Share

Bab 8. Bolos Kantor

Keesokan paginya saat matahari sudah tinggi dan membias jendela-jendela apartemen, Sophia dan Hanna masih terlelap. Setelah adu mulut semalaman yang panjang, di mana si pemilik apartemen tetap keras kepala mau tidur di lantai dan menyuruh tamunya tidur di kasur. Perdebatan itulah yang membuat Hanna menang dan membawa mereka ke dalam tidur yang sampai sekarang pun belum terjaga.

Sophialah yang lebih dulu siuman. Ia menggeliatkan tubuh saat matahari memancarkan kilau cerah tepat di matanya. Perlahan-lahan dibukanya mata indah itu. Terasa asing dengan suasana kamar, Sophia menyapu semua ruangan. Setelah matanya benar-benar terbuka, ia mencoba mengenali ruangan itu dan kembali mengingat apa yang terjadi. "Hanna?" Ia terlonjak. Dengan cepat Sophia menepiskan selimut tebalnya dan menunduk ke arah lantai. "Hanna, bangun!" Ia melirik jam weker di atas nakas. "Mampus! Aku terlambat." Dilihatnya Hanna menggeliat.

Setelah semua mata benar-benar terbuka, Hanna pun menatap Sophia yang kini sedang duduk dengan tangan menopang dagu. "Kau kenapa?" tanya Hanna seraya membangunkan diri dari busa tebal yang empuk lalu melakukan gerakan untuk merenggangkan otot-ototnya.

"Seandainya semalam kau tidak mengajakku adu mulut, pasti aku tidak akan terlambat, Han."

Hanna melirik jam dinding. "Apa?!" pekiknya. "Jam sepuluh?!" Ia segera bergegas menuju kamar mandi.

"Percuma!" teriak Sophia. "Pasti satpam di depan kantormu akan mengusirmu pulang."

Mereka berdua sama-sama bekerja sebagai eksekutif bagian keuangan di perusahan yang berbeda. Jika Sophia bekerja di AJESIO Group, maka Hanna bekerja di salah satu perusahan yang bekerja sama dengan AJESIO Group. Lebih tepatnya, perusahan yang di mana mepekerjakan Hanna adalah perusahan yang sering mendistribusikan barang-barang inventaris untuk keperluan AJESIO Gedung. Dan selain di kantor-kantor lain, AJESIO Group termasuk salah satu pelanggan setia mereka.

Dilihatnya Hanna keluar lagi dengan busa odol yang masih menempel di pipinya. Sophia menahan tawa. "Kenapa tidak mandi?" Bukannya kau mau ke kantor?"

"Kau benar. Ini sudah jam sepuluh. Satpam pasti akan mengusirku. Ya ampun, atasanku pasti akan marah padaku. Ini adalah hari pertama aku bolos selama 5 bulan bekerja di perusahan itu."

Sophia mendekikan bahu. "Aku juga. Tapi aku baru saja mengirimkan pesan pada kepala Divisi-ku, bahwa aku tidak masuk kantor karena urusan keluarga. Dan syukurlah dia mengijinkanku."

Hanna mengendus. "Baiklah. Mungkin hari ini saatnya aku membantumu untuk mencari apartemen," katanya pelan. "Eh, Sophia? Sebenarnya aku ingin kau tinggal di sini bersamaku saja. Tapi apartemen ini terlalu sempit untuk kita berdua. Kau terbiasa tinggal di rumah mewah dan besar. Jadi aku rasa kau pasti tidak akan nyaman jika harus tinggal berhimpitan bersamaku di sini."

Sophia turun dari kasur. Sebenarnya ia juga ingin seperti itu. Tapi jika ia tinggal di apartemen itu, ia kasihan pada Hanna yang setiap hari harus tidur di lantai. Kasur di kamar itu hanya berukuran satu orang. Kalaupun bisa ia atau Hanna membeli yang lebih besar lagi, kasur itu pasti tidak akan muat di dalam kamar yang kecil itu.

Sambil memeluk Hanna ia berkata, "Terima kasih, tapi aku lebih baik tinggal di apartemen sendiri. Aku tidak mau sewaktu-waktu daddy akan datang dan menyalahkanmu atas kepindahanku. Dia tahu aku bukan tipe orang yang suka menyendiri. Meski dia cuek padaku, tapi di satu sisi aku rasa dia peduli terhadapku. Saat mom meninggal, meski sesibuk apa pun dia di kantor, dia selalu menghubungi pengurus rumah dan menanyakan apakah aku makan teratur atau tidak? Apakah aku tidur siang atau tidak?" Sophia menarik napas menahan tangis. "Aku tahu dia sangat peduli padaku, tapi sejak Betty dan Angelica hadir, sikapnya jadi berubah dan bahkan sangat kejam."

