Share

7. Hal yang tak terduga

Sudah hampir setengah jam aku menunggunya di dalam mobilku. Namun aku lihat mereka masih saja berkumpul, entah apa yang mereka lakukan. Kalau saja hari ini aku tidak menerima telphone aneh. Mungkin aku tidak ada di sini.

Pagi tadi seorang pria yang mengaku sahabatnya menelponku. Tanpa basa-basi ia memintaku menjemput renata mengantikannya. Alasannya karena dia mengira aku benar-benar kekasih renata.

Entah mengapa aku tidak bisa menolaknya apalagi saat ia memintaku untuk menjaga renata. Ada keraguan saat aku ingin mengungkap kebenaran yang ada.

“Aaargghh..” Aku merasa kesal dengan diriku sendiri yang seakan terjebak di situasi yang semakin rumit. Aku menyandarkan kepakaku di kemudi, namun sesaat kemudian aku mendengar suasana ramai. Terlihat beberapa orang berhamburan keluar. Akhirnya mereka pulang juga.

Aku terdiam di dalam mobil mengedarkan pandanganku untuk mencari keberadaan renata. Dan tak berapa lama ia terlihat berjalan keluar. Aku masih memperhatikannya, ia terlihat terdiam di pinggir jalan.

“Apa yang dia lakukan?” Ucapku kesal saat melihat seorang pria dengan motor sportnya berdiri di depan renata. Aku perlahan turun dan menyebrang berjalan untuk menghampiri mereka.

“Kalian putus kan, baguslah. Ayo aku akan mengantarmu pulang?” Ucap pria tersebut samar-samar terdengar olehku. Ia terlihat tersenyum sambil menatap renata. Aku masih memperhatikannya sambil mempercepat langkahku.

“Ah tidak, seperti kau salah paham.” Jawab renata sambil mengibas-ngibaskan tangannya.

“Ayo sudahlah tidak apa-apa.” Lanjutnya sambil meraih tangan renata untuk di tarik. Renata terlihat sedikit terkejut. Bukan karena hal itu melainkan tanganku yang menahannya. Ia menoleh dan menatapku.

“Kau siapa?” Tanya pria tersebut terlihat tidak senang dengan kehadiranku.

“Lepaskan?” Perintahku.

“Hei .. ku tanya kau siapa?” Tanyanya dengan nada sedikit meninggi.

“Aku kekasihnya. Jadi lepaskan.” Ucapku kesal sambil menepis paksa tangannya agar terlepas dari tangan renata. Dan setelah itu aku menarik renata menuju mobilku.

BLAM.

Aku masuk dengan sedikit membanting pintu mobilku. Entah mengapa aku meresa kesal. Renata membiarkanku menunggu, yang benar saja.

“Pakai seatbeltmu?”

“Kenapa kau di sini?” Dia malah menjawabku dengan sebuah pertanyaan konyol.

“Aku akan mengantarmu.” Jawabku cepat sambil menarik kasar seatbelt dan memasangkannya. Aku pun mulai melajukan mobilku.

“Kenapa kau harus melakukan ini?” Tanyanya lagi dengan nada dingin yang tidak biasa. Jujur aku tidak suka mendengarnya.

“Kau pikir aku mau melakukan ini.”

“Lalu?”

“Kalau bukan karena pria yang mengaku sahabatmu, aku tidak akan di sini?” jelasku sinis. Aku terdiam renata tidak membalas ucapanku. Aku menolehnya sesaat.

“Turunkan aku di sini.” Ucapnya hendak membuka seatbeltnya. Aku otomatis menepikan mobilku. Ia terlihat akan keluar namun dengan cepat aku menahannya. Ia menoleh dan menatapku.

“Jangan melakukan hal konyol renata.”

“Kau yang koyol. Kau seharusnya tidak di sini reynand?”

“Kau tidak bisa pulang selain denganku."

“Tidak. Aku masih bisa berjalan kaki.” Bantah renata santai.

Aku menggeram frustasi, aku tidak tahu ada orang yang lebih keras kepala dariku. Aku menarik paksa renata kembali untuk duduk dan memasangkan seatbeltnya lagi. Aku menarik nafas dan menatapnya.

“Aku lelah sudah menunggumu, tidak bisakah kau diam. Agar aku bisa cepat mengantarmu pulang.” Ucapku pelan tepat di hadapan renata. Renata terlihat begitu kaget namun perlahan ia mengangguk. Aku tersenyum singkat dan kembali menjalankan mobilku untuk mengantarnya pulang.

.. 

“Terima kasih. Lain kali kau tidak usah repot-repot menjemputku.” ucap Renata sambil membuka seatbelt. Renata segera turun bahkan sebelum reynand berucap apapun. Ia kemudian berjalan cepat memasuki rumahnya. 

Blamm.

“Ya Tuhan, jantungku.” ucap Renata menyenderkan tubuh di balik pintu sambil memegangi dadanya.

“Aku lelah sudah menunggumu, tidak bisakah kau diam. Agar aku bisa cepat mengantarmu pulang.”

