Dulu di mata Roan, Rin hanyalah sekretaris yang kompeten. Meskipun dia menerima Rin magang di perusahaannya karena teman Yua, tapi ia tidak menduga Rin mampu mengimbanginya, padahal saat itu usia Rin baru 20 tahun dan lulusan S1 termuda di angkatannya. Rin adalah sosok yang pekerja keras, memiliki kebanggaan bergabung dengan Nathanael Grup, membuat Roan mengangkat Rin menjadi sekretaris tetap setelah selesai S2. Hampir semua pekerjaan bisa diselesaikan dengan baik, cara Rin mengimbanginya juga cerdas, walaupun masih ada kekurangan karena Rin bukan lulusan luar negeri. "Kau, lanjutlah kuliah S2. Bahasa asingmu sangat buruk,"
Roan hanya mengikuti naluri dan emosi. Jantungnya berdebar kencang ketika berhasil menembus dinding yang gadis itu jaga. Ada rasa bersalah, takut dan khawatir. Namun, Roan tidak bisa berhenti. Sudah terlanjur tidak bisa mundur.Setelah malam yang panjang, Roan baru sadar bahwa ini tindakan yang salah. Dia menjambak rambutnya sendiri, Rin memang mabuk tapi dia sadar sepenuhnya. Dia seperti Bos brengsek yang memanfaatkan karyawan yang mabuk untuk one night stand. Roan sering mendengar cerita seperti itu dari teman-temannya. Tidur dengan karyawan yang cantik dan seksi. "Apa yang udah aku lakuin ke Rin?" Roan menutup wajahnya dengan punggung tangan. Menghalangi cahaya lampu gantung yang berada di atasnya. Sementara Rin sudah tertidur pulas di sampingnya. "Akh! Aku benar-benar sudah gila!" Roan menyesal. Hubungannya dan Rin pasti akan canggung setelah ini, bisa jadi mempengaruhi pekerjaan.Lalu, bagaimana jika Rin membencinya? Dia sudah merenggut kesucian Rin. Ia malu untuk bertatapan
Selama ini Roan diberikan yang terbaik, dari mulai makanan hingga pendidikan. Sebagai anak konglomerat, Roan tidak pernah merasakan yang namanya tidak punya uang. Ia tinggal tunjuk dan keinginannya akan terpenuhi. Dia dibesarkan dengan segala kemewahan. "Apa ini yang kau sebut tampat tinggal?" tanya Roan ketika sampai di apartemen Rin. Roan menendang dan terlihat jijik dengan perabotan yang masih berserakan. Baginya kandang sapi jauh lebih baik dari apartemen Rin yang akan ia tempati selama dua hari ini.Wanita itu berusaha bersabar melihat hinaan bos yang baru saja jadi suaminya. Menunduk menyingkirkan kardus yang ditendang Roan."Pak, ini karena aku baru pindahan. Belum selesai, aku kan sibuk." Roan menoleh, dia mengerutkan kening dengan ekspresi jijik. Tidak menerima kejorokan Rin."Kau hidup di tempat banyak kuman dan kotor." Rin terlihat menahan diri untuk tidak memaki, ia mengangguk. Berusaha tersenyum dengan elegan."Silakan istirahat, Pak." Rin mempersilakan Roan duduk di