Hanna balas memeluknya. "Kau pasti akan melewatinya. Aku akan selalu bersamamu kapan pun kau butuhkan."

Sophia terharu. "Oh, Hanna, aku bersyukur Tuhan mengirimkanmu padaku. Hanya kaulah satu-satunya orang yang kumiliki di dunia ini."

Di sisi lain.

"Pak Aaron datang! Ayo berdiri," kata salah satu wanita yang merupakan cs di G2 pada parternya. "Selamat pagi, Pak." Mereka sama-sama berucap sambil menunduk. Dilihatnya Aaron terus berjalan menuju lift tanpa memperdulikan sapaan mereka. "Kau tahu itu siapa?" tanyanya kepada partnernya yang masih berstatus karyawan trainning. Merasa tak ada jawaban dari si partner, wanita yang berjabat sebagai cs senior itu menoleh. "Ya ampun, malah diam."

"Ah, eh! Maaf, Kak. Aku... aku hanya terpesona pada pria tadi."

Pandangan si cs senior mengarah ke arah lift yang baru saja membawa Aaron ke lantai atas. "Dia memang tampan, tapi kau lihat saja sendiri sikapnya. Sapaan kita bahkan tidak digubris sama sekali."

"Iya benar. Dia kelihatan arogan. Memangnya dia siapa?"

"Beliau itu adalah pemilik perusahaan ini. Dia..."

"Apa? Pemilik perusahaan? Berarti dia bos kita, ya? Ya ampun, pantasan saja auranya sangat dominan. Dia sangat dingin. Dan aku suka pria-pria berwajah dingin," katanya sambil menatap lift yang tadi di masuki Aaron.

"Woi! Kau itu jangan mimpi. Dia itu bukan bos biasa. Dia itu bukan bos-bos seperti di cerita n***l yang berwajah dingin dan kemudian jatuh cinta pada sekertaris atau bawahannya. Dia itu bos brengsek yang dengan seenaknya memecat sekertaris atau memindahkannya ke bagian divisi lain kalau dia bosan! Termasuk aku."

Wanita di sebelahnya dengan cepat menengadahkan kepala. Ditatapnya gadis berambut pirang dan berparas cantik itu dari ujung rambut hingga ke ujung kaki. "Maksudnya?"

Cs senior membulatkan matanya. "Iya. Aku dulu sekertarisnya dan aku bersyukur dia tidak memecatku. Dia hanya memindahkan aku ke gedung ini. Gedung ini istrilahnya G2, kalau di gedung sebelah karyawan sering menyebutnya G1."

"Oh, begitu? Ya, aku paham sekarang. Tapi kenapa sampai Kakak dipindahkan ke sini?"

"Saat itu aku lupa kalau beliau ada jadwal pertemuan dengan klien penting. Dan saat klien itu menghubungi Pak Aaron untuk mengingatkan janji temu mereka, saat itu juga beliau memindahkanku ke bagian ini dan menyuruh salah satu eksekutif di bagian Accounting untuk menggantikan posisiku sampai menemukan penggantiku." Ia mencondongkan badan lalu berbisik, "Bekerja dengan Pak Aaron harus teliti dan hati-hati, kalau tidak...." Ia menggerakan telunjuknya dengan gaya seakan mengiris leher.

Cs trainning menatap ngeri. "Serem juga, ya. Tidak jadi, ah. Aku tidak jadi menyukai pria seperti itu. Masa hanya kesalahan sekecil itu saja sudah main mutasi."

"Masih untung dimutasi, kalau dipecat bagaiamana?"

"Tidak, tidak! Aku tidak mau dipecat. Kebutuhanku hidupku sangat banyak, jadi harus banyak biaya untuk semua itu. Dan aku masih ingin bekerja di sini."

Di sisi lain.

"Baik, Pak, Aaron. Tapi seharusnya Anda tidak perlu repot-repot ke sini. Anda bisa menghubungi saya dan saya akan mengirimkannya lewat e***l."

"Tidak. Aku sengaja datang ke sini karena ingin melihat datanya langsung," kata Aaron dengan suara yang mampu membuat kepala botak si bagian keuangan itu berkeringat.

Saat ini Aaron berada di G2 lantai 5, tepatnya di ruangan kepala divisi bagian keuangan. Karena mendapat telepon dari salah satu orang kepercayaannya, Aaron pun segera muncul di tempat itu begitu mendapat informasi.

"Ini, Pak." Mr. Han memperlihatkan layar laptopnya kepada Aaron.

