Share

Merahasiakan

Bab 6

Kini Andra dan Ge menuju ke tempat pengambilan obat tetapi tampaknya Mama Raina masih menunggu di tempatnya tadi memuat Andra maupun Ge sangat khawatir di buatnya. Untung saja saat obat-obatan telah rapi dan dimasukkan dalam sebuah kantong, nama asisten rumah tangga Mama Raina dipanggil oleh Suster, maka mau tak mau si Nyonya kaya itu pun meninggalkan tempat menuju ke arah ruang pemeriksaan.

“Syukurlah Ge, Mama ga nungguin kita lagi. Bisa kacau kalau sampai Mama tahu isi obat yang kamu dapatkan.” Andra buru-buru mengajak Ge keluar dari ruangan itu.

“Mas, apa Kak Natasha bisa kita bohongi sedangkan perut ku pasti nanti akan semakin membesar,” ucap Ge saat menuju ke luar Klinik, matanya masih menatap seorang Ibu hamil yang kebetulan berpapasan dengannya.

“Kamu harus pergi Ge.” Andra yang tanpa sengaja mengucapkan itu memandang kearah Ge cemas, ia takut menyinggung perasaan wanita yang kini mengandung benihnya itu.

“Maksudku mungkin lebih baik jika kamu menjauh dari rumah kami dulu jika nanti  kandunganmu telah memasuki trimester kedua Ge. Bukan berarti aku mengusirmu atau lari dari tanggung jawab. Apapun yang terjadi di rahimmu ini ada benih yang ku tanam, benih yang masih harus kita rahasiakan dari Kakakmu, jadi aku akan carikan tempat tinggal yang nyaman untukmu dan bayi kita nanti.”

Ge hanya diam, dia mengerti jika apa yang terjadi bukanlah sesuatu yang mudah untuk diatasi.

“Jika nanti, Kak Natasha sampai tahu bagaimana?”

“Aku yakin ia akan merasa sangat kecewa sekali pada kita Ge. oleh karenanya jangan sampai ia tahu.”

“Aku takut Mas, Kak Natasha selama ini sudah sangat banyak berkorban untukku, dulu ia rela tak melanjutkan sekolah dan itu semua demi aku. Demi bisa mencari uang untuk biaya sekolahku. Dia bahkan tak pernah mengeluh meski ia harus rela bekerja banting tulang dari menjadi buruh pabrik hingga akhirnya memiliki konveksinya sendiri. Aku sangat menyayanginya dan juga ingin melihat dia hidup bahagia setelah semua yang ia lakukan, Mas. Jadi, jika memang aku harus pergi dari kehidupan kalian, sungguh aku juga rela melakukannya bahkan sedari sekarang pun aku akan lakukan.”

“Ge, anak di rahimmu itu juga darah dagingku. Aku tak ingin kamu menanggung ini sendiri. aku akan mencoba mencari cara yang terbaik.”

“Jalan yang terbaik adalah, setelah wisuda aku akan bilang pada Kakak jika aku akan bekerja keluar kota.”

“Kamu mau kemana?”

“Mas, demi Kakakku Mas tak perlu tahu di mana aku. Mas cukup siapkan uang untuk persalinanku karena aku pasti tak mampu mencari uang dalam keadaan hamil bahkan mungkin sampai tahun pertama anak ini lahir nanti.”

“Ge, anak ini darah dagingku, anak pertama Aliandra Wibawa.” Air mata Andra menetes begitu saja. Meski saat ini ia berada di dalam mobil, tapi bagi seorang lelaki mungkin ini adalah hal yang tak biasa. Membuat Ge terharu lalu menggenggam tangan yang tengah memegang erat kemudi. Sentuhan itu membuat Andra menatap ke arah Geshara lalu memeluk wanita cantik itu.

Pelukan yang membuat batin mereka damai dan terasa hangat hingga ke dalam hati mereka. namun, suara ketukan di kaca jendela mobil membuyarkan semuanya.

“Mama!”

“Aduh Mas, apa Tante Raina melihat kita berpelukan?”

“Kaca mobil ini gelap Ge, aku rasa tidak.” Kini Andra membuka kaca mobilnya pelan.

“Dra, kamu nanti sore ke rumah Mama ya!”

“Ngapain Ma?”

“Halah, ke rumah Mama sendiri memangnya harus ada alasan!”

“Iya Mah, nanti Andra ke rumah Mama sama Natasha, tapi Mama janji ga boleh julit.”