Wajahnya memerah mengingat agedan tadi. Renata masih mengingat jelas ekpresi wajah reynand saat itu, tatapannya pun terlihat lembut. Dan bahkan renata masih mengingat aroma parfum yang reynand kenakan.

Deg.deg.deg

Renata mencoba menarik nafas dan menghembuskannuya perlahan. Ia melakukannya beberapa kali untuk menetralkan detak jantungnya. Renata melirik keluar dari sisi jendela, mobil reynand pun terlihat mulai menjauh.

“Bagaimana pun aku tidak boleh menyukainya.” Ucapnya coba meyakinkan perasaannya.

.. 

Keesokan malamnya.

Reynand menyenderkan tubuhnya di samping mobilnya. Ia melirik jam di tangannya, tepat pukul 10.00 malam. Tak berapa lama terlihat beberapa karyawan yang mulai berhamburan keluar. Reynand menegakkan tubuhnya, matanya menatap ke arah pintu keluar untuk menemukan keberadaan renata.

Beberapa karyawan wanita terlihat tersenyum. Bahkan berbisik-bisik melihat kehadirannya di sana.

“Renata?” Renata terlihat bingung saat kedua orang pria bersamaan memanggilnya. Renata terdiam menatap reynand yang ada di hadapannya, namun tiba-tiba sebuah tangan menarik pelan lengannya. Sontak renata pun menoleh, seorang pria tersenyum manis padanya.

“Aku akan mengantarmu pulang?” Ucapnya.

“Tidak, dia pulang denganku.” Potong reynand cepat menarik renata untuk berada di sampingnya.

“Aku bertanya pada renata bukan padamu?” Bantahnya sambil mempertahan tangan renata. Renata terlihat bingung menatap keduanya bergantian.

“Wah, lihat.. dia benar-benar pintar menggoda semua pria.” ucap Mina sambil memperhatikan adegan di hadapannya.

“Dasar jal*ng.” umpat Yoland kesal.

“Bisa kalian melepaskan tanganku.” Pinta renata sedikit meringis.

“Ah maafkan aku renata.” Pria itu terlihat menyesal lalu melepaskan tangan renata, namun hal ini berbeda dengan reynand. Ia malah menarik renata untuk berada di sampingnya.

“Berhenti mengganggunya.” ucap Reynand menatap sinis.

“Apa kau terganggu dengan sikapku renata?” Tanyanya sambil tersenyum manis.

“Hm.. maafkan aku gio kau memang baik, tapi aku tidak suka dipaksa.” jawab Renata pelan.

“Oh begitu, maafkan aku. Jadi dia benar-benar kekasihmu?” Tanyanya lagi. Renata terlihat terdiam sesaat sambil melirik reynand.

“Kau tidak usah menjawab pertanyaan bodoh itu!” ucap Reynand sambil menarik renata untuk ikut bersamanya dan anehnya renata tidak menolaknya.

“Jika kau putus dengannya. Cari saja aku.” Teriak gio membuat renata menoleh kaget. Ia terlihat tersenyum sambil melambaikan tangannya pada renata.

Blaamm.

Renata melihat reynand yang mulai menaiki mobil. Reynand hendak memasangkan seatbelt namun dengan cepat renata menolaknya.

“Aku bisa sendiri.” Ucapnya cepat sambil segera memasangkannya.

Reynand pun menjauh dan mulai memasang seatbelnya. Tak berapa lama mobil mereka pun mulai melaju. Suasana di mobil terlihat sunyi. Renata terlihat melirik reynand yang tengah fokus menyetir.

“Ehem..” Renata berdehem dan berhasil membuat reynand menolehnya walau sesaat.

“Maaf ini yang terakhir kalinya. Besok kau tidak usah repot-repot menjemputku.” ucap Renata pelan sambil memainkan jari-jari tangannya.

“Dia sering mengganggumu?”

“Hah..”

“Dia, pria tadi.”

“Ah gio. Dia tidak menganggu, dia baik dan sering membantuku. Hanya saja akhir-akhir ini dia sering memaksa untuk mengantarku pulang?”

“Oh.. kau menyukainya?”

“Tidak.” jawab Renata cepat. Reynand meliriknya.

“Sepertinya dia menyukaimu.” ucap Reynand datar. Renata menoleh reynand yang terlihat sedikit kesal. Tiba-tiba reynand menoleh membuat renata gelagapan karena ketahuan menatapnya.

“Kita sampai.” ucap Reynand menghentikan mobilnya di depan rumah renata. Renata menoleh dan benar mereka sudah sampai. Perlahan renata melepaskan seatbeltnya.

“Renata?”

“Ya.” Renata menoleh mendengar reynand memanggilnya.

“Bagaimana kalau aku jadi kekasihmu?” Tanyanya serius. Renata terdiam mencerna kata-kata tersebut.

“Hah, em-maksudmu?” tanya Renata kaget. Reynand menghadapkan dirinya menatap renata.

“Kita berhenti bersandiwara dan menjalani semuanya secara nyata.” Renata terdiam. Hatinya seperti melambung bahagia.

