Share

Part 4 Dikejar Waktu

Author: Lisani
last update Last Updated: 2023-08-17 12:14:08

Perlahan Fortuner putih itu melaju menembus keramaian jalan. Menit demi menit berlalu, Tari maupun Yudha masih membisu.

Walau tahu kemungkinan penyebab gadis di sampingnya menangis, Yudha tetap bertanya, “Ada apa? Kenapa masih menangis?”

“Saya putus asa …,” lirih gadis itu menahan isak tangisnya. Namun, tidak dengan air matanya yang masih berderai.

“Apa dokter mengatakan kondisi anak itu semakin parah?” tanya Yudha yang tetap fokus mengemudi.

Tari tak berucap, bibirnya tetap terkatup. Namun, isakannya semakin menjadi seakan menjawab benar dugaan Yudha. Bayang-bayang bocah kecil yang terbaring ringkih dengan peralatan medis yang menopang hidupnya kembali membuat gadis itu meremas kerah kemejanya. Sesak di ulu hatinya kian bertambah.

Yudha meletakkan sapu tangannya di pangkuan Tari. Kemudian, perlahan pria itu menepikan mobil. Setelah menyetel musik dengan volume cukup keras, Yudha keluar dan bersandar di pintu mobilnya. Memilih memperhatikan keramaian jalan yang didominasi dengan pengendara roda dua.

Mendengar suara pintu mobil yang tertutup rapat, Tari menoleh. Dari balik kaca jendela mobil, ia melihat punggung Yudha. Pria itu sedang memberinya waktu untuk menangis sendiri.

Seketika tangis Tari tumpah. Gadis itu bahkan mengerang frustasi menarik rambutnya. Beban yang dihadapinya saat ini terasa begitu berat.

Gadis seusianya di luar sana mungkin sedang menikmati waktu bersantai bersama teman-temannya. Menjalani kuliah dan kehidupan kampus yang berwarna. Mencoba banyak hal baru dan memperkaya wawasan.

Sementara, dirinya terjebak dalam ketidakberdayaan sebagai anak yatim piatu. Kecelakaan pesawat yang merenggut nyawa kedua orang tuanya sudah membawa separuh hidupnya. Sungguh, Tari rasanya ingin memohon seseorang meminjamkan bahunya sejenak.

Bunda Nilam dan adik-adik panti yang memberinya arti sebuah keluarga kembali terbayang. Wanita yang sudah dianggapnya sebagai orang tuanya itu selalu berusaha membuatnya tegar. Dirinyalah yang harus menjadi bahu tempat adik-adiknya bersandar.

Tari sadar, bahwa saat ini ia harus bersabar. Jika terus menangis, maka tak akan ada jalan keluar.

Yudha berbalik mendengar suara pintu mobilnya terbuka. Beranjak ke sisi lain, ia dapati Tari berjongkok di samping mobilnya. Gadis itu muntah dan masih terisak. Gegas Yudha mengambil air mineral di dalam mobil. Tanpa ragu dan jijik, ia memijat tengkuk gadis itu.

Merasa lebih baik, Tari mengangguk. Terlalu lama menangis membuat kepalanya sakit dan dan merasa mual. Dengan tangan gemetar ia menerima botol yang sudah terbuka tutup ulirnya.

“Kamu gadis terpilih untuk menghadapi ujian berat ini. Perasaan kamu mungkin sesak dan hancur karena ketidakberdayaan. Tapi percayalah, pada setiap masalah, Allah selalu menyiapkan penyelesaiannya. Dia sudah berkehendak dan kita hanya berusaha menjalaninya,” ucap Yudha sehingga menarik atensi Tari.

Gadis yang tampak rapuh itu menatap mata elang yang entah sejak kapan berubah sendu. “Kalau kamu merasa buntu dan lelah, jabat tangan saya,” ucap Yudha mengangguk pelan. “Kita sama-sama punya masalah.”

“Maksud Anda, Anda akan menyelesaikan masalah saya, sementara saya menyelesaikan masalah Anda?” Tari mengernyit bingung.

“Cerdas,” puji Yudha tersenyum sambil mengusap puncak kepala Tari.

###

Dalam ruangan seorang dokter spesialis kandungan, Yudha duduk sambil berkonsultasi. Sengaja datang disaat jam kerja dokter sekaligus teman sekolahnya itu berakhir. Ia tidak ingin menarik perhatian orang lain, termasuk staf rumah sakit.

