Share

6. Teror

Tengah malam di jalanan kota, suara sirene mobil terdengar, para polisi tengah melakukan aksi kejar-kejaran dengan para anggota mafia The Lightdown. Beberapa waktu lalu mereka sempat membuat keributan yang luar biasa di sekitar pelabuhan kota. Tiba-tiba saja mereka menyalakan beberapa mesin kapal sewaan dari luar negeri yang masih berada di pelabuhan kota.

Tentu saja tak lama setelah itu kapal dibiarkan menyala tanpa awak kapal satu pun di dalamnya. Kapal-kapal itu pun bergerak melaut dengan arah yang berbeda-beda sampai akhirnya beberapa kapal meledak karena bertabrakan.

Warga yang tinggal di sekitar pelabuhan malam itu langsung melapor dan memanggil polisi diam-diam. Para mafia kelewat jahil yang masih menonton kapal-kapal tanpa awak di pelabuhan pasti terkejut saat polisi sampai di sana. Dan beginilah sekarang, kejar-kejaran dengan beberapa mobil polisi di jalanan terbuka.

Di perempatan jalan, para anggota mafia The Lightdown justru berpencar ke tiga arah. Ke arah depan, ke kanan, dan ke kiri, mengejutkan para polisi yang mengejar mereka. Jalanan kota saat malam itu pun menjadi kacau, walau hanya sedikit mobil warga kota yang melintas, tetap saja para mafia itu mengendarai motor mereka sekaligus mengacak-acak beberapa hal di pinggiran jalan.

“BERHENTI! SAYA PERINGATKAN-“

“CKIIITT!!!”

Mobil polisi yang baru saja meneriaki mereka mengerem mendadak saat truk pengiriman jarak jauh hampir menabrak mereka. Gerakan motor besar mereka yang melesat dengan lincah berhasil mengalahkan laju mobil polisi. Tim mafia yang terpencar ke arah kiri tadi kini aman, mereka melanjutkan acara bersenang-senang mereka dengan merusak fasilitas umum yang ada di jalanan.

“Huahahah, dadaah pakpoll!”

Tim mafia yang berpencar ke arah kanan kini justru menambah beban pikiran polisi yang mengikuti mereka. Lihatlah ke mana arah mereka pergisekarang, ke menara kota yang tengah di sewa untuk mengadakan acara pembukaan suatu perusahaan luar negeri. Karpet merah yang tergelar rapi di halaman terbuka dilindas oleh ban-ban motor mereka dengan santainya dan hampir menabrak beberapa orang tamu undangan khusus.

Teriakan panik orang-orang yang ada di pesta tengah malam itu terdengar riuh. Mobil polisi pun hampir menabrak menara begitu ada seseorang yang melintas dari halaman menara. Mau tak mau, mobil polisi yang ada di belakang pun ikut terhenti lajunya. Beberapa hiasan pun jadi berserakan jatuh di taman depan menara kota itu.

“Hoy, mana petasannya?”

“Noh! Nyalain!” orang yang mengendarai motor di depan melempar petasan.

“Asikk,” setelah menangkap untaian besar petasan, orang yang tadi menangkap petasan menyalakan petasan lalu melemparnya ke belakang.

“YUHUUUU!!!” petasan itu meledak begitu dilemparkan, orang itu bersorak riang.

Walau ledakan petasan tadi tak seberapa, paling tidak asap dari ledakan petasan tadi bisa membuat orang-orang di belakang mereka bertambah ketakutan. Misi mengacau dari tim ini sukses, acara pembukaan perusahaan luar negeri di kota mereka itu pasti kacau balau.

Terakhir, tim mafia yang tadi mengambil jalan tetap lurus ke depan. Mereka membuat para polisi yang mengejar mereka berputar-putar mengelilingi kota dengan sengaja. Motor besar mereka, mereka kendarai dengan kecepatan yang ekstrem. Lalu saat berada di perempatan jalan lainnya mereka berpencar lagi.

Saling melempar posisi untuk mengalihkan mobil polisi yang masih saja mengejar mereka. Mengambil jalan memutar dan bertemu di satu titik yang sama. Dan bum! Saat mereka bertiga ada di titik yang sama, ketiga mobil polisi itu saling bertabrakan.

Motor para mafia yang gesit itu menghindari tabrakan dengan mudah. Sudah pasti para polisi yang mengejar mereka mendapat luka yang serius.

