Share

Bab 5. Ayah Yang Kejam.

"Mami yakin Mr. Jerr akan menyetujui permintaan itu?"

Mata Betty mengarah ke belakang bahu Angelica. Tatapannya kosong. "Mami punya perjanjian dengannya. Mami yakin, Mr. Jerr pasti akan menuruti kemauan mami, seperti mami yang sudah menuruti permintaannya." Perkataan yang terlontar dari mulutnya sendiri seakan menyentakkan Betty. Ia sadar lalu menengadahkan pandangannya ke wajah Angelica. "Sudah! Kau tidak usah banyak tanya. Sekarang kau panggil si gadis malas itu dan ayahnya. Lalu ingat," katanya pelan. "jangan hardik."

Dengan kesal Angelica meninggalkan ruang makan, sedangkan Betty melanjutkan menata piring dan menu yang masih harus disediakan.

Di sisi lain.

Tok... Tok...

"Sophia? Waktunya makan malam," kata Angelica dengan suara keras.

Tok... Tok...

"Soph...."

Clek!

"Aku sudah dengar, jadi kau tak perlu mengetuk pintuku berulang-ulang," ketusnya.

"Maaf, aku pikir kau tidak dengar. Kalau begitu aku ke kamar papi. Mami sudah menunggu kalian."

Di saat Angelica berbalik, Sophia menatapnya heran. Alisnya mengerut. "Tumben dia minta maaf." Ia mendekikan bahunya. "Bodoh amat."

Betty dan Angelica memang tidak pernah ramah padanya. Kedua wanita itu akan memerankan akting protagonis mereka ketika di hadapan John. Dan di saat John tidak ada, mereka berdua akan kembali menjalankan peran antagonis, layaknya film bawang putih dan bawang merah. Jadi, kalau pun ada sikap atau nada bicara mereka yang begitu pelan kepada Sophia ketika tidak ada John, gadis berkulit putih dan rambut pirang ini akan sangat terheran-heran.

Setelah semua sudah berkumpul di meja makan, keheningan pun terjadi. John duduk di bagian kepala meja. Sophia di samping kiri John, sedangkan Betty duduk di samping kanan suaminya dan bersebelahan dengan Angelica.

Sejak John menikah dengan Betty, pria itu selalu membela Angelica. Dan itu membuat keakraban John dan Sophia semakin jauh. Sejak dulu mereka memang tidak terlalu akrab, tapi setidaknya John tidak pernah bersikap kasar padanya. Dan karena perubahan sikap yang terjadi di antara mereka sejak Betty dan Angelica harus, Sophia maupun John akan saling bicara kecuali ada hal-hal yang penting yang ingin disampaikan Sophia.

Sementara bagi John sendiri, ia merasa bersalah karena sering menyalahkan Sophia meski gadis itu benar. Ia selalu membenarkan tindakan Angelica yang selalu memicu hal-hal kecil untuk menciptakan pertengkarannya dengan Sophia. Namun seperti kasih sayangnya terhadap dua wanita yang berbeda, John menyayangi Angelica seperti dirinya mencintai Betty. Begitu juga dengan Sophia, karena pernikahannya dan Cathy tidak berdasarkan cinta, ia pun tidak terlalu menyukai Sophia, meski gadis itu adalah darah dagingnya sendiri.

John bertemu Betty saat itu saat ia memasuki club malam yang terbesar di New York. Saat itu Cathy sedang hamil tua, jadi John selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi tempat-tempat hiburan dan di situlah awal dia dan Betty bertemu hingga menjalani hubungan sembunyi-sembunyi.

Betty adalah janda beranak satu. Anaknya masih bayi dan suaminya meninggal karena kecelakaan. Begitu kata Betty waktu itu. Karena John merasa kasihan padanya, John kadang memberikan beberapa lembar dolar sebagai nilai tukar dengan kepuasan yang selalu diberikan Betty kepadanya. Namun lama-kelamaan, Betty sulit untuk dilepas. Wanita itu meminta John untuk menikahinya. Dia memanfaatkan perasaan John karena tahu lelaki itu sudah tergila-gila padanya.

