Share

6. Teror

last update Last Updated: 2021-06-24 11:20:48

Tengah malam di jalanan kota, suara sirene mobil terdengar, para polisi tengah melakukan aksi kejar-kejaran dengan para anggota mafia The Lightdown. Beberapa waktu lalu mereka sempat membuat keributan yang luar biasa di sekitar pelabuhan kota. Tiba-tiba saja mereka menyalakan beberapa mesin kapal sewaan dari luar negeri yang masih berada di pelabuhan kota.

Tentu saja tak lama setelah itu kapal dibiarkan menyala tanpa awak kapal satu pun di dalamnya. Kapal-kapal itu pun bergerak melaut dengan arah yang berbeda-beda sampai akhirnya beberapa kapal meledak karena bertabrakan.

Warga yang tinggal di sekitar pelabuhan malam itu langsung melapor dan memanggil polisi diam-diam. Para mafia kelewat jahil yang masih menonton kapal-kapal tanpa awak di pelabuhan pasti terkejut saat polisi sampai di sana. Dan beginilah sekarang, kejar-kejaran dengan beberapa mobil polisi di jalanan terbuka.

Di perempatan jalan, para anggota mafia The Lightdown justru berpencar ke tiga arah. Ke arah depan, ke kanan, dan ke kiri, mengejutkan para polisi yang mengejar mereka. Jalanan kota saat malam itu pun menjadi kacau, walau hanya sedikit mobil warga kota yang melintas, tetap saja para mafia itu mengendarai motor mereka sekaligus mengacak-acak beberapa hal di pinggiran jalan.

“BERHENTI! SAYA PERINGATKAN-“

“CKIIITT!!!”

Mobil polisi yang baru saja meneriaki mereka mengerem mendadak saat truk pengiriman jarak jauh hampir menabrak mereka. Gerakan motor besar mereka yang melesat dengan lincah berhasil mengalahkan laju mobil polisi. Tim mafia yang terpencar ke arah kiri tadi kini aman, mereka melanjutkan acara bersenang-senang mereka dengan merusak fasilitas umum yang ada di jalanan.

“Huahahah, dadaah pakpoll!”

Tim mafia yang berpencar ke arah kanan kini justru menambah beban pikiran polisi yang mengikuti mereka. Lihatlah ke mana arah mereka pergisekarang, ke menara kota yang tengah di sewa untuk mengadakan acara pembukaan suatu perusahaan luar negeri. Karpet merah yang tergelar rapi di halaman terbuka dilindas oleh ban-ban motor mereka dengan santainya dan hampir menabrak beberapa orang tamu undangan khusus.

Teriakan panik orang-orang yang ada di pesta tengah malam itu terdengar riuh. Mobil polisi pun hampir menabrak menara begitu ada seseorang yang melintas dari halaman menara. Mau tak mau, mobil polisi yang ada di belakang pun ikut terhenti lajunya. Beberapa hiasan pun jadi berserakan jatuh di taman depan menara kota itu.

“Hoy, mana petasannya?”

“Noh! Nyalain!” orang yang mengendarai motor di depan melempar petasan.

“Asikk,” setelah menangkap untaian besar petasan, orang yang tadi menangkap petasan menyalakan petasan lalu melemparnya ke belakang.

“YUHUUUU!!!” petasan itu meledak begitu dilemparkan, orang itu bersorak riang.

Walau ledakan petasan tadi tak seberapa, paling tidak asap dari ledakan petasan tadi bisa membuat orang-orang di belakang mereka bertambah ketakutan. Misi mengacau dari tim ini sukses, acara pembukaan perusahaan luar negeri di kota mereka itu pasti kacau balau.

Terakhir, tim mafia yang tadi mengambil jalan tetap lurus ke depan. Mereka membuat para polisi yang mengejar mereka berputar-putar mengelilingi kota dengan sengaja. Motor besar mereka, mereka kendarai dengan kecepatan yang ekstrem. Lalu saat berada di perempatan jalan lainnya mereka berpencar lagi.

Saling melempar posisi untuk mengalihkan mobil polisi yang masih saja mengejar mereka. Mengambil jalan memutar dan bertemu di satu titik yang sama. Dan bum! Saat mereka bertiga ada di titik yang sama, ketiga mobil polisi itu saling bertabrakan.

