"Kamu mau pulang? Pulang denganku sekarang!"
"Nggak! Aku bisa pulang sendiri."Tetapi Satya sigap menarik tangan Kiara saat dia bergegas untuk pergi hingga tubuhnya spontan menabrak dengan dada bidangnya.Penolakan adik iparnya itu semakin membuat dia kesal, awalnya dia hanya ingin mengajak pulang dengan cara baik-baik tetapi Kiara justru menghindar.Merasa ada yang perlu dia tanyakan, maka Satya menyuruh Kiara masuk ke dalam mobilnya dengan sedikit kasar walau tentu ada penolakan darinya."Lepaskan aku! Sudah kubilang kalau aku bisa pulang sendiri!""Masuk ke mobil! Aku bilang masuk!""Sebenarnya apa sih maunya kamu? Aku nggak mengerti, kenapa kamu masih saja begini sama aku! Aku ini Adik iparmu!""Justru kamu Aduk iparku makanya aku menyuruhmu masuk baik-baik! Jadi sekarang masuk dan nurut dengan perintahku!"Dari pada berdebat di jalan raya seperti ini yang membuat semua pengguna jalan menoleh ke arahnya karena berisik maka Kiara menurut untuk masuk ke dalam mobil.Satya segera menancap pedal gasnya sebelum wanita ini berubah pikiran. Di dalam mobil mereka hanya terdiam tanpa suara, tanpa ada satu pun yang bicara.Untuk mengisi kekosongan itu Satya mulai menanyakan sesuatu yang mendadak terlintas di pikirannya.Tapi justru pertanyaannya membuat Kiara semakin kesal."Kiara siapa anak kecil yang memanggilmu dengan sebutan Ibu? Apakah dia anakku?"Degh!"Anak kamu? Kalau memang iya kenapa?" balas Kiara keras."Jadi selama ini kamu tidak pernah menggugurkan kandunganmu?""Mas! Aku tidak mau dosa untuk yang ke dua kalinya! Cukup dosa yang dulu kita perbuat. Dan kamu tidak punya hak atas diri Reza! Aku yang melahirkan dia, aku yang membesarkan dia seorang diri, dan sekarang aku relakan kamu menjadi suami dari kakakku!""Jadi aku mohon stop untuk menggangguku! Biarkan aku hidup dengan caraku sendiri!"Satya hanya terdiam saat emosi Kiara mulai meledak-ledak, sedikit banyaknya dia merasa bersalah kenapa dia tidak mencari tahu terlebih dahulu siapa Kezia yang kini menjadi istrinya.Mungkin jika dia tau kalau Kezia adalah kakak dari wanita yang pernah dia hamili, Satya tidak akan memilih Kezia sebagai calon istrinya.Namun sepertinya penyesalan itu sudah tidak ada artinya, padahal usia Satya dan Kezia selisih 2 tahun lebih tua Kezia di banding dengan Satya.Jodoh memang ada di tangan Tuhan, begitu juga dengan Satya yang tidak tau sebelumnya siapa yang akan menjadi jodohnya seperti sekarang ini."Berhenti! Berhenti, aku bilang berhenti!""Tapi Ki ...""Berhenti atau aku loncat dari sini!" ancam Kiara bahkan sudah membuka pintu mobil itu.Mobil yang semula berjalan kencang mendadak Satya tekan pedal remnya secara tiba-tiba hingga menimbulkan percikan api di atas jalanan raya.Mobil itu seketika berhenti tak beraturan menghalangi jalan untuk lintasan mobil lainnya.''Kiara! Kiara hei kamu mau kemana?"Tetapi wanita itu tidak menghiraukan teriakan yang memanggilnya, dia bersungut-sungut pergi meninggalkan Satya sendirian di tempat itu."Kiara! Ah, sialan! Dari dulu kamu memang keras kepala Kiara, itu alasan kenapa aku meninggalkan kamu."Wanita itu lebih dulu sampai di rumah di susul oleh Satya beberapa menit kemudian."Reza, Ibu pulang Nak, dimana kamu.""Ibuuuu."Anak