Itu benar. John sampai frustasi memikirkan masalah itu. Di satu sisi, ia sangat membutuhkan Betty di atas ranjang. Permainannya di atas kasur membuat John seakan menjadi laki-laki seutuhnya, sedangkan bersama istrinya, John sama sekali tidak mendapatkan kenikmatan seperti yang diberikan Betty kepadanya. Namun hal itu tidak mungkin menjadi alasan baginya untuk melepaskan Cathy. Wanita itu sangat kaya. Cathy memiliki 5 toko besar yang menjual berbagai macam perhiasan dari bentuk yang paling kecil maupun yang besar. Dan kalau ia menceraikan atau meninggalkan Cathy, itu berati John harus siap hidup merana tanpa apa-apa. Cathy pasti akan mengambil alih kendali semua hartanya.

Tidak! Ia tidak mau. Ia tidak punya pekerjaan tetap dan alasan utama ia menikah dengan Cathy toh karena perempuan itu sangat kaya. Jadi, agar bisa menikahi Betty dan tetap menikmati kekayaan Cathy, John pun mengatur siasat untuk melenyapkan Cathy.

Dan sebagai anak yang dilahirkan dari benih berkualitas, Sophia berintuisi jika ayahnya itu tidak menyayangi istri dan anaknya. Kenapa? Karena di mata Sophia John itu berbeda dengan ayah-ayah lain yang begitu menyangi putri mereka. Tapi Sophia tidak menemukan hal itu kepada John. Dan karena merasa diasingkan di rumah itu, Sohia akhirnya berbicara.

"Bulan depan aku akan tinggal di apartemen sewaan."

Yang paling utama merespon perkataan itu adalah Betty. Dilepaskannya sendok dan garbu sambil memandang Sophia. "Tinggal di apartemen? Untuk apa? Apa kau tidak nyaman di sini?"

Sangat, batin Sophia. Aku tidak mungkin tinggal di rumahku sendiri sementara ayah kandungku mendiamiku seperti aku ini anak tiri. Dan alasan utama karena aku tidak mau tinggal bersama kalian. Sophia menyudahi makannya. Sangat tidam pantas bukan, Sophia yang anak kandungnya, tapi diasingkan. Sementara Angelica, yang bukan darah dagingnya, tapi dibela mati-matian.

Sophia meneguk segelas air lalu memandang Betty. Sebenarnya ia ingin sekali John-lah yang pertama kali berkomentar pada keputusannya itu. "Pekerjaanku semakin hari semakin banyak. Jadi aku ingin menyewa apartemen yang berdekatan dengan kantor. Aku capek setiap hari jalan kaki."

Mungkin kalau almarhum Carthy masih hidup, Sophia akan diberikan fasilitas seperti mobil atau apartemen. Mengingat kehidupannya yang terjadi padanya sekarang ini, Sophia seringkali merindukan suasana dulu, sekaligus ibunya.

Betty melirik John yang sedari tadi hanya menunduk menikmati makan malamnya. Lelaki itu seakan tuli dan tak mau peduli tentang pembahasan yang terjadi saat ini. "Apa kau yakin kau akan tinggal di apartemen?" Nada Betty terdengar dibuat-dibuat dan itu membuat Sophia rasanya ingin muntah.

"Ya. Lagipula di sana aku bisa mendapatkan kenyamanan dan ketenangan."

Kepala John tersentak menatap putrinya. Sendok dan garpu terangkat ke udara saat tangannya berhenti bergerak. "Apa maksudmu berkata begitu?" kata-katanya berat dan penuh penekanan yang membuat Angelica bergidik ngeri.

Sophia tak mau kalah. Sikap tempramentnya itu turun dari sang ayah. "Aku tidak nyaman lagi tinggal di rumah ini. Aku merasa diasingkan oleh kalian semua. Apalagi kalian?" Ia menunjuk Betty dan Angelica. Mungkin ini adalah alasan terbaik baginya agar bisa keluar dari rumah itu. "Kalian hanya berpura-pura baik di hadapanku ketika ayahku tidak ada."

"Sophia!"

Kepala Sophia tersentak menatap John. "Kenapa? Daddy mau membela mereka? Aku berkata benar, Daddy. Mereka hanya pura-pura baik di hadapanmu. Aku makan dan tidur di rumahku sendiri, tapi di rumah ini aki diperlakukan seperti orang asing. Terlebih Daddy!" Ia berdiri hingga kursinya terdorong ke belakang. "Dari dulu Daddy tidak pernah sayang padaku. Daddy bahkan selalu menyalahkanku dan membela Angelica. Aku putrimu Daddy! Aku darah dagingmu bukan di...."

Plak!