Dilihatnya kurva yang menunjukkan perkembangan keuangan yang naik begitu pesat. "Apakah ini omset yang didapat selama 4 bulan terkahir?"

"Iya, Pak. Omset kita naik gila-gilaan sejak bulan Maret tahun ini, Pak. Dan jika sampai bulan berikut pasaran akan pesat seperti ini, aku yakin omset kita akan lebih naik lagi di bulan-bulan berikutnya."

"Bagus. Pertahankan itu." Aaron berdiri. Sambil merapikan jas hitamnya ia berkata, "Oh iya, Mr. Han, karena omset kita bulan ini lebih banyak dari omset di bulan sebelumnya, aku akan mengadakan pesta. Dan aku memberikan kepercayaan pada Anda untuk mengurus segala dari sekarang. Aku tidak mau pesta ini sampai gagal. Dan aku akan mengirim lewat e***l apa saja yang harus Anda lakukan."

Mata Mr. Han cemerlang. "Pesta? Pesta apa, Pak Aaron? Dengan senang hati, Pak. Aku akan melaksakan tanggung jawabnya dengan baik. Pak Aaron tenang saja."

Selama ini Aaron memang tidak pernah melakukan perayaan apa pun di kantor itu. Jangankan syukuran kenaikan omset, ulang tahun perusahan saja tidak pernah dilakukannya atau bahkan disinggungnya. Jadi, saat mendengar Aaron akan mengadakan pesta, itu merupakan satu kebahagian tersendiri bagi Mr. Han karena itu berarti ia dan anggota AJESIO yang lain sudah berhasil membuat sang pemilik perusahaan senang.

"Ulang tahun kantor. Aku akan mengadakan ulang tahun kantor tepat pada tanggal 15 nanti."

"Apa kantor ini didirikan tanggal 15 Jun, Pak?" Aaron mengangguk. "Baik, Pak, akan saya siapkan semuanya. Anda tenang saja."

Aaron tak menjawab. Ia bergegas dan Mr. Han dengan cepat langsung lebih dulu melangkah untuk membukakan pintu lebar-lebar. Mata Aaron tiba-tiba menatap ruangan di sudut lantai 5 yang sepertinya masih terkunci. Dengan alis berkerut ia menoleh dan berkata, "Mr. Han?"

"Iya, Pak Aaron?"

"Siapa pemilik ruangan itu?" Ditatapnya jam tangan. "Ini masih jam kerja, kenapa dia tidak ada di tempatnya?"

Mr. Han menelan ludah. Jantungnya bergetar. Sebenarnya bukan karena alasan kenapa ruangan itu terkunci, tapi suara Aaron-lah yang membuat Mr. Han jadi gemetar. "Oh, namanya Sophia Davis, Pak. Dia asistenku, tapi hari ini dia ijin masuk karena ada urusan keluarga."

Mata Aaron kembali melirik ruangan itu. "Mr. Han?" Intonasi suaranya pelan namun bergetar.

"Ya, Pak Aaron?"

"Kalau ada karyawan yang suka bolos hanya karena urusan keluarga, sebaiknya Anda pecat saja. Aku tidak ingin operasional kita terganggu hanya karena memprioritaskan kepentingan pribadi."

"Baik, Pak. Tapi Miss Davis adalah karyawan yang memiliki tanggung jawab dan intergritas tinggi. Selama 5 bulan bekerja di perusahan ini, baru kali ini Miss Davis absen. Dan sebagai pihak yang banyak membantuku, aku pun memberikannya ijin hari ini saja, Pak."

"Baiklah, tapi seandainya itu terulang lagi, aku memberikan Anda wewenang untuk langsung memecat orang seperti itu."

"Baik, Pak."

Aaron pun bergegas meninggalkan ruangan. Mr. Han melihat tubuh tegap lelaki itu sambil bernapas lega. Namun ternyata napas yang tadi dibuangnya harus ditarik lagi begitu melihat Aaron berhenti dan menatapnya. Ia pun segera mendekati Aaron.

"Ada apa, Pak Aaron?"

"Soal pesta tanggal lima belas nanti. Aku mau semua karyawan hadir tanpa terkecuali. Pestanya akan diadakan di salah satu mention AJESIO yang ada di dekat puncak. Aku harap semuanya hadir tepat pukul 21.00 nanti. Dan bagi siapa yang tidak hadir, akan dipastikan tanggal 16 nanti aku tidak akan melihat wajah mereka lagi di perusahaan ini."

Zet!

Mr. han menelan ludahnya. "Ba-baik, Pak."

Continued___

Ya ampun, kejam banget sih, Aaron.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status