kecil yang berlari sambil merentangkan tangannya menyambut kepulangan ibunya begitu bahagia, tetapi wajah mungil yang semula memancarkan kebahagiaan mendadak redup seiringnya ucapan yang Reza katakan.Kiara memicingkan matanya melihat ekspresi anaknya yang tiba-tiba saja berubah."Kamu kenapa Sayang? Kok sekarang diam?""Mas kamu sudah pulang?"Belum sempat Reza menjawab pertanyaan ibunya, Kezia keluar menyambut kepulangan suaminya. Mereka duduk di tempat yang sama tapi di kursi dengan letak yang berbeda.Kiara siap mendengarkan apa yang akan putranya sampaikan."Sekarang cerita ke Ibu, apa yang mau kamu sampaikan?""Tadi Sandi dan Mia bilang kalau mau jalan-jalan sama Ayah dan Ibunya."Dengan polosnya Reza menceritakan aktifitasnya dengan teman bermainnya."Iya terus?""Mereka bilang kalau aku kasihan nggak punya Ayah, memangnya Ayahku kemana sih Bu? Kenapa aku nggak punya Ayah?"Degh!Betapa tersentuhnya hati Kiara, di usianya yang baru 5 tahun Reza harus menanggung malu karena ejekan dari temannya karena dia sendiri yang tidak mempunyai Bapak.Walau pun masih sangat kecil tetapi Reza tau bagaimana rasanya di ejek itu sebabnya dia melampiaskan rasa kekesalannya dengan cara menanyakan pada ibunya."Sayang, dengerin Ibu! Jika ada yang menanyakan itu lagi sama kamu, bilang aja kalau Ayah kamu udah meninggal!" ucapnya sambil melirik pada Satya yang terkejut dengan ucapan Kiara.Satya seketika mendongakkan wajahnya saat Kiara mengatakan hal itu. Bagaimana bisa dia menganggapnya sudah mati, sedang dia kini berada di hadapannya."Meninggal? Jadi Ayahku udah meninggal Bu? Jadi aku udah nggak punya Ayah?"BERSAMBUNG.Anggukan kecil dari Kiara mewakili rasa sayangnya pada anak semata wayang dia, diraihlah tubuh mungil itu kedalam pelukannya dan di cium habis pucuk kepalanya.Sedang Kezia hanya tersenyum mengagumi betapa pintarnya anak itu, tak jarang dia mencubit pipinya yang sangat menggemaskan."Ya kamu tinggal bilang aja kalau kamu cuma punya Papah Satya, betul kan Mas?"Satya hanya mengangguk tanpa senyum sedikit pun serasa bingung untuk menjawab apa, dia tidak mengiyakan juga tidak menolaknya."Nggak! Udah bilang aja kalau Ayah kamu udah meninggal!" sarkas Kiara kesal."Kamu ini kenapa sih Dek? Jadi kamu nggak setuju dengan saran Kakak?"Saran dari Kezia ternyata membuat perdebatan antara dia dan Kiara, semula dia hanya ingin membuat keponakannya bersemangat saja ternyata ucapan itu salah dimata adiknya.Reza yang semula sudah mulai menegakkan tubuhnya bersemangat mendadak kembali menunduk mendengar pernyataan ibunya."Kak, aku cuma nggak mau Reza berharap banyak! Dia harus terima apa adanya, h
"Em, Sayang kamu baik-baik sama Oma dan Opa yah! Hari ini hari pertama Ibu kerja dan sepertinya Ibu sudah terlambat."Bahkan Kiara tidak sempat untuk sarapan lebih dulu, dia hanya menyambar susu putih yang sudah tersaji di atas meja dan segera pergi sambil menenteng tas kerjanya.Wanita yang kini memakai rok pendek selutut dengan atasan blush berjalan begitu cepat menyetop sebuah taksi yang lewat dan meminta si sopir agar mempercepat laju kendaraannya."Cepat Pak, saya sudah terlambat hari ini.""Baik Non."Taksi yang dia tumpangi malaju begitu kencang di atas rata-rata kecepatan sampai daun-daun kering bertebaran terkena hembusan anginnya.Hanya butuh waktu sekitar 10 menit taksi itu sampai dan Kiara segera turun, bahkan dia lupa untuk membayar kalau saja si sopir tak memanggilnya."Eh, Non Non! Bil-nya belum bayar Non!""Oh, iya maaf ini Pak, maaf saya buru-buru.""Eh, Non, Non!"Dia kembali memanggil tetapi Kiara tak memperdulikan panggilan itu, padahal si sopir berniat untuk memba
