Share

1. Meet a Beautiful Woman

Chapter 1

Meet a Beautiful Woman

Dubai, UEA.

Alva menatap gadis-gadis yang silih berganti berlalu-lalang di depannya, mereka mungkin sedang mencari perhatian darinya. Sayangnya, sikap Alva mencerminkan jika ia tidak ingin mendekati gadis mana pun di pesta pernikahan adiknya.

Grant, adiknya yang juga merupakan seorang pesepak bola memutuskan menikah di usia dua puluh lima tahun dan wanita pilihan adiknya berasal dari Dubai. Benar-benar Alva merasa jika adiknya pandai memilih istri karena Aliyah merupakan pengusaha yang terbilang sukses, tetapi di sisi lain Alva merasa jika selera adiknya sedikit aneh karena jarak usia Grant dan Aliyah terpaut sepuluh tahun. Aliyah terlalu tua untuk Grant.

Alva sempat menentang niat Grant, mencoba mengembalikan kewarasan adiknya yang dianggapnya menguap karena dibutakan harta. Tetapi, Grant meyakinkannya jika Grant menikahi Aliyah karena cinta.

Dan berbicara masalah cinta, Alva telah terlalu lama tidak merasakannya sejak ia terlalu sibuk dengan karier dan popularitasnya. Ia bahkan sebenarnya takut memulai hubungan percintaan karena beberapa kali wanita yang mendekatinya hanya mengincar kepopulerannya dan keelokan wajahnya.

Rasa bosan berada di tengah pesta pernikahan yang semakin ramai karena teman-teman Aliyah dan teman-teman Grant mulai berdansa dengan musik khas negeri gurun pasir. Alva berniat menjauhi tempat pesta. Tetapi, saat seorang wanita yang mungkin berusia dua puluh lima tahun memasuki tempat pesta dan melewatinya tanpa sedikit pun melirik ke arahnya seperti gadis-gadis lain yang justru dengan sengaja berlalu-lalang di depannya, Alva mengurungkan niatnya.

Aroma manis samar-samar dari parfum mahal yang wanita itu kenakan menusuk hidungnya dan cara wanita itu berjalan dengan anggun membuat bokongnya yang bulat meski tidak terlalu besar bergerak-gerak lembut. Ia yakin, jika bokong itu sempurna jika Alva bisa melihat tanpa terbungkus gaun hitam panjang dengan belahan tinggi kemudian meremasnya.

Ekor mata Alva mengawasi bokong indah itu. Sial! Ia menggeram di dalam benaknya karena bokong itu membuat imajinasi liarnya bangkit. Ia menghela napasnya, berusaha mewaraskan otaknya yang mulai kacau.

Mencoba menyingkirkan hasratnya yang datang secara tiba-tiba seperti di luar nalar, Alva berniat kakinya menuju pintu keluar. Tetapi, batinnya seolah dan memberontak hingga memerintahkan otaknya yang sedang mencoba menjaga logikanya untuk bertindak di luar kendali.

Pria itu tetap berdiri di tempatnya dan mengawasi wanita berambut cokelat si pemilik bokong indah yang sedang berbicara dengan Aliyah. Keduanya terlihat akrab, bukan hanya Aliyah, Grant juga kelihatannya mengenal wanita itu.

Ia tidak ingin kehilangan kesempatan untuk berkenalan dengan wanita itu, atau lebih tepatnya kehilangan kesempatan meremas bokong indahnya.

Alva menghampiri Grant dan berucap, "Grant, kurasa aku mulai bosan, kupikir lebih baik aku kembali ke kamarku."

"Pesta belum berakhir," cetus Grant.

"Ya, pesta baru dimulai, Alva." Aliyah menimpali ucapan Grant.

"Tidak ada yang bisa kuajak berbicara di sini." Alva berpura-pura mengedarkan pandangannya ke arah teman-temannya yang juga teman-teman Grant yang sedang berdansa dengan gadis-gadis Dubai. "Mereka telah menemukan pasangan masing-masing."