“Kapan kamu mau membawa ibu surogasi pilihanmu, Yud? Kita tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Prosedur bayi tabung itu tidak mudah. Kita juga harus memeriksa wanita lebih dulu untuk memastikan apakah dia sehat atau tidak. Jangan sampai kamu bawa wanita murahan yang hanya tergiur dengan bayaran,” ujar dokter spesialis kandungan itu.

“Aku tidak pernah salah dalam memilih, Ayana. Hanya saja, waktu yang tidak berpihak padaku. Aku yakin gadis itu masih segel. Tidak mungkin aku pilih wanita sembarangan untuk mengandung benih rahasiaku,” balas Yudha kembali membaca prosedur yang harus dijalankan.

Dibalik sikap tenangnya itu, Yudha sedang menyembunyikan keresahannya. Sejak tadi ia berdoa agar Tari menghubunginya. Berharap gadis itu berubah pikiran dan setuju dengan tawarannya.

Jika dalam 24 jam gadis itu tidak setuju, maka ia akan melakukannya dengan cara lain untuk memaksa gadis itu. Ia sedang dikejar waktu. Yudha sendiri yakin jika gadis itu yang paling tepat di antara beberapa nama yang pernah jadi kandidat ibu surogasi.

“Terserah kamu deh,” ucap Ayana menyerah. “Mau jalan-jalan, Yud?”

Pria tampan itu mengangkat pandangan lalu menggeleng singkat. Dalam hatinya Ayana mengerang frustasi. Penolakan Yudha bahkan tanpa basa-basi.

Pria yang duduk di hadapannya itu sama sekali tidak menyadari sinyal darinya selama ini. Sepertinya ia memang harus mengutarakan perasaannya lebih dulu. Ayana akan menunggu saat yang tepat agar bisa menggenggam hati pria itu dengan erat.

Yudha merogoh ponsel dan mengirim pesan pada Tari. Pikirnya, mungkin sebelum gadis itu pulang ke panti, ia bisa mengenalkan Tari pada Ayana. Yudha tidak tenang mengingat dirinya bisa dikirim bertugas kapan saja. Setidaknya, jika mereka sudah saling kenal, ia bisa tenang.

Sementara Ayana, semakin kesal karena Yudha kian cuek. Mendengar suara notifikasi pesan, Yudha kembali bersemangat membalas pesan. Yang lebih menyebalkan, pria itu tersenyum karena pesan yang entah siapa pengirimnya. 

###

Mata Tari nyaris tak berkedip menerima nota pembayaran dari staf administrasi rumah sakit. Tiga adik pantinya kini bisa berobat tanpa memikirkan biaya pengobatan mereka lagi.

“Siapa yang sudah semurah hati ini, Nak?” tanya Bunda Nilam, pengurus Panti Asuhan Hikmah.

“Kapten Yudha, Bun.” Tari kembali menyelipkan kertas itu ke dalam map.

Ada kelegaan yang luar biasa di rasakan Tari. Namun, di sisi lain ia juga merasakan ketakutan yang menyiksa. Pria yang sejam lalu menggesek kartunya itu memintanya menyusul ke poli obgyn.

“Kenal di mana, Nak?” tanya Nilam.

Sejujurnya wanita paruh baya itu sadar jika, pasti ada alasan lain di balik lunasnya biaya operasi jantung itu. Uang ratusan juta tidak akan jatuh begitu saja dari langit.

“Dia putra kedua Tuan Giriandra, Bun. Putra dari pemilik Perusahaan AG Tekstil tempatku kerja,” jawab Tari tersenyum.

“Jadi sekarang dia sudah jadi kapten?” gumam Nilam turut tersenyum.

Tari mengernyit lalu bertanya, “Bunda kenal?”

Nilam mengangguk dan kembali tersenyum. “Dia dan kakaknya memang salah satu donatur tetap di panti kita. Tiap bulan dia kirim sejuta ke rekening bunda. Terkadang rekan-rekannya juga ada yang titip. Ingat dua laptop yang kamu pakai sama adek-adekmu? Kakaknya yang belikan, katanya anak sekolahan pasti butuh. Sementara televisi itu, adiknya yang belikan. Katanya gaji pertama adiknya saat naik pangkat,” tutur wanita itu.

