Share

2

Di depan monitor, duduk Deon bersilang kaki sambil mengelus-elus dagunya yang kasar bekas cukuran. Deon mengamati setiap lekuk tubuh milik gadis cantik bernama Loulia itu dari layar monitor hasil tangkapan kamera yang telah ia setting sebelumnya. Tubuh itu ibarat buah yang masak di pohon, yang segar dan sedang ranum-ranumnya, begitu menggoda untuk segera dipetik.

Sleptch… Deon menelan air liur. Sebetulnya ia kuasa menyalurkan hasratnya segera, tetapi ia mendambakan sebuah permainan demi mencapai kesenangan dan kepuasan yang lebih.

“Loulia sayang, menarilah untukku…” pinta Deon pada gadis itu.

“Ahihi…” Loulia tertawa kecil. Ia beringsut dari tempat duduknya di tepi kasur. Tak segera memenuhi permintaan Deon, ia malah kembali menarik selimutnya yang jatuh ke lantai. “Tidak mau ah,” ucap Loulia seraya menggelengkan kepala.

“Tak usah malu. Untuk kekasihmu, kau akan memberikan segalanya, kan?”

“Ehemm…” Loulia mengangguk, “Tapi… setelah kita menikah.”

“Uhuk! Uhuk!” Sampai terbatuk Deon mendengar jawaban Loulia. Bisa-bisanya ia menjawab seperti itu, bentaknya dalam hati. Tak habis pikir Deon, padahal sebelumnya ia yakin obat bius yang ia masukkan ke dalam minuman Loulia telah bekerja cukup baik.

Rupanya, nasehat orangtua Loulia -yang mewanti-wanti dirinya untuk selalu menjaga ‘kehormatan’ sekaligus harta berharga milik perempuan itu- tertanam kuat pada apa yang disebut alam bawah sadar. Nasehat itu kerap diterimanya sejak Loulia mendapatkan haid pertama dan kian berdenging di telinga bagai sekelompok tawon terbang saat ia menginjak usia ‘sweet seventeen’.

Lalu, merengutlah Loulia melihat perubahan raut wajah Deon. “Kenapa? Bukankah Aa ingin menikah denganku?” Dalam pandangan Loulia, laki-laki di hadapannya itu masih Yusuf, pemuda yang beberapa waktu lalu telah melelehkan hatinya setelah menyatakan akan menikahinya.

Deon mulai muak mendengar ocehan Loulia, tetapi buru-buru ia tepis ekspresi kekesalan di wajahnya. “Ya, justru karena aku calon suamimu, tak mengapa kita bersenang-senang malam ini. Toh, secepatnya kau akan segera kunikahi. Lagipula…” Deon menggantung kalimatnya, dengan nada melembut ia lanjut berbicara, “Aku hanya ingin melihatmu menari. Ya, hanya itu. Kutahu kau pandai menari.”

“Sungguh?” Tersipu Loulia mendengar Deon memujinya.

“Ya, dan aku akan senang melihatnya,” jawab Deon. Dari ponselnya Deon memutar sebuah lagu. Lalu berdentinglah suara gitar dipetik. Deon ikut bernyanyi, mengikuti suara lemut nan merdu Ed Sheeran di lagunya yang berjudul ‘Perfect’.

I found a love for me

Darling, just dive right in and follow my lead

Well, I found a girl, beautiful and sweet

Oh, I never knew were the someone waiting for me

Deon tersenyum melihat Loulia mulai menjetikkan jari dan mulai menggoyangkan kepala ke kiri dan ke kanan. “Come on babe,” Deon menyeru dari balik monitor dan Loulia pun mulai tak ragu menggerakkan tubuhnya. Loulia berdiri sambil pundaknya berayun, kedua tangannya pun turun naik dengan gemulai. Kakinya melangkah kecil ke kanan dan ke kiri. Loulia tampak menikmati irama musik yang romantis. Ia melupakan selimut yang tadi menutupi tubuhnya.

“Angkat rambutmu ke atas Loulia, lalu belai lehermu dengan tanganmu yang sebelah, lanjutkan sampai belahan dada, sampai ke bawah” Deon semangat memberi arahan. “Sekarang sebaliknya, menungging lalu belai tubuhmu itu dari kaki sampai kepala. Lakukan dengan gemulai namun bertenaga.”

Loulia pun mengikuti arahan Deon.

“Ya, bagus. Sekarang remas dadamu dengan lembut. Berikan tatapan bergairah penuh cinta untukku, Yusuf, kekasihmu.” Deon senang bukan main tatkala melihat gadis itu sangat pandai menari, bahkan melebihi ekspektasinya. Gadis itu berputar, melompat, kayang, menendang maupun menampar angin. Sesuatu dari dalam tubuh Deon kini semakin bergelora.

Lalu, tiba-tiba…

Gruduk! Brak! Suara pintu didobrak.

Seseorang muncul dari balik pintu dan langsung menyerang Deon. “Bangsat kau!” teriaknya dengan wajah merah penuh amarah. Ia melayangkan tinju segera saat Deon masih tersentak kaget.

Hiyaaa! Ciat! Sat! Set! Ha!

Perkelahian pun terjadi. Semampunya Deon menghalau serangan demi serangan dari seorang pemuda yang tengah tersulut emosinya. Deon seperti tak diberi kesempatan untuk bernapas. Ia diterjang pukulan membabi buta. Lalu hanya dengan sekali hantaman kursi kayu, robohlah pertahanan Deon. Ia tersungkur ke lantai dengan darah mengucur dari lubang hidungnya.

“Ayo lari!” Pemuda itu menarik lengan Loulia yang terpaku di sudut kamar.

Keluar kamar, Loulia dan pemuda itu dihadang oleh beberapa lelaki berpakaian hitam yang tampak lemas seperti habis dihajar.

Huwaaa! Das! Des! Plak! Ciyaat! Bak! Buk!

Pemuda itu mampu melewati mereka. Lalu, tanpa menyia-nyiakan waktu, ia segera membawa lari Loulia.

Deon keluar dari kamar dan geram begitu melihat para anak buahnya terkapar di lantai. “Brengsek! Cepat kejar mereka!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status