Prot!"Astaga! Kopi apa yang kamu buatkan ini! Kamu sengaja ingin mempermainkan aku hah?""Eh, nggak Pak, memangnya kenapa dengan kopinya Pak?"Se seruput kopi yang sudah masuk ke dalam mulut Aland semprotkan dengan sangat keras sampai membasahi meja kerjanya.Banyak barang yang terletak di atas meja ikut basah dan menjadi corak hitam setelah terkena semprotan itu.Salah satunya file penting yang akan di gunakan untuk meeting siang ini dengan pengusaha dari perusahaan lain.Perasaan Kiara semakin tak karuan melihat apa yang sudah terjadi, dia sadar kalau tindakan atasannya itu murni atas kesalahannya."Kenapa kamu masih tanya? Coba kamu minum dan rasakan sendiri bagaimana rasanya kopi itu. Minum cepat minum!"Tangan Kiara spontan meraih cangkir yang masih berdiri di atas meja saat suara Aland sudah mulai meninggi dengan tatapan yang sangat menakutkan.Sama seperti apa yang di lakukan oleh Aland, Kiara pun menyemprotkan kopi dari dalam mulutnya setelah mencicip dan merasakan sendiri ra
"Tunggu!"Semua orang spontan menoleh pada orang yang bersuara, terutama dengan Aland yang merasa heran karena tiba-tiba saja sekretarisnya ada datang ke tempat ini.Kedatangan Kiara sangat tepat waktu, kalau kurang dari satu menit saja, sudah bisa di pastikan Pak Firman sudah pasti menggagalkan kerja samanya.Aland memicingkan matanya sambil bertanya-tanya, dari mana sekretarisnya ini, kenapa di saat dia mencarinya di kantor Kiara tidak ada dan sekarang wanita ini ada di hadapannya.Bak seorang malaikat yang Tuhan turunkan untuk menolong dia di saat situasi sulit seperti ini."Tinggu Pak Firman tolong jangan batalkan dulu kerja sama ini, lihat saya sudah membawa proposal yang anda inginkan."Tindakan Kiara benar-benar suatu kejutan untuk Aland, di saat kliennya ini murai meragukan kemampuannya, dia datang membawa apa yang Aland butuhkan, akan tetapi itu tidak lantas membuat Aland menjadi puas dan mulai bersikap baik pada wanita itu.Rasa sakit hatinya kini masih melekat dan susah un
"Nona kamu mau kemana sore-sore seperti ini? Disini sudah tidak ada taksi yang lewat, lebih baik Nona ikut saya sekarang."Awalnya Kiara takut karena tidak mengenal orang tersebut, akan tetapi setelah dia melihat wajahnya dengan saksama, laki-laki itu terlihat bukan orang jahat. Sepertinya dia tulus untuk menolong Kiara agar bisa sampai di tempat tujuan."A-aku mau kembali ke kantor! Bos-ku pergi saja meninggalkan aku disini sendirian.""Ya Tuhan, kejam sekali Bos-mu itu Nona! Ya sudah mari masuk, biar saya antar sekarang."Mau tidak mau Kiara menurut untuk masuk ke dalam mobil itu. Sean segera menancap pedal gasnya berlalu pergi sebelum suasana semakin gelap.Di dalam mobil mereka merasa canggung karena belum mengenal satu sama lain, tapi entah mengapa Sean rasa kalau Kiara ini wanita baik-baik dan Kiara pun merasakan hal yang sama kalau Sean ini bukan laki-laki berandal yang suka mempermainkan seorang wanita."Em, nama kamu siapa? Eh maaf, maksud saya mungkin jika kita kenal satu sa