Tari memang tidak tahu hal itu. Pada dasarnya, sebagian besar donatur tetap meminta identitasnya dirahasiakan. Setidaknya, ada ketulusan pria itu yang diketahui Tari sebelum akhirnya pamit dengan alasan masih harus mengurus sesuatu. Sekalian ia pamit pulang.

Dengan langkah yang terasa berat, Tari menyelusuri selasar rumah sakit. Hingga langkahnya berhenti di depan salah satu pintu ruangan poli obgyn. Ia sama sekali tidak tahu alasan Kapten Yudha mengajaknya ke tempat ini.

Tari mengetuk pintu sambil membaca nama dokter yang tersemat di atas pintu. Nama seorang wanita berprofesi sebagai dokter spesialis kandungan. Terdengar sahutan seorang wanita dari dalam.

Baru saja hendak menyentuh gagang pintu, tapi daun pintu itu justru terbuka lebih dulu. Lagi-lagi pria tampan itu yang berdiri di hadapan Tari. Kali ini dengan seulas senyum ramah yang tulus.

“Kedatangan kamu ke sini, akan saya anggap kamu setuju dengan permintaan saya. Apa pun yang ditanyakan dokter itu, setujui saja. Kita sama-sama dikejar waktu,” bisik Yudha menarik Tari masuk.

###

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Benih Rahasia Kapten Yudha   Part 40 Sampai Ludes

    Akibat ketahuan menjarah isi toples milik istri sang Kapten Galak, Serda Ken akhirnya mendapat hukuman. Tidak sendirian melainkan bersama yang lainnya. Pasalnya, mereka turut menutupi kelakuan si Bontot Tim Alfa. "Sumpah, badanku pegel semua, Bang," keluh Sertu Fatur memijat bahunya bergantian."Jangan kau, aku yang latihan kayak biasa ikutan pegelinu. Latihan kalau sama Kapten Yudha biasanya selalu seru, tapi beda kalau dia lagi badmood," ungkap Serka Hilman terkekeh.Serda Ken yang berjalan paling belakang dan nyaris terseok-seok, kini kembali menghela napas panjang. Sang Kapten belum mengampuninya. Ia harus meminta maaf pada istri kaptennya, barulah setelah itu ia akan dimaafkan."Jangan bersedih, Ken. Bukankah tadi kita diundang makan malam sama Kapten Yudha? Kalau kuenya seenak tadi, bayangkan dengan masakannya?" hibur Rian.Langkah para rekannya terhenti. Karena terlalu lelah, mereka sampai lupa jika tadi skor latihan mereka mencapai target. Hanya saja sempat terlupakan karena

  • Benih Rahasia Kapten Yudha   Part 39 Saat Butuh Saja

    Di tempat lain, Ayana tersenyum setelah mendapat pesan balasan dari Yudha. Ia senang karena selama mempersiapkan prosedur bayi tabung, bukan Tari yang berkomunikasi dengannya. Melainkan Yudha langsung.Data pasien di hadapannya membuat senyum Ayana luntur. Kalau saja tidak ingin kehilangan kepercayaan Yudha. Ayana sebenarnya tidak sudi membantu menanamkan benih itu ke dalam rahim Tari.Di sisi lain, jika ia nekat untuk mengandung benih itu, maka dirinya akan dalam masalah. Keluarganya akan murka jika dirinya sampai hamil diluar nikah. Yudha juga pasti akan membencinya.“Andi Ayudia Batari. Saya yakin kamu melakukan semua ini hanya untuk mendongkrak status hidup kamu. Upik Abu bermimpi jadi seorang cinderella. Dia bahkan hanya seorang mantan cleaning servis dan pekerja serabutan. Apa sih, yang Yudha lihat dari gadis ini?” gumam Ayan masih tak habis pikir.Ayana merasa jika Tari begitu licik. Kembali gadis itu menghela napas panjang sambil bersa

  • Benih Rahasia Kapten Yudha   Part 38 Perintah Bu Kapten

    “Doyan!!” sahut mereka kompak. Bahkan, Rian yang bisanya kalem malah ikut-ikutan.Serka Hilman berdeham lalu berkata, “Kami hanya menjalankan perintah. Tadi Bu Kapten minta kami habiskan.”Tari mengulum senyum sembari mengangguk. Padahal, yang Tari maksud adalah minuman mereka. Ya sudahlah.Wanita itu kemudian meletakkan air mineral kemasan gelas di hadapan mereka. Jangan sampai para tamunya kena batuk karena kebanyakan mengkonsumsi makanan manis.“Kuenya enak banget, Bu Kapten,” ucap Ken serius.Tanpa Yudha dan Tari duga. Empat jempol sersan itu memuji sajian di atas meja. Satu-satunya yang tampak gugup adalah Ken. Pasalnya, kantong samping celananya yang tadinya kosong, kini berisi beberapa kue.“Apa iya, kue tari seenak itu? Baru juga ditinggal sebentar langsung ludes?” batin Yudha duduk meminum minumannya. Segar sekali.Sembari memasang sepatunya, Yudha berkata, “Kalau hasil la

