Home / Romansa / Belongs to the Player / 1. Meet a Beautiful Woman

Share

1. Meet a Beautiful Woman

last update Last Updated: 2021-07-05 16:24:00

Chapter 1

Meet a Beautiful Woman

Dubai, UEA.

Alva menatap gadis-gadis yang silih berganti berlalu-lalang di depannya, mereka mungkin sedang mencari perhatian darinya. Sayangnya, sikap Alva mencerminkan jika ia tidak ingin mendekati gadis mana pun di pesta pernikahan adiknya.

Grant, adiknya yang juga merupakan seorang pesepak bola memutuskan menikah di usia dua puluh lima tahun dan wanita pilihan adiknya berasal dari Dubai. Benar-benar Alva merasa jika adiknya pandai memilih istri karena Aliyah merupakan pengusaha yang terbilang sukses, tetapi di sisi lain Alva merasa jika selera adiknya sedikit aneh karena jarak usia Grant dan Aliyah terpaut sepuluh tahun. Aliyah terlalu tua untuk Grant.

Alva sempat menentang niat Grant, mencoba mengembalikan kewarasan adiknya yang dianggapnya menguap karena dibutakan harta. Tetapi, Grant meyakinkannya jika Grant menikahi Aliyah karena cinta.

Dan berbicara masalah cinta, Alva telah terlalu lama tidak merasakannya sejak ia terlalu sibuk dengan karier dan popularitasnya. Ia bahkan sebenarnya takut memulai hubungan percintaan karena beberapa kali wanita yang mendekatinya hanya mengincar kepopulerannya dan keelokan wajahnya.

Rasa bosan berada di tengah pesta pernikahan yang semakin ramai karena teman-teman Aliyah dan teman-teman Grant mulai berdansa dengan musik khas negeri gurun pasir. Alva berniat menjauhi tempat pesta. Tetapi, saat seorang wanita yang mungkin berusia dua puluh lima tahun memasuki tempat pesta dan melewatinya tanpa sedikit pun melirik ke arahnya seperti gadis-gadis lain yang justru dengan sengaja berlalu-lalang di depannya, Alva mengurungkan niatnya.

Aroma manis samar-samar dari parfum mahal yang wanita itu kenakan menusuk hidungnya dan cara wanita itu berjalan dengan anggun membuat bokongnya yang bulat meski tidak terlalu besar bergerak-gerak lembut. Ia yakin, jika bokong itu sempurna jika Alva bisa melihat tanpa terbungkus gaun hitam panjang dengan belahan tinggi kemudian meremasnya.

Ekor mata Alva mengawasi bokong indah itu. Sial! Ia menggeram di dalam benaknya karena bokong itu membuat imajinasi liarnya bangkit. Ia menghela napasnya, berusaha mewaraskan otaknya yang mulai kacau.

Mencoba menyingkirkan hasratnya yang datang secara tiba-tiba seperti di luar nalar, Alva berniat kakinya menuju pintu keluar. Tetapi, batinnya seolah dan memberontak hingga memerintahkan otaknya yang sedang mencoba menjaga logikanya untuk bertindak di luar kendali.

Pria itu tetap berdiri di tempatnya dan mengawasi wanita berambut cokelat si pemilik bokong indah yang sedang berbicara dengan Aliyah. Keduanya terlihat akrab, bukan hanya Aliyah, Grant juga kelihatannya mengenal wanita itu.

Ia tidak ingin kehilangan kesempatan untuk berkenalan dengan wanita itu, atau lebih tepatnya kehilangan kesempatan meremas bokong indahnya.

Alva menghampiri Grant dan berucap, "Grant, kurasa aku mulai bosan, kupikir lebih baik aku kembali ke kamarku."

"Pesta belum berakhir," cetus Grant.

"Ya, pesta baru dimulai, Alva." Aliyah menimpali ucapan Grant.

"Tidak ada yang bisa kuajak berbicara di sini." Alva berpura-pura mengedarkan pandangannya ke arah teman-temannya yang juga teman-teman Grant yang sedang berdansa dengan gadis-gadis Dubai. "Mereka telah menemukan pasangan masing-masing."

Aliyah terkekeh. "Sidney, perkenalkan dia, Alva, kakak Grant," ucap Aliyah kepada wanita pemilik bokong indah itu. "Dan Alva, dia Sidney, rekan bisnisku."

Oh, jadi namanya Sidney? Alva menjilat bibirnya seraya berharap jika wanita itu bersedia berdansa dengannya kemudian ia akan membawa si pemilik bokong indah itu ke kamar.

Alva segera mengulurkan tangannya kepada Sidney untuk memperkenalkan diri. Ketika telapak tangan wanita itu berada di genggamnya, ia merasakan seluruh darah yang mengalir di nadinya menghangat dan menghantarkan getaran lembut ke jantungnya.

"Sidney," ucap Sidney memperkenalkan dirinya.

