Share

5. The Lightdown

Di dini hari ini, Livy lengkap dengan jubah ungunya pergi menemui Arka, di markas The Lightdown. Markas yang ada di dekat pantai di sebelah utara kota Luoseraz, markas yang sepi untuk tempat yang mencolok seperti pantai, bahkan ini terlalu sepi, mencurigakan.


Dan benar saja firasat Livy, lihat saja petasan besar yang baru saja meledak di depannya, ini pasti tipuan.

Cepat-cepat Livy kembali memasang posisi kuda-kudanya dan mengangkat sabitnya, bersiaga. Tiba-tiba saja sekerumununan orang mengelilingi Livy, mereka menyerang Livy bersamaan.


Tapi tenang saja, mode psikopat Livy sedang aktif, merekalah yang akan musnah kalau sudah begini. Dengan sigap Livy mengayunkan sabitnya dan berputar, menyobek sebagian tubuh musuhnya dengan indah, membuat hujan darah di pasir pantai yang menyelimuti markas itu.

“Makasih darahnya, aku benci kalian~” seringai Livy selagi gadis itu terus-terusan mengayunkan sabitnya tanpa ampun. 


Dalam sekejap gadis bersurai ungu itu sudah membuat musuh terkejut melihat gaya menyerangnya. Jika dibandingkan dengan anak buah ayahnya tentu sangat kentara perbedaannya, Livy bisa menilainya, dan anak buah tingkatan milik ayahnya masih lebih becus dari pada generasi The Lightdown yang baru ini.

“Wah, Lady Livyanne Hetrix, baru semenit dan kau sudah membuat takut seluruh anak buahku, hebat,” pemuda yang menutupi wajahnya dengan tudung jaket denim bertepuk tangan kagum, seketika kerumunan anak buahnya yang menyerang Livy tadi mundur, menjauh dari mereka berdua.

“Cih, gaya bahasa apaan yang lo pake? Lo lagi nipu gue ha? Mau mati?!!” Livy mengacungkan sabitnya persis ke pemuda itu, Arka yang baru saja membuka tudung jaketnya.

“Ya ampun si manis ini dingin seperti biasanya ya, imutnya~” Arka mencoba meraih pipi Livy, ingin mencubit pipi Livy gemas.

“Maju seinci lagi lo mati!” ancam Livy siap mengayunkan sabitnya lagi.

“Ahahah nggak kok, kalem, gue bercanda Vy.”

“Sebodo amat lo bercanda apa kagak, lo nipu gue kan brengsek?!!” Livy maju mendekati Arka.

“Ini cuma tes kok Vy.”

“Ini cimi tis kik Vy,” Livy mengayunkan sabitnya ke arah Arka.

KLANGG!! Pedang milik Arka menahan sabit Livy, “Masih belum subuh dan lo udah sekuat ini?? Mengagumkan,” Arka tersenyum kagum.

“Cepet bilang, apa mau lo nipu gue begini atau gue tebas kepala lo!” pelotot Livy.

“Gue mau lo jadi ketua bareng gue disini, di The Lightdown, gimana? Lo mau?”

“Maksud lo barusan apa hah?? Gue bakalan terus ada bareng elo gitu hah?! Menjijikan, kayak orang-orang naif yang couple-an di luaran sana!” Livy makin kuat mendorong sabitnya yang kini hanya berjarak tiga senti meter ke wajah Arka.

“Gue maunya sih gitu-“

“APA? SINI BILANG LAGI!” ujung sabit Livy hanya perlu maju sedikit untuk menyobek hidung Arka.

“Nggak Vy nggak! Astaga, gue mau lo jadi partner balas dendam gue.”

“Hmm, menarik.”

Livy menurunkan sabitnya dan kembali menjauh, Arka terlihat menghembuskan nafas lega, dia kelelahan menahan kekuatan Livy. Benar-benar gadis mempesona yang membuat ketua The Lihtdown itu jatuh hati. Tatapan dingin Livy menyoroti tiap-tiap anak buah Arka, pemandangan yang sangat kacau, Livy menyukai kekacauan di depannya ini.

“Pfft, HEYY KALIAN!! MULAI SEKARANG PANGGIL AKU LADY LIVYANNE,” Livy berteriak memerintah anak buah Arka.

“Dia ketua baru kalian yang bakal bantu gue juga jadi ketua disini, panggil si manis ini dengan benar oke,” sambung Arka.

Livy memelototi Arka, “Manis manis mata lo nangis!” ketus Livy.

“Ahahah, selamat ketua- maksudku Lady,” Arka tersenyum tulus.

