Aristela menatap Abraham dengan tidak enak hati karena dia ingin menolak tawaran dari pria di hadapannya, Abraham terlalu baik menawarkan hal tersebut, maka dari itu, dirinya memilih untuk ....
"Maaf, Kak. Aristela enggak bisa lanjut kuliah, mending kerja aja deh atau bantu Papah supaya pekerj-"
"Mending jadi istri Adnan saja, Kak Aristela enggak perlu capek-capek kuliah, cukup jadi ibu rumah tangga dan nungguin Adnan pulang sekolah, sehabis pulang sekolah nanti Adnan manjain deh di kamar, eh maksudnya di rumah, he he," sambar Adnan memotong ucapan Aristela, di sisi lain Adnan begitu senang mendengar penolakan dari Aristela dan itu membuat hatinya bergejolak untuk mengejek sang abang.
"Hadeuh, bocil ... bocil, pikirannya cuma sebatas kelonan, nanti lo impoten baru tau rasa, bhaks, HA HA HA." Suara berasal dari Aderald yang sangat puas meledek Adnan yang menunjukkan kekesalannya.
"Heleh, ngejek gue impot
"Haish ... Mah apa salahnya Adnan nikah sama Aristela nanti? Kan saudara tiri juga," tanya Adnan yang tak mau menyerah dan membuat sang mamah nampak lebih malas lagi untuk meladeni pertanyaan putra bungsunya itu."Nikah, nikah, kamu ini masih sekolah malah mikir ke situ, nikah itu enggak segampang yang kamu pikirin Adnan, lagipula Nak Aristela juga belum tentu mau sama kamu, kalaupun memang berjodoh, palingan sama Abraham juga, Nak. Kamu harus mengerti ucapan Mamah yang barusan, okey?""Haduh Mamahku enggak ngasih restu, udah ah, ini kue enggak jadi enak, Adnan bohong doang," balas Adnan dengan wajah cemberut membuat Cahyani menjadi garang."Enggak enak katamu? Hooh kamu mulai bohong-bohongan sama Mamah yah, okey, Mamah juga bohongin kamu tadi," balas Cahyani pula dan wajah Adnan langsung tersenyum lebar."Beneran nih, Mah?""Yeay, kamu kena prank, Nak. Itu kameranya Mamah taruh di depa
Di sisi lain, Abraham seorang dosen, tentu dirinya tidak mengajar di satu kampus saja, tetapi ada dua, dan satunya itu memiliki pendidikan non formal, dan dia mengajar di mata kuliah public relation, sekarang ini dirinya berada di kampus non formal tersebut untuk memeriksa laporan para mahasiswa yang habis menjalankan Praktik Kerja Lapangan (PKL), Abraham tipe dosen idaman bagi para mahasiswa, tidak memberatkan dan tidak pula membuat mahasiswanya repot-repot untuk mengejar dirinya.Tempat berkumpul mereka adalah di salah satu kantin kampus, Abraham memilih tempat tersebut agar mahasiswanya peka untuk membelikannya sebuah cemilan, karena dia lupa membawa dompet hari ini, benar-benar dosen yang cerdas."Atas nama Suherman?""Benar, Pak."Abraham mulai meneliti laporan yang diberikan oleh Suherman, yang pertama adalah kertas konsultasi, di mana Abraham langsung menatap mahasiswanya itu."Hm, pertama ka
Di malam hari, keluarga Cahyani pun berkumpul dan dilengkapi oleh Pak Raden yang ikut bergabung lantaran disuruh oleh Abraham.Mereka sedang makan roti yang dibalut dengan nutella cokelat, sungguh sedap ketika dikunyah, hal tersebut dirasakan oleh semuanya, terutama Cahyani yang lagi dan lagi mengambil roti lalu membalutinya dengan selai cokelat."Hm, gini aja enak yah, padahal sederhana," ucap Cahyani, Aristela pun sama, dirinya juga menambah satu roti lagi, sementara yang lain sudah merasa enek dengan cokelat."Nak Aristela, tadi Nak Adnan kasih tau saya kalau kamu katanya mau jualan kue di sekolahnya, itu beneran?" tanya Cahyani."Iyah, Tan. Beneran, Aristela pengen kerja, he he.""Kenapa harus jualan kue di sekolahnya Adnan, Nak? Kan Papah kamu ada bisnis kecil-kecil juga, kenapa bukan kamu yang ngurusin?""Iya juga sih, Tante. Lebih tepatnya ada toko bunga, cuman A
"Kalau sampai besok malam Mamah pulang lantai enggak seperti semula, Mamah bakalan marah sama kamu sampai entah kapan waktunya, paham?!"Sebelum Abraham menjawab, pintu kamar ditutup dengan bantingan yang keras, membuat sang anak pertama menghela napas sedikit."Huft, Mamah selalu berlebihan dalam segala sesuatu yang ada di rumah ini," gumamnya kemudian berbaring di ranjang sembari menatap atap-atap langit.Pikirannya pun teralihkan ke Aristela, bukan karena menyukai wanita itu, tetapi belum terbiasa dengan kehadiran orang baru dalam rumah ini, segala sandiwara yang dilakukannya ternyata berjalan dengan baik. Saudara-saudaranya tentu tahu akan hal ini karena kemarin-kemarin sempat ia beberkan, akan tetapi sifatnya di lain waktu lagi masih sempat membalas atau menjawab ucapan Aristela yang membuat saudaranya bingung, apakah Abraham serius atau tidak dalam ucapannya itu."Ck, Mamah menikah lagi? Bukannya mem