Aliyah terkekeh. "Sidney, perkenalkan dia, Alva, kakak Grant," ucap Aliyah kepada wanita pemilik bokong indah itu. "Dan Alva, dia Sidney, rekan bisnisku."

Oh, jadi namanya Sidney? Alva menjilat bibirnya seraya berharap jika wanita itu bersedia berdansa dengannya kemudian ia akan membawa si pemilik bokong indah itu ke kamar.

Alva segera mengulurkan tangannya kepada Sidney untuk memperkenalkan diri. Ketika telapak tangan wanita itu berada di genggamnya, ia merasakan seluruh darah yang mengalir di nadinya menghangat dan menghantarkan getaran lembut ke jantungnya.

"Sidney," ucap Sidney memperkenalkan dirinya.

"Kau pasti mengenalku, 'kan?"

Sidney mengangguk. "Setidaknya aku pernah mendengar namamu dari Aliyah dan Grant." Ia tersenyum ramah. "Dan sekarang aku benar-benar mengenalmu."

Ya Tuhan. Alva nyaris meleleh mendengar suara wanita bernama Sidney. Suaranya selembut gerakan bokongnya saat berjalan dan matanya indah berwarna hazel. Wanita itu memiliki kecantikan sempurna menurut standar Alva. Tetapi, sialnya Sidney tidak mengenalnya yang berarti Sidney bukan barisan wanita yang mengagumi pemain sepak bola hingga menjadikan pemain sepak bola sebagai obsesi.

"Bagaimana jika kalian berdua bergabung untuk berdansa dengan mereka?" tanya Grant sembari menunjuk teman-temannya yang berdansa di bawah musik khas gurun pasir menggunakan dagunya.

Sidney tersenyum ramah ke arah Aliyah dan Grant. "Maaf, tapi aku tidak bisa menari khas gurun pasir."

"Kebetulan sekali, aku juga tidak bisa menari. Dan aku tidak suka menari." Alva mengusap tengkuknya sembari melirik bagian dada gaun Sidney yang berpotongan rendah. Ia yakin jika Sidney tidak mengenakan bra dan ukuran dadanya adalah 34C.

Sidney tersenyum tipis. "Maafkan aku, Aliyah. Aku tidak bisa berlama-lama di sini."

"Sayang sekali," ujar Aliyah terdengar kecewa. "Padahal kau jauh-jauh datang dari London dan kau hanya beberapa menit di sini."

"Apa kau berniat mengadakan pesta pribadi setelah ini?" tanya Sidney.

"Ya. Kami telah menyiapkan itu." Grant merangkul pundak Aliyah. "Sayang sekali jika kau melewatkannya."

"Baiklah, kalau begitu aku akan tinggal," ujar Sidney.

"Aku akan menemani Nona Sidney kalau begitu," cetus Alva tanpa berpikir panjang. "Kau tidak memiliki teman mengobrol 'kan di sini?"

Sidney menyeringai. "Selain Aliyah dan Grant."

"Nah, karena masalah telah selesai, aku akan mengganti pakaian dan kalian bergabunglah bersama teman-teman di lantai dansa. Kami akan menyusul kalian," ucap Aliyah yang kemudian bersama Grant meninggalkan Sidney dan Alva.

Alva berdehem. "Jadi, Nona Sidney, kau berasal dari London?"

"Ya." Sidney mengangguk.

"Tapi, kau beraksen Amerika."

"Aku lahir di London, tumbuh di Amerika, dan aku kembali ke London. Singkatnya begitu."

"Mengesankan." Alva mengulurkan tangannya dan berkata, "mau berdansa?"

Bersambung....

Jangan lupa untuk tinggalkan komentar dan RATE.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kenzo Nova Yandi
awal yang bagus d ceritany...lanjut
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status