“Terserah kamu aja. yang jelas kalau nanti dia kabur lagi dengan selingkuhannya jangan kaget aja!”

“Tante! Memangnya apa sih salah Kakak saya sama Tante sampai setiap hari selalu cari masalah aja sama Kak Natasha. Seharusnya sebagai orang tua, Tente lebih bisa bersikap.”

“Eee… ee…! Berani kamu ya ngelawan saya? Kamu pikir kamu itu siapa bocah. Kamu pikir kamu itu sehebat apa, hah? Hidup saja masih numpang kok mau coba-coba berani sama orang yang telah berjasa dalam hidup kalian. Apa kamu lupa kalau saya yang mengangkat kalian dari hidup kalian yang miskin?”

“Tante! Kakak saya itu tidak miskin, dia memang bukan orang terpelajar, tapi ia berhasil membangun bisnisnya jauh sebelum mengenal tante.”

“Bisnis apa? Ruko kecil yang sisinya 10 penjahit itu maksud kamu? Kalau Kakak kamu ga nikah sama anak saya juga ga akan punya perusahaan dengan lahan dan juga bangunanya luas seperti saat ini, kalian itu cuman anak yatim piatu yang ga becus berbisnis. Beda dengan keluarga kami yang memang terlahir dari orang kaya dan pebisnis handal.”

“Mah! Cukup! Kenapa Mama seperti ini, yang Ge katakan tidak salah. Meski aku bantu pun kalau memang Natasha tak mampu mengurus usahanya tak mungkin bisa berkembang hingga seperti saat ini.” Andra menatap tajam Mamanya lalu berbalik ke arah Ge.

“Dan Kamu Ge, kamu ini sedang….” Kata-kata Andra terhenti sejenak lalu melanjutkan kembali,” Sakit, jadi jangan banyak bicara. Apa lagi Mama Raina lebih tua dari kamu, aku harap kamu menghargainya.”

Kini Andra kembali menghadap ke arah Mama Raina. “Mah, Andra pulang dulu. Andra ga mau kalau Ge makin parah sakitnya hanya gara-gara Mama yang ngomel-ngomel terus. Andra menutup kaca jendela mobil lalu melakukannya tanpa mempedulikan wajah Mama yang terlipat bagai kanebo kusut.

“Ge, kamu harus bisa jaga diri dan jaga ucapan. Kalau kamu hanya Geshara gadis tomboy yang aktif mungkin aku tak akan apa-apa, tapi kamu sekarang itu sedang…, sudahlah, kamu harus jaga diri. Ingat kamu seorang ibu sekarang.”

Kata terakhir itu sukses membuat Ge tak bisa berkata-kata, pandangannya lurus ke depan sedangkan tangannya mengusap lembut perutnya yang masih rata.

“Maafkan aku, tapi anak itu tak bersalah. Dia anak kita Ge.”

“Mas, apa yang harus kita lakukan?”

“Ge, kita akan mengurus anak itu bersama. Dia tak akan pernah merasakan kekurangan kasih sayang dari seorang ayah, nanti.”

“Bagaimana mungkin sedangkan keberadaannya saja harus kita sembunyikan Mas.”

“Itu hanya saat di ala perutmu, jika ia sudah lahir. Ia akan menjadi anakku sebagaimana mestinya. Kita akan merawatnya bahkan juga Kakakmu.”

“Maksud Mas?”

“Sudah, percaya saja padaku. Sekarang kau hanya harus sehat sampai mas persalinan. Hanya sembilan bulan kok Ge, kamu bisa kan?”

“Dia anakku Mas, aku akan memberinya yang terbaik.”

“Bagus.”

Kini mobil telah berada di halam rumah, Geshara akan turun sendiri, tetapi rasa pusing tiba-tiba menyerangnya. Membuat Andra berlari untuk menolongnya.

“Loh, kenapa Ge, Mas?” tanya Natasha yang melihat Ge berjalan dengan dipapah Andra.

“Ge sakit, jadi aku jemput dari kampusnya.”

“Kok Bisa, tadi pagi kamu sehat-sehat aja kan Ge?” kini Natasha bergegas ikut membantu Ge kedalam kamarnya.

“Aku telpon dokter dulu ya,”

“Nat, kami sudah mampir ke rumah Klinik dekat kampus tadi.”

“Apa kata dokter, Mas?” tanya Natasha penuh kecemasan.

“Adik yang durhaka, kenapa kakak yang sangat mencintaiku seperti itu harus aku bohongi? Haruskah aku jujur padanya saja, Tuhan?”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status