Motor para mafia yang gesit itu menghindari tabrakan dengan mudah. Sudah pasti para polisi yang mengejar mereka mendapat luka yang serius.

“KABOOM!!!”

“Bubay pakpol, titip salam ke suster cantik ya!”

Setelah ketiga tim mafia yang berpencar tadi berhasil menaklukkan para polisi yang mereka anggap merepotkan, mereka bertemu kembali di markas mereka di tepi pantai. Mereka saling bertos ria saat sampai di markas.

“Gimana?” suara datar nan dingin menyambut mereka.

“Eh, Livy, nungguin gue ya-“

“Nggak.”

“Yaahh,” kesal Arka.

Di saat semua anak buahnya mulai bubar jalan dari sana, Livy tiba-tiba menodongkan sabitnya ke kepala Arka dan menatap laki-laki itu tajam. Wajah cantik Livy bahkan membuat Arka lupa nyawanya ada di tangan gadis itu sekarang dan malah tersenyum saat ditatap Livy. Arka pun baru tersadar saat pinggiran tajam sabit Livy perlahan menggores kulit kepalanya.

“Aw, iya iya Vy, kenapa?” Arka menggenggam ujung sabit Livy, menjauhkannya perlahan.

“Jawab pertanyaan Gue yang tadi.”

“Ah, yang itu, beres kok, kota jadi kacau malam-malam begini, ahahah.”

“Hmm, bagus, kalo gini kan nama The Shadowup bakal jadi jelek, balas dendam yang bagus kan?”

“Rencana balas dendammu memang yang paling wah ya Vy,” Arka memuji Livy, “nggak salah waktu itu Gue jadiin Elo ketua bareng Gue di sini.”

“Lo nggak bakalan nyesel kok ngasih Gue pangkat ketua di sini,” ucap Livy datar.

“Iya lah, siapa yang bakal nyesel kalo sama-sama jadi ketua bareng cewek secantik kamu,” Arka menggombal.

“Cih, ‘kamu’,” batin Livy tak suka.

“Kalo udah, Gue mau pulang,” Livy berbalik.

“Ngapain pulang? Bukannya...” Arka curiga.

“Pulang yang Gue maksud itu lanjutin misi, Lo pikir Gue nggak butuh hiburan?” Livy memasang wajah tanpa ekspresi.

Bulu kuduk Arka merinding, “Wah, kalo gitu...,” Arka melangkah mendekati Livy, “selamat bersenang-senang,” laki-laki itu tersenyum dan mengelus puncak kepala Livy lembut.

Tapi lagi-lagi yang dia dapatkan hanyalah sorot mata dingin yang menatapnya seperti seorang musuh. Ditambah lagi dengan tangan Livy yang menyusul menampik tangan kekar Arka. Gadis itu tak sedikitpun senang dengan perlakuan pemuda tampan di depannya. Kalau pembaca mau dielus Arka, silahkan saja, nggak akan ada yang marah kok.

Setelah selesai bertele-tele dengan Arka, Livy berjalan dengan langkah cepatnya menuju motor hitamnya yang terparkir. Memakai helmnya dan menyeringai puas dengan rencana awalnya kemudian mulai melajukan motornya. Melaju pergi meninggalkan markas geng yang dimanfaatkannya.

Benar, kotanya menjadi kacau malam itu, tapi tetap saja yang jelek adalah nama dari geng mafia Arka, The Lightdown, bukan geng mafia ayahnya The Shadowup. Livy satu langkah menang dari Arka, pemuda yang terkenal sekali suka menggoda perempuan itu sepertinya sudah mulai jatuh ke tangan Livy. Bujukan Livy agar Arka memakai rencananya yang luar biasa pun berhasil. Posisinya sebagai keturunan Synne yang Arka incar untuk dibunuhnya kini aman.

Setidaknya sekarang nyawa Livy dan kembaran sialnya itu aman. Rencana balas dendamnya pun berubah menjadi rencana yang lebih bagus dari yang Livy kira. Siapa sangka pertandingan Melvrey dapat menguntungkannya saat ini. Balas dendam Livy pada geng mafia The Lightdown akan jadi lebih manis kali ini.

“Pfftt, bodoh,” tawa Livy.

