Share

Bab. 6.

"Kamu mau pulang? Pulang denganku sekarang!"

"Nggak! Aku bisa pulang sendiri."

Tetapi Satya sigap menarik tangan Kiara saat dia bergegas untuk pergi hingga tubuhnya spontan menabrak dengan dada bidangnya.

Penolakan adik iparnya itu semakin membuat dia kesal, awalnya dia hanya ingin mengajak pulang dengan cara baik-baik tetapi Kiara justru menghindar.

Merasa ada yang perlu dia tanyakan, maka Satya menyuruh Kiara masuk ke dalam mobilnya dengan sedikit kasar walau tentu ada penolakan darinya.

"Lepaskan aku! Sudah kubilang kalau aku bisa pulang sendiri!"

"Masuk ke mobil! Aku bilang masuk!"

"Sebenarnya apa sih maunya kamu? Aku nggak mengerti, kenapa kamu masih saja begini sama aku! Aku ini Adik iparmu!"

"Justru kamu Aduk iparku makanya aku menyuruhmu masuk baik-baik! Jadi sekarang masuk dan nurut dengan perintahku!"

Dari pada berdebat di jalan raya seperti ini yang membuat semua pengguna jalan menoleh ke arahnya karena berisik maka Kiara menurut untuk masuk ke dalam mobil.

Satya segera menancap pedal gasnya sebelum wanita ini berubah pikiran. Di dalam mobil mereka hanya terdiam tanpa suara, tanpa ada satu pun yang bicara.

Untuk mengisi kekosongan itu Satya mulai menanyakan sesuatu yang mendadak terlintas di pikirannya.

Tapi justru pertanyaannya membuat Kiara semakin kesal.

"Kiara siapa anak kecil yang memanggilmu dengan sebutan Ibu? Apakah dia anakku?"

Degh!

"Anak kamu? Kalau memang iya kenapa?" balas Kiara keras.

"Jadi selama ini kamu tidak pernah menggugurkan kandunganmu?"

"Mas! Aku tidak mau dosa untuk yang ke dua kalinya! Cukup dosa yang dulu kita perbuat. Dan kamu tidak punya hak atas diri Reza! Aku yang melahirkan dia, aku yang membesarkan dia seorang diri, dan sekarang aku relakan kamu menjadi suami dari kakakku!"

"Jadi aku mohon stop untuk menggangguku! Biarkan aku hidup dengan caraku sendiri!"

Satya hanya terdiam saat emosi Kiara mulai meledak-ledak, sedikit banyaknya dia merasa bersalah kenapa dia tidak mencari tahu terlebih dahulu siapa Kezia yang kini menjadi istrinya.

Mungkin jika dia tau kalau Kezia adalah kakak dari wanita yang pernah dia hamili, Satya tidak akan memilih Kezia sebagai calon istrinya.

Namun sepertinya penyesalan itu sudah tidak ada artinya, padahal usia Satya dan Kezia selisih 2 tahun lebih tua Kezia di banding dengan Satya.

Jodoh memang ada di tangan Tuhan, begitu juga dengan Satya yang tidak tau sebelumnya siapa yang akan menjadi jodohnya seperti sekarang ini.

"Berhenti! Berhenti, aku bilang berhenti!"

"Tapi Ki ..."

"Berhenti atau aku loncat dari sini!" ancam Kiara bahkan sudah membuka pintu mobil itu.

Mobil yang semula berjalan kencang mendadak Satya tekan pedal remnya secara tiba-tiba hingga menimbulkan percikan api di atas jalanan raya.

Mobil itu seketika berhenti tak beraturan menghalangi jalan untuk lintasan mobil lainnya.

''Kiara! Kiara hei kamu mau kemana?"

Tetapi wanita itu tidak menghiraukan teriakan yang memanggilnya, dia bersungut-sungut pergi meninggalkan Satya sendirian di tempat itu.

"Kiara! Ah, sialan! Dari dulu kamu memang keras kepala Kiara, itu alasan kenapa aku meninggalkan kamu."

Wanita itu lebih dulu sampai di rumah di susul oleh Satya beberapa menit kemudian.

"Reza, Ibu pulang Nak, dimana kamu."

"Ibuuuu."

Anak kecil yang berlari sambil merentangkan tangannya menyambut kepulangan ibunya begitu bahagia, tetapi wajah mungil yang semula memancarkan kebahagiaan mendadak redup seiringnya ucapan yang Reza katakan.

Kiara memicingkan matanya melihat ekspresi anaknya yang tiba-tiba saja berubah.

"Kamu kenapa Sayang? Kok sekarang diam?"

"Mas kamu sudah pulang?"

Belum sempat Reza menjawab pertanyaan ibunya, Kezia keluar menyambut kepulangan suaminya. Mereka duduk di tempat yang sama tapi di kursi dengan letak yang berbeda.

Kiara siap mendengarkan apa yang akan putranya sampaikan.

"Sekarang cerita ke Ibu, apa yang mau kamu sampaikan?"

"Tadi Sandi dan Mia bilang kalau mau jalan-jalan sama Ayah dan Ibunya."

Dengan polosnya Reza menceritakan aktifitasnya dengan teman bermainnya.

"Iya terus?"

"Mereka bilang kalau aku kasihan nggak punya Ayah, memangnya Ayahku kemana sih Bu? Kenapa aku nggak punya Ayah?"

Degh!

Betapa tersentuhnya hati Kiara, di usianya yang baru 5 tahun Reza harus menanggung malu karena ejekan dari temannya karena dia sendiri yang tidak mempunyai Bapak.

Walau pun masih sangat kecil tetapi Reza tau bagaimana rasanya di ejek itu sebabnya dia melampiaskan rasa kekesalannya dengan cara menanyakan pada ibunya.

"Sayang, dengerin Ibu! Jika ada yang menanyakan itu lagi sama kamu, bilang aja kalau Ayah kamu udah meninggal!" ucapnya sambil melirik pada Satya yang terkejut dengan ucapan Kiara.

Satya seketika mendongakkan wajahnya saat Kiara mengatakan hal itu. Bagaimana bisa dia menganggapnya sudah mati, sedang dia kini berada di hadapannya.

"Meninggal? Jadi Ayahku udah meninggal Bu? Jadi aku udah nggak punya Ayah?"

BERSAMBUNG.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status