Share

Semuanya Telah Terbongkar

“Nada! Rigel! Kalian….”

“Bi-bita! A-aku bisa jelaskan semua ini.” Nada terkejut ketika Bita mendapati dirinya sedang menikmati pemandangan malam berdua dengan Rigel.

Bita terdiam di tempatnya, masih mencerna semua yang ia lihat. Rigel yang sedang merangkul pundak Nada dengan posesif, membuatnya langsung berpikir bahwa mereka memiliki hubungan yang serius. Nada menggamit tangan Bita untuk duduk di sebuah kursi yang berada di rooftop itu.

“Bita, aku bisa jelaskan semuanya, tetapi aku mohon jangan katakan hal ini pada siapa pun.” Nada memohon dengan mata berkaca-kaca. Bita mengangguk luluh karena tatapan memohon dari Nada.

Nada menjelaskan hubungannya dengan Rigel yang sudah berjalan selama lebih dari satu tahun. Hubungan itu  sudah mereka jalani selama lima belas bulan, dimulai dari semester kedua kelas tujuh hingga saat ini.

Nada dan Rigel terpaksa menutupi hubungan mereka karena tidak mau memperburuk citra mereka sebagai siswa teladan dan berprestasi. Nada mengaku salah, tetapi ia tak bisa memutuskan hubungannya dengan Rigel.

“Bita, aku sudah jujur padamu. Tolong jangan katakan hal ini pada siapa pun.” Nada menggenggam tangan Bita.

Bita menghela napas panjang. “Tenanglah! Rahasia kalian aman di tanganku. Aku hanya terkejut, bagaimana ceritanya langit dan bumi seperti kalian bisa bersatu dalam suatu ikatan romansa?” Bita tertawa untuk mencairkan suasana.

“Sebenarnya kami tidak benar-benar saling membenci satu sama lain, hanya saja kondisi sekitar yang membuat kami terlihat seperti musuh bebuyutan,” sahut Rigel dan Nada menyetujuinya.

“Nada, aku minta maaf. Aku sengaja mengikutimu karena aku khawatir jika kau pergi sendirian malam-malam seperti ini, tetapi aku malah membongkar rahasia kalian,” ucap Bita sendu.

“Kau tak salah, mungkin sudah waktunya kau mengetahuinya,” balas Nada.

Eum … aku akan kembali ke kamar, apa kalian masih mau berkencan di sini?” tanya Bita.

“Sepertinya aku akan kembali ke kamar bersamamu. Tak apa kan, Rigel?” sahut Nada.

“Tentu saja! Kita harus segera beristirahat.” Rigel mengusap lembut kepala Nada.

Ah … kenapa kalian melakukan hal itu di depanku?” Bita berpura-pura merajuk.

Nada tertawa melihat wajah Bita yang terlihat lucu saat merajuk. “Sudah …  sudah …, ayo kembali!” Rigel mengajak keduanya untuk kembali ke kamar masing-masing.

***

“Nada! Bangun! Katanya mau ke pantai.” Mitta menusuk-nusuk pipi tembam milik Nada.

Ah … iya.” Nada mengusap wajah untuk mengembalikan kesadarannya.

“Bersiaplah! Aku sudah selesai mandi, Bita juga sedang bersiap-siap.”

“Kenapa tidak membangunkanku sejak tadi?”

“Maaf, aku tidak tega. Sepertinya kau sangat lelah.”

“Baiklah, terima kasih, Mitta. Aku akan mandi terlebih dahulu.”

Sesuai dengan rencana, pagi ini mereka akan pergi ke pantai bersama. Rigel, Fito, Revan, Daren dan mister Dandi sudah menunggu di lobi hotel untuk pergi ke pantai. Rigel terus memandangi lift, menunggu sang pujaan hati yang tak kunjung datang.

Akhirnya, di pembukaan pintu lift yang kesebelas, tiga gadis remaja itu menampakkan diri mereka. Nada, Bita dan Mitta meminta maaf karena keterlambatan mereka. Mereka pergi bersama ke pantai dengan berjalan kaki.

