Share

Belenggu Asmara Tukang Kebun
Belenggu Asmara Tukang Kebun
Penulis: Mala Anggi

1

“Aa Yusuf…” Lirih suara Loulia memanggil nama pemuda yang dicintainya itu. Dibukanya mata yang entah berapa lama terpejam hingga terasa berat dan rapat. “Emh…” lenguh Loulia seraya berpaling dari cahaya yang menyorotnya tajam. Loulia kembali berusaha membuka mata perlahan dibantu telapak tangannya demi menghalau cahaya yang menyilaukan itu.

“Di mana ini?” gumamnya dengan tenggorokan sakit karena kering. Loulia menatap langit-langit yang terasa asing baginya. Ini pastilah sebuah kamar, yakinnya dalam hati setelah menyadari dirinya tengah terbaring di atas kasur empuk berselimut tebal.

Masih menghalangi wajahnya dengan telapak tangan, Loulia mulai mengamati keadaan sekitar. Pandangan Loulia berkeliling demi mencari secercah petunjuk di mana dirinya berada saat ini. Dilihatnya dinding berwarna putih, gorden, meja, lampu… lampu studio? Loulia terheran ketika melihat lampu studio berdiri di depan ranjang. Monitor? Kamera? Terhenyak Loulia melihat benda-benda yang ia tahu biasa digunakan untuk keperluan syuting film itu.

“Ini bukan kamar, tapi… studio?” terka Loulia. Setelah berkata demikian, tiba-tiba Loulia merasa jantungnya berdebar-debar kencang. Seketika benaknya disergap prasangka buruk, sesuatu yang tak pernah sekalipun ia bayangkan.

Dabh! Dibh! Dubh!

Dengan perasaan was-was perlahan Loulia mengintip tubuhnya yang dibalut selimut. “Astaghfirullah!” bibirnya spontan mengucap istighfar demi melihat lingerie hitam yang menempel di tubuhnya. “Apa yang terjadi…?” Tanya Loulia pada diri sendiri dengan gemetar di sekujur tubuh.

Beradu dengan panik yang menyeruak naik, Loulia memaksa otaknya mengingat peristiwa yang menyebabkannya berada di tempat itu dan bagaimana bisa ia menggunakan pakaian dalam yang tipis lagi menerawang, yang membuatnya bergidik ngeri.

“Sssshhh…” desis Loulia. Jemarinya menekan kuat dahi yang mengkerut. Tak ada petunjuk, selain bayangan perkelahian Deon dengan anak buahnya, bagaimana Yusuf diseret oleh laki-laki berseragam hitam dan dirinya yang jatuh terhempas pukulan Deon.

“Emhk!” Loulia berdehem. Tenggorokannya perih. Loulia kemudian bergerak ke tepi tempat tidur demi mengambil segelas air yang tersedia di atas meja.

Lek lek lek lek, bunyi air diteguk. Loulia menghabiskan air minum dengan cepat, kentara sekali kalau ia kehausan.

“Aaa!” Teriak Loulia histeris ketika seseorang sekonyong-konyong masuk ke dalam kamar tanpa permisi. Saking terkejutnya, gelas di tangan Loulia jatuh dan pecah di lantai. Buru-buru ia menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.

“Apa yang kau lakukan? Pergi!” disentaknya Deon, laki-laki yang masuk ke kamar itu.

“Ow! Easy… easy… gadisku. Kau sudah bangun rupanya,” celoteh Deon.

“Cih!” Tampik Loulia ketika Deon hendak menyentuh wajahnya. Sungguh menjijikkan mendengar Deon menyapanya dengan sebutan ‘gadisku’.

“Jangan macam-macam denganku!” ancam Loulia seraya melotot pada Deon dan mengacungkan telunjuknya ke wajah lelaki itu.

Deon yang menatapnya genit segera mencengkeram pergelangan tangan Loulia. Ditariknya kuat tangan halus nan lembut itu ke depan wajahnya. Deon lalu mengendus-endus jemari lentik milik Loulia dengan mata setengah terpejam.

“Lepaskan laki-laki bajingan!” teriak Loulia sambil menahan sakit sebab teramat kuat Deon mencengkeram tangannya.

“Kau tenanglah… ini akan sangat menyenangkan,” ucap Deon yang kini mulai berani membelai lengan Loulia.

“Pergi kau laki-laki brengsek!” Loulia melayangkan sebuah tamparan ke wajah Deon. Namun gerakannya berhasil ditepis laki-laki itu. Loulia lupa, bahkan lima laki-laki bertubuh kekar pernah dihajar Deon sampai lemas. Bagaimana dengan dirinya? perempuan seorang diri yang lemah dan sedikit merasa pusing di kepala.

Loulia merasa aneh, mengapa kepalanya tiba-tiba terasa berat. Ia mengerjapkan mata berulang kali sebab pandangannya kabur tak bisa fokus. 

Deon tersenyum. Di saat seperti itu ia segera mengambil kesempatan. Dikecupnya bibir Loulia, lama dan mendalam. Deon sangat berhasrat menikmati tubuh seorang gadis yang masih suci itu.

“Aa Yusuf?” gumam Loulia. Kini Loulia melihat laki-laki di hadapannya itu adalah Yusuf kekasihnya.

Yusuf? Pemuda kampungan so’ alim itu? Deon mengumpat sinis dalam hati ketika Loulia menyebut nama Yusuf. “Ya, aku Yusuf kekasihmu,” ucap Deon sembari membelai rambut Loulia. “Kau sangat cantik malam ini,” rayu Deon. Ia pun menarik selimut yang menutupi tubuh Loulia.

“Benarkah?” tanya gadis itu berbunga-bunga.

“Ya. Aku sangat mencintaimu, Loulia,” bisik Deon di telinga Loulia.

“Aku juga…” balas Loulia.

“Sungguh, kau mencintaiku?”

Loulia mengangguk tersipu malu.

“Kalau kau mencintaiku, kau akan memberikannya untukku. Kau mau kan membuktikan cintamu itu?” Deon sedang memperdaya Loulia. Tak apa baginya mesti berpura-pura menjadi Yusuf, yang penting ia bisa mendapatkan keinginannya.

“Ya. Aku akan memberikan segalanya untuk Aa seorang,” jawab Loulia yang terdengar begitu merdu di telinga Deon.

Senyum Deon semakin mengembang. Di balik tatapan teduh yang ia berikan pada gadis itu, siasat liciknya semakin mendesak untuk segera dimainkan. “Percayalah, ini akan jadi malam yang indah.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status