Gadis itu menghentikan laju motornya saat melihat kerumunan pemadam kebakaran yang tengah mengevakuasi mobil polisi yang tadi bertabrakan akibat ulah Arka dan anak buahnya. Menatap kejadian itu dalam diam, dengan seulas senyuman beribu arti.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Behind My Mask   7. Awal

    “Kana!!” seseorang berlari ke arah Kana.Kana menoleh, “Oh, Nara!” lalu melambaikan tangannya.Pemuda itu sampai di depannya, “Maaf, lama ya?”“Nggak kok, aku baru sampai juga hehe.”“Sesama telat ya, ahaha, dah ayo berangkat!”“Be rang kat!” ejanya.Kedua mahasiswa baru itu melangkah pergi dari pinggiran jalan. Sore ini, kedua sahabat baik itu akan mencoba mendaftar pekerjaan paruh waktu di restoran dekat kampus mereka. Sebenarnya, Kana yang diusir Livy tetap tinggal di rumah karena ayahnya. Tapi seperrtinya gadis itu tak akan bertahan lama di rumahnya, terlihat sekali kembarannya itu akan mengusirnya kapan saja.Jadi, untuk tetap bertahan hidup, dia memutuskan untuk mencari pekerjaan paruh waktu. Livy terlalu seeram bagi Kana lawan. Mau tak mau Kana harus bekerja keras berkali-kali lipat, melelahkan. Nara yang tahu masalah yang

  • Behind My Mask   6. Teror

    Tengah malam di jalanan kota, suara sirene mobil terdengar, para polisi tengah melakukan aksi kejar-kejaran dengan para anggota mafia The Lightdown. Beberapa waktu lalu mereka sempat membuat keributan yang luar biasa di sekitar pelabuhan kota. Tiba-tiba saja mereka menyalakan beberapa mesin kapal sewaan dari luar negeri yang masih berada di pelabuhan kota.Tentu saja tak lama setelah itu kapal dibiarkan menyala tanpa awak kapal satu pun di dalamnya. Kapal-kapal itu pun bergerak melaut dengan arah yang berbeda-beda sampai akhirnya beberapa kapal meledak karena bertabrakan.Warga yang tinggal di sekitar pelabuhan malam itu langsung melapor dan memanggil polisi diam-diam. Para mafia kelewat jahil yang masih menonton kapal-kapal tanpa awak di pelabuhan pasti terkejut saat polisi sampai di sana. Dan beginilah sekarang, kejar-kejaran dengan beberapa mobil polisi di jalanan terbuka.Di perempatan jalan, para anggota mafia The Lightdown justru berpenca

  • Behind My Mask   5. The Lightdown

    Di dini hari ini, Livy lengkap dengan jubah ungunya pergi menemui Arka, di markas The Lightdown. Markas yang ada di dekat pantai di sebelah utara kota Luoseraz, markas yang sepi untuk tempat yang mencolok seperti pantai, bahkan ini terlalu sepi, mencurigakan. Dan benar saja firasat Livy, lihat saja petasan besar yang baru saja meledak di depannya, ini pasti tipuan.Cepat-cepat Livy kembali memasang posisi kuda-kudanya dan mengangkat sabitnya, bersiaga. Tiba-tiba saja sekerumununan orang mengelilingi Livy, mereka menyerang Livy bersamaan. Tapi tenang saja, mode psikopat Livy sedang aktif, merekalah yang akan musnah kalau sudah begini. Dengan sigap Livy mengayunkan sabitnya dan berputar, menyobek sebagian tubuh musuhnya dengan indah, membuat hujan darah di pasir pantai yang menyelimuti markas itu.“Makasih darahnya, aku benci kalian~” seringai Livy selagi gadis itu terus-terusan mengayunkan sabitnya