Setelah puas bermain di pantai, mereka kembali ke hotel untuk berkemas dan berganti baju. Mereka kembali ke gedung tempat perlombaan untuk mendengarkan pengumuman hasil olimpiade. Acara pengumuman juara akan segera berlangsung, seluruh peserta dari Cordova Junior High School sudah duduk berjajar di bagian depan. Rigel dan Nada berhasil duduk bersebelahan karena ulah Bita yang meminta bertukar posisi dengan Nada.

“Nada, aku mau duduk di sebelah Mitta. Kita tukar posisi, ya?” Bita menarik-narik lengan Nada untuk duduk di kursi yang ia tempati sekarang. Tanpa berucap apa pun, Nada berpindah posisi dengan menduduki kursi milik Bita.

“Mengapa kau membuat Nada duduk di sebelah Rigel?” ucap Mitta berbisik.

“Apa salahnya? Aku hanya ingin duduk di sini.” Jawab Bita.

“Tidak salah sih … tapi⸺”

“Sudah! Ayo fokus, acaranya akan segera dimulai.” Bita memotong ucapan Mitta yang membuat Mitta terdiam dan kembali fokus memperhatikan acara.

Mitta, Fito dan Revan berhasil menjadi juara kedua lomba debat bahasa indonesia, Daren  mendapat juara kedua untuk olimpiade IPS, Bita mendapat juara tiga pidato bahasa inggris, sedangkan Nada dan Rigel masih menunggu hasil. Bita dan Mitta sedang menggenggam erat tangan Nada yang mulai berkeringat, Revan dan Fito juga melakukan hal yang sama pada Rigel.

“Baiklah, kita memasuki pengumuman terakhir yaitu juara 1 olimpiade IPA dan Matematika,” ucap pembawa acara.

“Peraih juara 1 olimpiade nasional mata pelajaran IPA diraih oleh⸺” Suasana nampak semakin tegang karena sorak-sorai peserta sudah tak terdengar. “Daisy Elgranada Elm, dari Cordova Junior High School.” Nada menutup mulutnya karena terkejut dengan apa yang ia dengar, hal tersebut juga membuat semua teman-temannya berseru heboh, sehingga tanpa sengaja tangan Nada dan Rigel saling bertautan.

Rigel yang ditatap aneh oleh Revan, Fito dan Daren mulai menyadari sikapnya. “Ma-maaf, aku hanya terlalu senang.” Rigel mengusap tengkuknya. Ketiga temannya hanya menggeleng, sedangkan Bita dan Mitta tidak peduli akan hal tersebut karena terlalu senang dengan pencapaian Nada.

“Selanjutnya, peraih juara 1 olimpiade nasional mata pelajaran matematika diraih oleh⸺” Suasana kembali tegang karena peserta yang mulai terdiam. “Rigel Seville Algieba, dari Cordova Junior High School.” Kali ini suara teriakan jauh lebih riuh, karena banyak anak perempuan dari sekolah lain yang terkagum-kagum dengan paras tampan Rigel.

Nada dan Rigel berdiri berdampingan di atas podium. Mereka menerima sebuah medali emas dan hamper yang berisi buku motivasi. Ini adalah medali emas kelima yang diraih oleh Nada selama bersekolah di Cordova Junior High School dan medali emas ketujuh yang diraih oleh Rigel.

Mister Dandi sangat bangga atas pencapaian siswa-siswinya. Mereka pulang dengan membawa banyak prestasi yang cukup membanggakan. Benar, angkatan ke-13 membawa Cordova Junior High School  semakin menuju puncak popularitas di bidang prestasi.

***

Olimpiade sains 3 bulan yang lalu adalah kompetisi besar terakhir yang diikuti oleh Nada, Rigel dan anggota olympic club angkatan ke-13. Olimpiade itu menjadi sejarah karena pertama kalinya Cordova Junior High School meraih medali emas lebih dari satu.

Nada dan Rigel semakin dielu-elukan sebagai siswa teladan dan berprestasi. Namun, hal tersebut membuat Nada dan Rigel semakin khawatir jika suatu saat nanti rahasia mereka terbongkar.

Hari ini adalah hari pertama jeda semester genap di mulai. Nada berjalan melewati lorong yang sudah dipenuhi oleh siswa-siswi Cordova Junior High School. Nada menyapa beberapa kakak kelas yang sedang berkumpul di depan kelas. “Selamat pagi, Kak.”