"Kau pasti mengenalku, 'kan?"

Sidney mengangguk. "Setidaknya aku pernah mendengar namamu dari Aliyah dan Grant." Ia tersenyum ramah. "Dan sekarang aku benar-benar mengenalmu."

Ya Tuhan. Alva nyaris meleleh mendengar suara wanita bernama Sidney. Suaranya selembut gerakan bokongnya saat berjalan dan matanya indah berwarna hazel. Wanita itu memiliki kecantikan sempurna menurut standar Alva. Tetapi, sialnya Sidney tidak mengenalnya yang berarti Sidney bukan barisan wanita yang mengagumi pemain sepak bola hingga menjadikan pemain sepak bola sebagai obsesi.

"Bagaimana jika kalian berdua bergabung untuk berdansa dengan mereka?" tanya Grant sembari menunjuk teman-temannya yang berdansa di bawah musik khas gurun pasir menggunakan dagunya.

Sidney tersenyum ramah ke arah Aliyah dan Grant. "Maaf, tapi aku tidak bisa menari khas gurun pasir."

"Kebetulan sekali, aku juga tidak bisa menari. Dan aku tidak suka menari." Alva mengusap tengkuknya sembari melirik bagian dada gaun Sidney yang berpotongan rendah. Ia yakin jika Sidney tidak mengenakan bra dan ukuran dadanya adalah 34C.

Sidney tersenyum tipis. "Maafkan aku, Aliyah. Aku tidak bisa berlama-lama di sini."

"Sayang sekali," ujar Aliyah terdengar kecewa. "Padahal kau jauh-jauh datang dari London dan kau hanya beberapa menit di sini."

"Apa kau berniat mengadakan pesta pribadi setelah ini?" tanya Sidney.

"Ya. Kami telah menyiapkan itu." Grant merangkul pundak Aliyah. "Sayang sekali jika kau melewatkannya."

"Baiklah, kalau begitu aku akan tinggal," ujar Sidney.

"Aku akan menemani Nona Sidney kalau begitu," cetus Alva tanpa berpikir panjang. "Kau tidak memiliki teman mengobrol 'kan di sini?"

Sidney menyeringai. "Selain Aliyah dan Grant."

"Nah, karena masalah telah selesai, aku akan mengganti pakaian dan kalian bergabunglah bersama teman-teman di lantai dansa. Kami akan menyusul kalian," ucap Aliyah yang kemudian bersama Grant meninggalkan Sidney dan Alva.

Alva berdehem. "Jadi, Nona Sidney, kau berasal dari London?"

"Ya." Sidney mengangguk.

"Tapi, kau beraksen Amerika."

"Aku lahir di London, tumbuh di Amerika, dan aku kembali ke London. Singkatnya begitu."

"Mengesankan." Alva mengulurkan tangannya dan berkata, "mau berdansa?"

Bersambung....

Jangan lupa untuk tinggalkan komentar dan RATE.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kenzo Nova Yandi
awal yang bagus d ceritany...lanjut
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Belongs to the Player   Epilogue

    Epilogue Enam tahun rumah tangga Sidney dan Alva tidak terasa dilalui, mereka menikmati hubungan rumah tangga yang harmonis—nyaris tanpa kendala yang berarti kecuali pertengkaran kecil yang lumrah. Selama itu pula Sidney mengikuti ke mana pun suaminya pergi untuk bertanding, bukan karena ia takut ada wanita yang akan mengambil Alva. Melainkan dirinya tidak sanggup jauh dari hangatnya tatapan suaminya, begitu juga Alva yang tidak bisa jika Sidney terlepas dari pandangannya. Di tempat tinggal pribadi mereka yang berada di Palma, Sidney meringkuk di samping tubuh Alva yang hanya mengenakan celana pendek, lengannya melingkar di pinggang suaminya dengan posesif seolah enggan jika suaminya menjauh darinya meskipun hanya berbeda detik. Sidney tidak sedang tidur, ia hanya sedang merasakan kebahagiaan yang melampaui kebahagiaan lain karena setelah lebih dari enam tahun menikah akhirnya mereka akan memiliki buah hati. Suaminya memang tidak pernah mengungkapkan keinginan apa lagi menuntut adan

  • Belongs to the Player   40. Belongs to the Player-End

    Happy reading and enjoy! Chapter 40 Belongs to the Player-End Satu persatu teman Alva mendekat, menyapa kemudian memberikan selamat atas hubungan mereka dan pastinya mereka juga menggoda Alva dengan pembicaraan khas pria. Untungnya mereka berbicara menggunakan bahasa Inggris sehingga Sidney tidak perlu merasa terkucilkan. Meski beberapa orang menggunakan bahasa Spanyol, tetapi Alva dan Aliyah dengan senang hati menerjemahkannya untuk Sidney. Sikap ramah dan santai teman-teman Alva membuat perasaan canggung yang menggelayuti pikirannya sejak Sidney memasuki tempat pesta sedikit memudar, bahkan beberapa orang wanita pasangan teman-teman Alva juga menyapa dan berusaha mengakrabkan diri kepada Sidney. Sidney tersenyum seraya mengeratkan tangannya yang berada di dalam genggaman tangan Alva, ia belum pernah merasa sebaik ini berada di tengah orang asing dan menjadi pusat perhatia