Adibal turun dari mobilnya, sembari menenteng banyak barang yang berupa oleh-oleh untuk Aristela, wajahnya yang ceria tak dapat dipungkiri ketika pria tersebut merindukan sang putri.Adibal pun meletakkan barang-barang tadi, kemudian mengetuk pintu lalu menyapa sang anak yang entah didengarnya atau tidak."Sayang? Nih Papah pulang, sambil bawa banyak oleh-oleh."Tak ada balasan di dalam sana dan Adibal kembali melakukannya lagi. Namun, tetap saja tidak ada balasan."Nak, Papah bawa janda baru buat kamu, pasti kamu suka sama wanita yang Papah bawa," ucap Adibal dan tidak lama kemudian pintu pun terbuka dengan segera dan memerlihatkan Aristela yang sudah membawa cutter."Mana janda yang Papah bawa? Pasti dia cewek gatel yang cuman ngincer harta Papah," balas Aristela sembari mencari-cari, ke mana wanita yang di maksud papahnya itu."Ha ha ha, Papah cuman bercanda, Nak. Ka
Di sore hari, sesuai apa yang dijanjikan oleh sang papah, mereka pun berada di toko bunga dan melihat-lihat keadaan di sana. Total penjualan bulan ini, sedikit menurun dari bulan sebelumnya, dan itu membuat Adibal sedikit sedih, akan tetapi ... Aristela menenangkan sang ayah dengan mengatakan, semua rezeki sudah ada yang mengatur, tinggal manusianya saja yang berusaha, dan naik turunnya penghasilan itu adalah hal yang wajar."Apa yang menyebabkan penjualan bulan ini menurun Larasati?" tanya Adibal kepada karyawannya. Larasati menjawab bahwa ada beberapa faktor, dimulai dari tingkat inovasi, serta pelayanan yang sedikit kurang membuat Adibal harus mengadakan rapat pada esok hari, karena jika ini dibiarkan, bisa-bisa toko bunga ini menjadi bangkrut dan peninggalan usaha dari almarhumah istrinya terpaksa berhenti, tentu Adibal tak akan membiarkan itu terjadi, Adibal tak terlalu memikirkan pada pendapatannya, tetapi pada peninggalan almarhumah yang harus dia jaga.
Kekecewaan Adnan ketika melihat kiriman dari seseorang yang tidak dikenal, begitu memupuk di hatinya, Adnan pun melihat profil dari nomor tak dikenal tersebut dan terpampanglah wajah calon papah tirinya."Terima kasih sudah ngasih tau ke Adnan kalau Kak Aristela berselingkuh dengan pria lain," ucap Adnan. Keempat saudaranya pun tak luput dari kalimat sang adik dan membuat mereka ikut penasaran."Aristela selingkuh? Emangnya kalian pacaran?" tanya Aderald."Enggak pacaran, tapi gue sama Kak Aristela udah direstui sama papahnya, tapi pas dikirimin foto sama video ini, gue mau nangis, Bang," jawab Adnan kemudian berteriak histeris, Aderald yang mengambil ponsel tersebut, langsung tertawa keras karena meledek Adnan yang akhirnya sakit hati juga."Nah, mampus, siapa suruh suka ngebangga-banggain Aristela, malah ditinggalin, lagi lo juga kepedean jadi orang kunyuk, mana mau Aristela sama bocil mesum kek lu? N
Aristela mengikuti langkah Abraham, mereka telah masuk dalam restoran dan menuju meja makan yang telah dihiasi berbagai macam makanan di atas sana, Aristela ingin sekali bertanya, apakah hanya mereka berdua saja? Karena dia takut jika makanan itu tidak akan bisa dihabiskan dan malah menjadi mubadzir dan terbuang sia-sia. Namun, bibir Aristela kelu saking takutnya kepada Abraham yang telah membentaknya di mobil tadi."Duduk!" Sekian lama pria itu diam, akhirnya Abraham menyahut dengan nada yang sama, yaitu membentak. Aristela pun duduk dan berhadapan dengan Abraham."Jangan percaya diri jika aku membawamu ke sini dalam rangka berkencan, karena kau hanya akan berhalusinasi saja, ingatlah ... aku sangat selektif untuk menentukan siapa kekasihku," sinis Abraham. Aristela tidak tahu apa maksud pria tersebut, gadis ini tidak memikirkan itu, malah tidak terlintas di otaknya, karena yang dia pikirkan adalah, bagaimana cara untuk mengakhiri pemb