Bukan mendapat balasan atas sapaan yang ia lontarkan, Nada justru memeproleh tatapan risih dan benci. “Lebih baik dikenal sebagai siswa nakal dari pada menjadi siswa yang hanya mencari muka di depan guru, padahal di belakang sama nakalnya. Dasar munafik!” ucap seorang siswi dari kelas 9.

Nada sungguh tidak mengerti, apa yang salah dari dirinya. Tatapan tak bersahabat dari seluruh siswa-siswi Cordova semakin menghunus ke dalam hati Nada.

Nada sudah hampir menangis sesaat sebelum memasuki kelas, ia berharap bahwa ia bisa merasa aman di dalam kelas. Namun, dugaannya salah, teman sekelasnya juga menatap dengan tatapan yang sama seperti siswa-siswi lain, tak terkecuali Mitta⸺sahabatnya.

“Masih punya muka untuk pergi ke sekolah, huh?” tanya Arda⸺salah satu anggota kedisiplinan sekolah⸺sambil bersedekap di depan Nada.

“A-ada apa ini?” tanya Nada dengan suara bergetar.

“Jangan munafik! Bagaimana rasanya melanggar peraturan sekolah kemudian berlindung di balik topeng siswa teladan?” Arda kembali bertanya.

Nada tak mampu menjawab pertanyaan Arda, mungkin dugaannya benar. Rahasia besarnya telah terbongkar. Ia hanya bisa berdiri mematung di depan kelas, mencoba mencerna apa yang terjadi saat ini.

“Nada … Bukan aku pelakunya.” Bita mendekati Nada dengan mata berkaca-kaca.

Nada menatap Bita dengan alis mengernyit. “A-ada apa?” Pertanyaan itu kembali muncul dari bibir Nada.

Bita membuka ponselnya dan menunjukkan foto Nada dan Rigel yang sedang berangkulan di rooftop hotel pada saat olimpiade sains 3 bulan yang lalu. Foto itu telah disebarkan oleh seseorang ke seluruh grup siswa dan guru Cordova Junior High School dengan caption yang cukup menyakitkan. Nada tak dapat menahan air matanya, ia langsung terduduk dan menangis sambil menutup wajahnya.

“Nada … demi Tuhan! Bukan aku yang menyebarkan foto ini.” Bita mencoba membela dirinya sambil memeluk tubuh Nada yang bergetar. Nada tak membalas apa pun, logikanya menolak percaya pada pernyataan Bita, karena pada saat itu, Bita adalah  satu-satunya orang yang ada di lokasi kejadian.

Nada masih menangis tersedu dan sesekali terdengar hujatan yang dilontarkan oleh teman sekelasnya. Nada merasa sangat malu dengan apa yang terjadi pagi ini, semua orang mengolok-oloknya. Riuh di kelas Nada tiba-tiba sirna setelah mendengar suara ketukan pintu.

“Permisi, Kak. Kak Nadanya ada?” ucap seseorang yang mengetuk pintu tadi, ternyata ia adalah Sabrina⸺wakil ketua olympic club angkatan ke-14.

“Dicari adik kesayangan, tuh!” ucap Arda.

“Kak Nada, di⸺” ucapan Sabrina terhenti ketika menatap wajah Nada yang penuh dengan air mata. “Ka-kakak diminta untuk segera menuju ke ruang kesiswaan oleh miss Sintya,” lanjutnya.

Nada langsung menyeka air matanya dan bangkit menuju ke luar kelas. Nada menjadi pusat perhatian ketika melewati lorong menuju lobi. Air matanya masih terus menetes walau ia sudah menyekanya berkali-kali. 

Sesampainya di ruang kesiswaan, Nada mulai menetralkan napasnya dan mencoba menghalau air mata yang terus mengalir. Nada membuka pintu ruang kesiswaan dan pemandangan pertama yang ia lihat adalah Rigel yang sedang menunduk berhadapan dengan miss Sintya dan mister Dandi. Saat itu juga, kedua iris yang sama-sama terluka saling menatap dalam.

“Nada! Silakan masuk dan duduk di sini!” perintah mister Dandi tak bersahabat.

“Kalian tunggu di sini, sampai orang tua kalian datang!” ucapan miss Sintya membuat keduanya terkejut, Nada dan Rigel tak menyangka kasus ini langsung sampai ke telinga orang tua mereka.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status