“Cih,” Livy mengalihkan pandangannya, raut sebalnya terlihat kentara sekali.

“Nih,” Arka memberikan Livy sekumpulan batang cokelat yang disusun menjadi buket.

“Sekali lagi selamat ya Vy, makasih udah mau gabung bareng gue,” Arka tersenyum tulus untuk yang kesekian kalinya.

“Ya,” balas Livy singkat, “bukan Ka, tapi gue yang makasih,” batin Livy menyeringai licik.



***



 Pagi ini setelah kejadian di dini hari tadi, perayaan sambutan Livy digelar di markas The Lightdown. Seperti biasa, perayaan geng mafia yang sama besarnya dengan The Shadowup ini terlampau meriah dan mewahnya. Tapi seperti biasa pula, Livy membenci pesta yang penuh sesak dengan banyak orang yang berhura-hura ria itu.

 “Bruhh,” gumam Livy mencoba bertahan di pesta itu.

 “Hmm? Kenapa Vy?” Arka yang duduk di samping Livy mendengar gumaman Livy barusan.

 “Males.”

 “Lo nggak suka pesta?”

 “Hmm.”

 “Oke, biarin mereka pesta, lo ikut gue, biar gue jelasin misi gue,” Arka berdiri dari tempatnya duduk dan menyodorkan tangannya untuk menggandeng Livy.

 “...” Livy menatap datar tangan Arka kemudian bangkit dari duduknya tanpa menyentuh tangan pemuda itu.

 “Ahahah, ayo,” Arka menarik kembali tangannya dan mulai berjalan menuju ruangan khususnya dengan Livy.

 Koridor yang dipenuhi pasir pantai membuat Livy merasa seolah berada di gurun, markas The Lightdown sepertinya kacau sampai-sampai mereka memakai pasir pantai di markas mereka. Arka berhenti tepat di depan dinding dengan lukisan abstrak di ujung koridor ini.

 “Jalan buntu?” pikir Livy.

 Tapi seolah bisa membaca isi pikiran Livy, Arka mengajari Livy cara untuk masuk ke ruangan Arka, dengan memutar lukisan itu tiga kali dan mendorong dinding itu, lalu voila! Pintu rahasia ruangan Arka kini terbuka. Mereka berdua memasuki ruangan itu dan mulai membicarakan rencana milik Arka.

 Rencana balas dendam yang sama seperti yang Livy miliki sejak dia melihat sendiri ibunya terbunuh di depan matanya sendiri. Jika Livy akan membalas denda pada The Lightdown, berbeda dengan Arka yang akan membalas dendam pada The Shadowup. Dan ya, kini Livy sedang mendapat langkah pertamanya untuk mendapat skenario balas dendamnya yang terbaik.

 Dengan memanfaatkan The Lightdown dan menghancurkan langsung The Lightdown secara perlahan dengan posisi barunya disini, menjadi ketua yang memimpin pion-pon barunya menuju kehancuran mereka sendiri.

 Dilihat dari rencana milik Arka, jelas pemuda itu mengincar seluruh keturunan De Synne, keluarga Livy. Memang, sejak awal bohong jika Livy tak mengenali Arka, Arka De Virnuez, keturunan dari saudara jauh ibu Livy, Livy tahu benar seluk beluk keluarga ibunya demi balas dendamnya sejak dulu. Dan bodohnya lagi, Arka menceritakan semua rencananya di depan keturunan De Synne, yakni Livy yang sangat ingin Arka bunuh.

 “Hmm, lucu sekali,” Livy membuka suaranya.

 “Apanya?”

 “Seharusnya hal yang paling lo tunggu itu lo dapetin terakhir,” Livy mengubah rencana Arka perlahan-lahan untuk menyelamatkan nyawanya sendiri, “lo pengen banget bunuh keturunan De Synne kan?”

 “Bukannya sudah jelas,” ucap Arka lelah.

 “Kalau sebegitu inginnya bunuh dia terakhir saja.”

 “Hah, memang apa bagusnya membunuhnya di akhir?!”

 “Tentu saja elo bisa lihat wajah putus asa dan tubuhnya yang gemetar ketakutan karena tak punya apa-apa lagi, bukankah itu hebat?” Livy menyeringai.

 Arka terkejut dengan ide Livy, “ Ah iya, dasar, gue baru inget kalo elo solo killer yang hebat, skenario yang lo buat sama mengagumkannya dengan elo,” Arka bertepuk tangan singkat.

 “Nah, mohon kerja samanya Lady Livyanne.”

 “Yaa,” mereka berdua tersenyum, satu dengan senyum tulus dan satu lainnya dengan senyum beribu makna.









- Bersambung -

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status