“KABOOM!!!”

“Bubay pakpol, titip salam ke suster cantik ya!”

Setelah ketiga tim mafia yang berpencar tadi berhasil menaklukkan para polisi yang mereka anggap merepotkan, mereka bertemu kembali di markas mereka di tepi pantai. Mereka saling bertos ria saat sampai di markas.

“Gimana?” suara datar nan dingin menyambut mereka.

“Eh, Livy, nungguin gue ya-“

“Nggak.”

“Yaahh,” kesal Arka.

Di saat semua anak buahnya mulai bubar jalan dari sana, Livy tiba-tiba menodongkan sabitnya ke kepala Arka dan menatap laki-laki itu tajam. Wajah cantik Livy bahkan membuat Arka lupa nyawanya ada di tangan gadis itu sekarang dan malah tersenyum saat ditatap Livy. Arka pun baru tersadar saat pinggiran tajam sabit Livy perlahan menggores kulit kepalanya.

“Aw, iya iya Vy, kenapa?” Arka menggenggam ujung sabit Livy, menjauhkannya perlahan.

“Jawab pertanyaan Gue yang tadi.”

“Ah, yang itu, beres kok, kota jadi kacau malam-malam begini, ahahah.”

“Hmm, bagus, kalo gini kan nama The Shadowup bakal jadi jelek, balas dendam yang bagus kan?”

“Rencana balas dendammu memang yang paling wah ya Vy,” Arka memuji Livy, “nggak salah waktu itu Gue jadiin Elo ketua bareng Gue di sini.”

“Lo nggak bakalan nyesel kok ngasih Gue pangkat ketua di sini,” ucap Livy datar.

“Iya lah, siapa yang bakal nyesel kalo sama-sama jadi ketua bareng cewek secantik kamu,” Arka menggombal.

“Cih, ‘kamu’,” batin Livy tak suka.

“Kalo udah, Gue mau pulang,” Livy berbalik.

“Ngapain pulang? Bukannya...” Arka curiga.

“Pulang yang Gue maksud itu lanjutin misi, Lo pikir Gue nggak butuh hiburan?” Livy memasang wajah tanpa ekspresi.

Bulu kuduk Arka merinding, “Wah, kalo gitu...,” Arka melangkah mendekati Livy, “selamat bersenang-senang,” laki-laki itu tersenyum dan mengelus puncak kepala Livy lembut.

Tapi lagi-lagi yang dia dapatkan hanyalah sorot mata dingin yang menatapnya seperti seorang musuh. Ditambah lagi dengan tangan Livy yang menyusul menampik tangan kekar Arka. Gadis itu tak sedikitpun senang dengan perlakuan pemuda tampan di depannya. Kalau pembaca mau dielus Arka, silahkan saja, nggak akan ada yang marah kok.

Setelah selesai bertele-tele dengan Arka, Livy berjalan dengan langkah cepatnya menuju motor hitamnya yang terparkir. Memakai helmnya dan menyeringai puas dengan rencana awalnya kemudian mulai melajukan motornya. Melaju pergi meninggalkan markas geng yang dimanfaatkannya.

Benar, kotanya menjadi kacau malam itu, tapi tetap saja yang jelek adalah nama dari geng mafia Arka, The Lightdown, bukan geng mafia ayahnya The Shadowup. Livy satu langkah menang dari Arka, pemuda yang terkenal sekali suka menggoda perempuan itu sepertinya sudah mulai jatuh ke tangan Livy. Bujukan Livy agar Arka memakai rencananya yang luar biasa pun berhasil. Posisinya sebagai keturunan Synne yang Arka incar untuk dibunuhnya kini aman.

Setidaknya sekarang nyawa Livy dan kembaran sialnya itu aman. Rencana balas dendamnya pun berubah menjadi rencana yang lebih bagus dari yang Livy kira. Siapa sangka pertandingan Melvrey dapat menguntungkannya saat ini. Balas dendam Livy pada geng mafia The Lightdown akan jadi lebih manis kali ini.

“Pfftt, bodoh,” tawa Livy.

Gadis itu menghentikan laju motornya saat melihat kerumunan pemadam kebakaran yang tengah mengevakuasi mobil polisi yang tadi bertabrakan akibat ulah Arka dan anak buahnya. Menatap kejadian itu dalam diam, dengan seulas senyuman beribu arti.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status