  • Belongs to the Player   39. Marry Me

    Happy reading and enjoy! Chapter 39 Marry Me Alva menghentikan langkahnya saat memasuki ruang ganti karena matanya terpaku pada sosok Sidney yang sedang berdiri membelakanginya di depan cermin. Wanita itu terlihat sempurna mengenakan barang-barang pilihnya, kecuali bra yang tidak dikenakan oleh Sidney karena gaun itu ternyata dirancang untuk dikenakan tanpa bra.Ia kemudian melangkah menghampiri Sidney dan lengannya langsung melingkari pinggang ramping kekasihnya dan berbisik, "Aku menyesal memilih gaun ini."Gaun itu seolah di desain khusus untuk Sidney, nyaris tanpa cela menonjolkan liukan tubuh Sidney.Sidney melirik cermin untuk memastikan riasan sederhananya dan juga tatanan rambut yang ia buat sendiri menggunakan kemampuan terbaiknya, khawatir jika riasannya terlihat payah karena di pesta nanti mungkin akan ada banyak wanita cantik yang mendampingi para pemain sepak bola. "Gaun yang indah dan aku tidak

  • Belongs to the Player   38. I Love You

    Happy reading and enjoy! Chapter 38 I Love You Alva menggenggam telapak tangan Sidney menjauhi stadion dengan dikawal beberapa orang bodyguard karena wartawan dan beberapa penonton mengikuti mereka seolah haus akan berita percintaannya yang seketika mengguncang jagat sepak bola dan juga hiburan. Seorang Alvaro Leonard yang beberapa tahun belakangan ini tidak pernah terdengar memiliki kekasih tiba-tiba mencium seorang wanita di tribune dan diketahui wanita itu adalah salah satu putri keluarga Johanson, tentunya berita itu menjadi sangat menarik. Lebih menarik dari pada dua gol yang dicetaknya. "Sepertinya kita membuat kerusuhan," seringai Alva seraya mengeratkan genggamannya di telapak tangan Sidney. "Aku belum pernah dikejar wartawan seperti ini," ujar Sidney dengan polos dan diselingi tawa ringan. Bahu Alva terguncang pelan. "Mulai hari ini kau harus menghadapi mereka." Sidney merengut, tetapi wajahnya tetap merah meron

  • Belongs to the Player   37. Never Surrender

    Happy reading and enjoy! Chapter 37 Never Surrender "Dua gol yang indah." Suara itu membuat Alva yang sedang memasang kancing kemejanya mengerutkan keningnya. Dengan gerakan santai berbalik dan mendongakkan kepalanya, bibirnya mengulas senyum tipis saat mendapati wanita di depannya. Dibandingkan enam tahun yang lalu, Jasmine jauh lebih terlihat matang dan pastinya banyak perubahan dari penampilannya yang tidak lagi kekanakan. "Jasmine?" sapanya seraya menyelesaikan mengancingkan kancing kemejanya. "Sepertinya aku selalu kehilangan momen yang tepat jika berurusan denganmu," ujar Jasmine dengan nada murung. Alva memiringkan kepalanya dan kembali mengerutkan keningnya. "Maksudmu?" "Kau selalu tidak memiliki ruang kosong untuk kutempati. "Jasmine mengedikkan bahunya kemudian menghela napasnya. "Mulai besok aku akan menjadi salah satu pengurus tim ini." Alva tersenyum seraya mengangkat sebelah le

  • Belongs to the Player   36. Kept His Promise

    Happy reading and enjoy! Chapter 36 Kept His Promise Pergi ke Madrid seorang diri mungkin lebih baik dibandingkan pergi bersama Gabe dan Leonel. Ia dan Gabe memang sudah sepakat untuk mengakhiri ganjalan dalam hubungan mereka, tetapi nyatanya ketegangan di antara mereka masih membentang.Keberadaan Leonel bahkan tidak mencairkan suasana karena saudara kembarnya sibuk dengan iPad-nya selama perjalanan, sedangkan Gabe tidak membuka mulutnya, pria itu bersandar dengan nyaman di kursinya dan memejamkan mata sembari mendengarkan musik dari earphone-nya. Sementara Sidney yang tidak bisa memejamkan matanya mulai dilanda kebosanan setelah tiga puluh menit pesawat lepas landas dan mulai merasakan kegelisahan yang sebenarnya telah lama bercokol di dalam benaknya.Bagaimana jika Alva gagal mencetak dua gol?Pemikiran itu telah menghantui Sidney sejak kesepakatannya bersama Alva bergulir, yang artinya hubungannya bersa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status