  • Behind My Mask   4. Ayah dan Anak

    Livy membawa pulang Gave ke markasnya melewati jalan rahasia di bawah parkiran mall Elradz milik ayahnya. Arka pikir Livy bodoh? Livy tentu saja sadar jika dia diikuti sedari tadi oleh Arka dengan mobil biru cobaltnya. Dia pikir Livy tidak melihat mobilnya kemarin mentang-mentang Livy sedang terluka dan sok bergaya ingin membuntuti Livy? Lucu sekali, tepatnya sangat naif.Gadis bermarga Synne itu sampai harus banyak berbelok dan mencari jalan raya yang ramai untuk menyamarn moblnya. Dia tak akan takut ketahuan jika Arka tahu dia sadar dibuntuti Arka saat dia kebanyakan berbelok, bukankah orang jahat sepert Livy memang sudah sewajarnya punya jalur pulang yang sulit? Tentu saja Arka akan memaklumi hal itu sekaligus terkecoh dengan tipuan Livy. Lihat saja, Arka sudah jauh tertinggal dan Livy kini baru saja memasuki gerbang 11 markas The Shdowup.Livy turun dari mobilnya dengan memapah Gave dan menyeret sabitnya memasuki ruang eksekusi. Disana ayah dan para anak buah

  • Behind My Mask   3. Bertemu

    “Oh, sudah bangun?”“...” Livy hanya memandangi pemuda berjaket denim dihadapannya, dengan tatapan datar favoritnya tentu saja.Pemuda itu melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Livy, yang tentu saja membuat raut wajah Livy tetap datar nan dingin.“Lo nggak kenal sama gue Vy?” pemuda itu duduk di samping Livy.“...”“...”“...”“Haaah, iya ya gue baru inget kalo mau ngomong sama lo itu susah pake banget,” ujar pemuda itu kemudian memasang wajah kesal.“Apa sih,” ketus Livy.“Akhirnya bersuara juga Nona Livy,” cengirnya.“Sejak kapan lo kenal gue?”Pemuda itu melebarkan bola matanya, “Serius lo lupa sama gue?”“Siapa elo, siapa gue,” balas Livy.“AAAKH, jangan bilang lo amnesia kayak di sinetron gara-gara ledakan tadi, Kepala lo kebentur kan?”“Kebentur sih iya, lo

  • Behind My Mask   2. Peringatan

    “APA?! AYAH AKAN MEMBUNUHKU KALAU AKU GAGAL?! AYAH TIDAK BISA BEGINI!” sorot mata tajam nan penuh kebencian tampak di wajah Livy.“Memangnya kenapa tidak bisa? Aku ini ketua disini, dan kalau kau gagal dalam ujianmu tentu saja akan ada hukumannya,” Radz menatap dingin putrinya.“TAPI KENAPA HUKUMANNYA HARUS DENGAN NYAWAKU AYAH?!” Livy masih tak terima dan kini dia menggenggam sabitnya kuat.“Karena kegagalanmu itu berarti karena kau mempunyai belas kasih Livy, dan The Shadowup tidak butuh orang seperti itu untuk menjadi ketua mereka,” Radz tetap tak peduli.“Lantas! K-kau! KENAPA KAU MASIH MEMBIARKAN KANARIA HIDUP?!” ujar Livy telak, “dia bahkan tak pernah berguna dalam misi-misi sebelumnya kan?! Tapi kenapa?!!” emosi Livy sudah tak terbendung lagi.“Tentu saja karena ibumu, siapa lagi?”&n

  • Behind My Mask   1. Ulang tahun Si kembar

    Gemuruh riuh di acara ulang tahun ke sembilan belas yang tak biasa itu menyelimuti seluruh penjuru markas. Ketua mereka yakni Radz De Synne mengangkat pistol andalannya tinggi-tinggi seraya menebar semangat kepada para anak buah di geng mafianya, “The Shadowup” geng mafia besar yang memata-matai kota Luoseraz selama ini.Membereskan semua orang yang mereka anggap sampah, tapi jangan samakan mereka dengan mafia biasa, ada satu hal yang membedakan “The Shadowup” dengan geng mafia lainnya yaitu, ujian sang pewaris tahta di ulang tahunnya yang kesembilan belas.Gadis yang berulang tahun itu tampak benci dengan kehebohan yang dibuat ayahnya, terlalu berlebihan, dia lebih memilih keributan di tengah kekacauan besar yang biasa dibuatnya. Kekacauan lah satu-satunya hal yang dapat membuatnya mengeluarkan ekspresi, walau hanya seringai kejam yang ditunjukkannya.“Livyanne De Synne!” Radz menembakkan peluru ke pinata berisi confetti begitu selesai menyebut

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status