Share

Bekas Merah di Leher Istriku
Bekas Merah di Leher Istriku
Penulis: Gleoriud

1

Wajah bulat telur, kulit kuning langsat, mata indah dan berbulu lentik, bibir merah delima dengan hidung bangir dan kecil. Siapa pun setuju jika wanita yang tengah tersenyum cerah membuka jendela itu sangat cantik. Pembawaannya halus dan mencerminkan lembutnya wanita Jawa yang sempurna.

Senyum cerah mekar di bibirnya, dia masih muda, dua puluh lima tahun. Sudah menikah selama lima tahun, tapi belum dikarunia anak.

Mata cantiknya berbinar, saat melihat sosok yang ditunggunya nampak di ujung pematang sawah, laki-laki yang amat dicintainya selama lima tahun ini. Suaminya.

"Maaaaas!" Wanita bernama Sri itu melambaikan tangan, kemudian kaki jenjangnya menuruni tangga kayu dan menyusul sang suami yang bersimbah keringat.

Pinggul padat dan pinggang ramping itu berlari lincah di pematang sawah, rambutnya tergerai bergelombang berayun ditiup angin sore.

Seorang laki-laki, yang umurnya hanya terpisah dua tahun lebih tua dari Sri, mendekap istrinya itu dengan sayang. Mengecup keningnya sekilas, lalu menggandengnya agar tak masuk terperosok ke dalam sawah yang baru ditanami padi.

Cuma beberapa meter, mereka sampai di pondok mereka. Laki-laki itu langsung mencuci kakinya di pancuran mata air yang di dikelilingi penutup dari atap seng.

"Assalamualaikum." Senyumnya merekah, siapa yang tak bahagia memiliki istri secantik itu.

"Mas mau mandi atau makan dulu?" Mata Sri berbinar semangat.

"Mas mau mandi dulu."

Sri mengangguk, wanita cantik itu bergegas ke kamar kecil mereka mengambilkan handuk.

Kali ini hati Sri benar-benar bahagia. Baru saja Yayuk mendatangi pondoknya dan menyampaikan kabar gembira, dia diterima bekerja di pabrik sepatu.

Yayuk adalah teman akrab Sri sewaktu SMP. Akan tetapi Yayuk masih gadis. Sedangkan Sri sudah menikah sejak lima tahun yang lalu.

Suami Sri bernama Aryo, pemisah kampung yang berhasil menawan hatinya dari dulu. Pernikahan mereka bahagia, walau hidup miskin dan belum juga diberikan keturunan.

Sri tak berhenti tersenyum, bahkan saat dia menghidangkan nasi dan lauk di atas tikar.

"Kenapa, Dek? Dari tadi senyum-senyum. Tampaknya kamu bahagia sekali hari ini." Aryo melirik wajah berbinar istrinya, sambil memasukkan nasi ke dalam piringnya.

"Alhamdulillah, Mas. Aku diterima bekerja di pabrik sepatu."

Aryo yang tadi mengunyah semangat, berhenti menelan nasinya.

"Oh ya?"

"Iya, Mas. Kerjanya mulai besok, dari jam sembilan pagi sampai jam empat sore."

Aryo meminum air putih yang ada di depannya. Wajah enggan itu mulai membuat Sri cemas.

"Mas, mengizinkan, bukan?"

Aryo menghela nafas.

"Sebenarnya mas masih bisa menafkahi kamu, Dek. Walaupun cuma cukup untuk makan tiga kali sehari."

"Tapi, Mas. Aku juga bosan terus-terusan di rumah. Setidaknya, jika aku bekerja, kita bisa mulai menabung untuk membeli tanah. Tanah yang kita tempati sekarang masih milik orang, kapan saja bisa diambil kembali."

"Kamu yakin, Dek?" Apalah daya Aryo yang tak pernah bisa menolak permintaan istri yang sangat dicintainya itu.

Sri mengangguk semangat.

"Baiklah! Asalkan kamu bahagia, Dek. Bulan pun mas berikan untukmu."

Sri tak bisa menahan diri untuk tidak memeluk manja suaminya itu.

"Makasih, Mas. Setidaknya kalau aku sudah kerja, kita tak terus-terusan makan dengan ikan asin. Sesekali bisa beli ayam dan daging."

Aryo terdiam. Rasa lapar menguap begitu saja. Sri benar, selama ini dia belum memberikan apa-apa pada istrinya itu, hanya makan tiga kali sehari, tak ada pakaian bagus, tak ada bedak mahal. Untung saja istrinya itu cantik, jadi tidak memerlukan peralatan kosmetik seperti wanita lain.

Akan tetapi, Sri yang yang yatim piatu menerimanya, tak pernah protes. Dia hanya seorang petani yang bekerja di sawah orang.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Keni Sihyanti
aku berharap yg sesi 2 dan 3 juga akan ada di lapak ini thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status