  • Benih Rahasia Kapten Yudha   Part 37 Kunjungan Tim Alfa

    Walau hanya rumah dinas sederhana, tapi Tari benar-benar bahagia. Ia memiliki wewenang untuk mengatur semua hal di rumah itu. Termasuk semua kebutuhan harian Yudha.Rumah itu tidak memiliki banyak perabot. Perabot yang ada pun, benar-benar dipilih sesuai fungsi dan ukuran ideal untuk kebutuhan mereka berdua.Ruang tamu hanya diisi satu set kursi rotan, satu vas bunga besar di sudut ruangan dan foto-foto Yudha dan timnya selama ini.Bagian yang paling disenangi Tari tentu saja adalah dapur. Ia sungguh tak menyangka jika kakak iparnya menghadiahkan beberapa perangkat khusus untuk membua kue. Dapur minimalis itu bahkan sudah seperti dapur toko kue.Yang membuat Tari sempat tercengang adalah, kulkas di dapurnya adalah kulkas dua pintu. Padahal, ia dan Yudha hanya tinggal berdua saja. Pemborosan, bukan?Yudha hanya minta agar Tari tidak ikut campur masalah pribadinya. Tidak, selama Yudha tidak meminta pendapat Tari. Seperti halnya kotak furniture

  • Benih Rahasia Kapten Yudha   Part 36 Kapten Dapat Cinderella

    Yudha dan Tari telah tiba di markas kesatuan tempat Yudha selama ini dinas. Selama sesi wawancara, Tari tak mampu menyembunyikan degub jantungnya. Organnya yang satu ini tak bisa tenang.Berbanding terbalik dengan Yudha. Pria itu menjalani sesi wawancara seolah hanya ngobrol dengan teman-temannya. Padahal, beberapa pria berseragam resmi di hadapan mereka itu memiliki pangkat dan jabatan yang lebih tinggi.Hampir dua jam, sesi tersebut akhirnya selesai. Tari dan Yudha lega karena semuanya berjalan lancar. Yudha akui Tari gadis cerdas yang mampau memberikan jawaban lugas dan realistis.Atasannya sampai terkesan. Mengira jika selama ini ia dan Tari memang diam-diam menjalni LDR. Mereka pun mengisi beberapa berkas yang diperlukan sebelum keluar dari kantor.“Akhirnya Kapten Hot batalion ini sold out juga,” goda salah satu istri atasan Yudha.Rekan kapten yang menjalani sesi wawancara dengan Yudha dan Tari tadi ikut terkekeh. Pasalnya, banyak kowad dan staf di satuan mereka yang patah hati.

  • Benih Rahasia Kapten Yudha   Part 35 Bangkrut

    Lusiana kembali memijat kepalanya yang baru saja selesai dipijat oleh ART-nya. Sejak mendengar kabar Yudha memboyong Tari berbulan madu ke Bali, entah kenapa ia jadi kesal. Ia masih setengah hati mengharapkan cucu dari rahim gadis miskin itu.“Mama kenapa?” tanya Rudi yang baru saja pulang bersama putra sulungnya. Tadinya ia pikir, istrinya tidur karena salam mereka tidak dibalas.Lusiana yang bersantai di sofa depan tv mendongak. Setelah melihat kedatangan suami dan anaknya, wanita itu tak juga beranjak. Tetap rebahan santai dengan kaki tersilang. Bahkan wajahnya tetap cemberut.“Ma, perusahaan sedikit tidak stabil. Kalau dalam tiga bulan masalah di internal perusahaan belum berhasil diatasi, mungkin kita akan bangkrut,” ucap Arbian mengedipkan sebelah mata pada papanya.“APA??!!!” Lusiana sontak turun dari sofa lalu berbalik menatap suaminya.Rudi memilih diam mengikuti sandiwara putranya. Rasanya ia ingin tert

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status