“Apa kau menyukaiku?” Tanya renata sambil tersenyum menatap reynand. Reynand kini terdiam sesaat.

“Belum.” Perlahan senyuman renata pudar.“Maaf, tapi jika kau mau aku akan belajar menyukaimu.” Lanjutnya.

“Oh.” Renata terlihat kecewa. Ia terlalu berharap lebih.

“Jadi bagaimana?”

“Ya sudah terserah kau saja.” jawab Renata pelan. Reynand terlihat tersenyum.

.. 

Mobil reynand terlihat melaju dan menghilang di ujung jalan. Renata berjalan pelan menuju rumahnya.

“Apa aku harus senang?” gumam renata sambil menutup pintu rumahnya.

.. 

Beberapa hari berlalu, tidak ada yang berubah dengan sikap reynand pada renata bahkan sejak kejadian malam itu.

Mereka jarang berkomunikasi lewat ponsel. Bahkan untuk bertemu hanya saat reynand menjemputnya sepulang kerja. Tak ada yang spesial di antara mereka. Bahkan ini di bilang sangat biasa saja untuk hubungan sebagai kekasih.

.. 

Siang itu. Renata terlihat duduk di salah satu meja kantin sambil terfokus dengan laptopnya. Dia terlihat tengah menyelesaikan tugasnya sembari makan siang.

“Ah.. aku lapar..”

“Ya aku juga.”

Renata menoleh menatap beberapa senior berjalan memasuki kantin. Di sana ada reynand dan teman-temannya. Reynand terlihat melirik renata sesaat. Lalu berjalan menuju kasir untuk memesan makanan.

“Aku bisa saja teriak memanggilnya, karena dia kekasihku. Namun aku tidak segila itu.” Gumam renata sambil kembali menatap laptopnya.

Entah ini kebetulan atau sebuah kesengajaan. Reynand dan teman-temannya duduk tepat di depan meja renata. Dan reynand duduk menghadap ke arahnya.

“Benarkah, lalu bagaimana?“

“Ya tentu saja aku kembali ke kampus.”

Renata sesekali melirik ia tidak niat menguping tapi percakapan mereka terdengar jelas olehnya.

“Rey kau jarang berkumpul, kau sibuk apa akhir-akhir ini?”

“Tidak ada.” Renata melirik reynand yang kini tengah menatapnya. Renata pura-pura sibuk dan kembali menatap laptopnya.

“Kenapa kau terus melihat ke sana?” tanya Dean sambil menoleh dan mendapati renata di sana.

“Hai, kita bertemu lagi.” Renata tersenyum mendengar sapaan dean. “Aku dean.” Sambungnya.

“Ah ya, aku renata.” jawab Renata sambil melambaikan tangannya.

“Ya aku tahu. Oh iya kau sendirian, Bagaimana kalau kau bergabung bersama kami?” Ajaknya.

Renata terdiam menatap dean dan yang lainnya yang terlihat menyambutnya ramah. Ia menatap reynand, wajahnya terlihat tidak bersahabat. Renata tidak ingin mencari masalah. Ia pun mulai merapikan barang-barangnya.

“Ah tidak usah. Aku sudah selesai.” tolak Renata sopan. Ia pun bangki. “Mari semuanya.” Pamit renata ramah.

“Ya. ” jawab Dean dan beberapa temannya menyauti.

Renata pun berjalan dan ada yang aneh saat ia melangkah melewati reynand. Renata seketika menoleh dan melihat reynand yang dengan sengaja menahan langkahnya. Reynand terlihat menautkan beberapa jarinya pada tangan renata. Renata terlihat terkejut sementara itu reynand hanya menatapnya.

“Nanti kau pulang denganku.” Ucapnya membuat renata gelagapan. Di tambah kini teman-teman reynand menatap ke arahnya.

“Ah, i-iya. “ jawab Renata pelan dan bergegas pergi karena malu. Reynand terlihat tersenyum memperhatikan gerak gerik renata.

“Ada apa dengan kalian berdua. Kenapa renata pulang bersamamu?” tanya Dean terkejut.

“Kau tebak saja.” jawab Reynand tersenyum singkat.

“Kau supirnya?” ledek Sani.

“Bukan aku kekasihnya.” Jawab reynand datar membuat teman temannya bersorak.

“Wow..”

“Kau bercanda...”

“Wah syukurlah rey, akhirnya kau sembuh.” ucap Dean lega dan terkesan meledek.

“Kau kira aku sakit?“ ucap Reynand datar.

“Bukan sakit rey, malah aku kira kau tidak suka wanita?” canda Hiro tertawa terbahak-bahak.

“Sialan.” dengus Reynand sambil melemparkan pulpen pada hiro.

“Ha.. ha.. ha..”

Sementara itu renata terlihat mempercepat langkahnya menuju kamar mandi. Ia jelas-jelas mendengar ucapan reynand. Kini reynand terang-terang mengakuinya.

“Wajahku..” Renata mengibas-ngibaskan wajahnya yang terlihat merona. Ia pun tersenyum entah mengapa ia menjadi merasa begitu senang.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status