"Nona Kiara, Nona masih disini?""Eh, iya Pak Ahmad! Saya di suruh lembur oleh Pak Aland, tapi ini sudah selesai pekerjaan saya, saya sedang berkemas sekarang."Rupanya Pak Ahmad mendengar suara grusak grusuk dari dalam makanya di menghampiri suara itu, dia mengira kalau itu tikus atau suara kucing yang masuk ke dalam kantor. Pak Ahmad berniat untuk mengusir binatang itu dan ternyata Kiara masih di dalam ruang kerjanya.Sebagai security di tempat itu tentu Pak Ahmad harus memastikan kalau tempat dimana dia bekerja terlihat aman dan nyaman tanpa gangguan binatang sekalipun yang bisa merusak barang-barang perusahaan.Ada rasa kasihan pada Kiara yang sepertinya sengaja Aland kerjain, Pak Ahmad tau itu, hanya saja dia tidak berani mengatakan itu yang hanya akan membuat Kiara marah pada atasannya itu.Dia hanya menunggu di depan pintu sampai Kiara selesai, memastikan kalau wanita itu pulang dengan keadaan baik-baik saja."Aku sudah selesai Pak, terima kasih, aku pulang dulu."Pak Ahmad han
"Dari mana saja kamu semalam? Jangan bilang kamu mencari pengganti Papah untuk Reza!"Satya diam-diam menghampiri Kiara yang masih membuatkan susu untuk Reza di pagi hari.Dari semalam Satya terus saja berfikir tentang bos di kantor Kiara yang sepertinya sengaja mengerjai dia. Sebagai orang yang pernah ada dalam kehidupannya tentu Satya tidak terima, apalagi statusnya sekarang adik ipar.Jelas saja dia tidak rela jika ada seseorang mempermainkan adik iparnya."Bukan urusan kamu! Mau ngapain aku di luaran sana itu bukan urusanmu!""Ki, bisa nggak kalau kamu bersikap sedikit baik kepadaku? Aku ini Kakak ipar kamu!""Justru karena kamu Kakak iparku jadi alangkah baiknya jika kamu jangan pernah mendekati aku dan juga anakku!"Raut wajah Kiara memancarkan kebencian yang teramat dalam pada Satya.Berusaha sekeras mungkin untuk menjauhi laki-laki itu tetapi Satya justru yang selalu menghampirinya, saat itu juga Kezia datang dan melihat kebersamaan mereka di dapur.Sudah dia mencari kemana-man
"Nah kita makan siang dulu di sini, kamu pasti lapar kan? Secara ini sudah waktunya jam makan siang."Sebuah restoran menjadi tempat tujuan Sean mengajak Kiara pergi dari kantor. Dari pertama mengenal Kiara, Sean ingin semakin dekat dengan wanita itu.Wanita itu terlihat unik baginya, dan kebetulan sekali dia bekerja di kantor milik Aland, Sean bisa menemuinya kapan saja dia mau."Astaga, kamu tau aja kalau aku sedang lapar! Aku memang nggak bawa bekal hari ini.Sean mengerutkan alisnya saat mendengar kalau Kiara membawa bekal untuk makan siangnya di kantor.Hari gini masih saja ada staf yang membawa bekal untuk makan siang, bukankah warung atau restoran siap saji begitu banyak di kota ini."Ya sudah, sekarang kamu mau pesan yang mana aja? Jangan sungkan-sungkan. Aku yang bayar.""Oh, rupanya kamu lagi banyak uang hari ini? Ok, kalau begitu aku pesan bakso dengan jus lemon, itu saja."Mereka berdua memesan menu yang sama, walau sebenarnya Sean tidak terlalu suka dengan bakso tetapi di