Tamparan keras menghentikan perkataan Sophia. "Jangan pernah kau ucapkan kata-kata itu! Kau dan ibumu sama! Sekarang keluar kau dari rumah ini dan jangan pernah kembali!"

Sophia terkejut mendengarnya. Sambil memegang pipinya yang terasa panas akibat perih, ia menatap John. "Da-daddy mengusirku?"

"Ya, kenapa?!" bentak John.

"Ini rumahku! Aku berhak menentukkan siapa yang pantas tinggal di sini. Dan kalau kau keberatan, silahkan pergi dari sini. Bukannya kau bilang kau akan pindah ke apartemen? Kenapa harus menunggu bulan depan? Sekarang saja. Aku mengijinkanmu."

Dengan mata nanar dan harga diri yang tinggi, Sophia segera meninggalkan meja makan. Ia kembali ke kamarnya dan membanting pintu.

"Sayang, kau harusnya tidak boleh berkata begitu," Betty menenangkan. Ia berdiri dan mengusap punggung John. "Duduklah." John menurut. Wajahnya masih memerah karena emosi. Betty mengulurkan segelas air. "Minumalah dan tenangkan dirimu."

Setelah John sudah tenang kembali, Betty kembalu berkomentar. "Harusnya kau tidak perlu menamparnya. Dia...."

"Dia kurangajar. Aku tidak suka dia berkata begitu di depan kalian. Cathy memang selalu memanjakannya. Dan lihat akibatnya, dia bahkan membentakku."

Betty tak berkomentar apa-apa. Dia mengusap-usap punggung John seakan meredahkan emosi yang meluap-luap. "Dia itu hanya butuh kasih sayangmu, John. Sejak dulu kau memang tidak pernah memberinya kasih sayang layaknya seorang ayah pada putrinya. Kau terlalu sibuk dengan pekerjaan sampai-sampai kau sering membiarkan dia sendirian. Dia hanya butuh kamu, John. Yang dia ingin hanyalah dirimu."

John menatap Betty. "Aku heran, dia menilai dirimu dari mana sehingga berani mengataimu jahat."

Betty memasang wajah sedih. "Mungkin dia berpikir semua ibu tiri itu kejam. Tapi sudahlah. Yang jelas aku mencintainya seperti aku mencintai Angelica."

John meraih tengkuk Betty lalu mengecup dahinya. "Aku ke ruang kerja dulu. Selera makanku sudah hilang karena anak kurangajar itu."

Betty mengangguk lemah dengan mimik wajah yang sedih. "Aku akan bicara dengan Sophia. Aku..."

"Untuk apa?! Biarkan saja dia pergi, biar dia tahu rasa hidup tanpa orang tua bagaimana rasanya."

"Jangan begitu, John. Dia itu anakmu. Benar apa yang dikatakannya tadi. Dia darah dagingmu, seharusnya kau tidak bersikap kasar padanya, apalagi mengusirnya."

Perkataan Betty membuat John seakan sadar. Ia menghembuskan napas panjang. "Baiklah, terserah kamu saja. Tapi kalau dia macam-macam padamu, aku tak akan segan-segan menyakitinya." John berdiri dan meninggalkan ruang makan.

Angelica yang sedari mendengar setiap perkataan yang keluar dari mulut ibunya mendadak tak percaya. Ia ternganga mentap Betty. "Mami beneran akan membujuk Sophia?"

Betty menepukkan kedua tangannya seakan tangan itu kotor. "Kau pikir mami serius, hah?" Ia menyeringai.

"Tapi... tadi kata Mam...."

"Itu hanya sandiwara, Angelica. Justru lebih bagus jika dia keluar dari rumah ini. Kita akan lebih mudah menjalankan misi kita untuk melumpuhkan si tua bangka itu. Dengan begitu, kita akan memaksanya untuk menjual perusahannya dan uang itu akan kita ambil."

"Sophia?"

"Persetan dengan dia. Kita jalani dulu misi ini sampai berhasil, lalu akan memberitahukannya setelah kita berhasil mendapatkan tanda tangan persetujuan dari ayahnya. Karena jika tidak ada tidak ada tanda tangan ayahnya, dia bisa saja akan memprotes dan menuntut kita. Tapi kalau kita berhasil mendapatkan tanda tangan itu, setinggi apa pun dia menuntut kita, dia tidak akan menang karena kita punya tanda tangan pemiliknya.

"Wah, mami memang cerdas."

Continued____

Licik sekali sih. Jangan lupa komentarnya, ya? Follow dan vote juga.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status