Share

Sekelas

“Dari kantin nih Bu, tadi Saya buru-buru jadi nggak sempat sarapan,” ucapnya sambil tetap berdiri di pintu kelas. Memegang kenop pintu dengan tangan kanannya.

“Alasan kamu kayak gitu terus Rain! Nggak ada yang lain apa?” ketus Bu Amela.

“Ada sih Bu, tapi kan Saya emang buru-buru. Masak iya Saya bohong sama Ibu,”

“Udah lah. Masuk kalian bertiga, habis pelajaran terakhir kalian bertiga bersihin toilet guru!” perintah Bu Amela.

“Tuh kan salah lagi gue! Jujur salah bohong apalagi,” ucap Rain dalam hati.

“Yah, tapi Bu?" Nando dengan wajah memelasnya ingin protes.

“Nggak ada tapi-tapian Ndo! Udah sana kalian bertiga duduk di kursi masing-masing!” tanpa ingin memperpanjang masalah, mereka pun berjalan ke arah bangku mereka.

“Yah, padahal kita udah biasa nih suruh bersihin kamar mandi. Nggak ada yang lebih kejam apa hukumannya?” bisik Rion dan mendapat cengiran dari Nando.

Ketika akan melewati Bu Amela untuk menuju bangkunya. Rain menoleh ke arah cowok sepantarannya yang ada di sebelah wali kelasnya itu.

“Ciaakkh, loe lagi loe lagi!” ucap Rain sambil tertawa dan mendapat pelototan dari Bu Amela, membuatnya menutup mulut.

“Salah apa gue ini Ya Tuhan? Gue berharap nggak sekelas sama cewek aneh bin gila ini, eh malah jadi temen kelasnya.” ratap Garda di dalam hati sambil menatap kesal Rain yang berjalan ke arah Bella.

“Lama banget loe dari kantinnya, tumben-tumbenan,” bisik Bella ketika Rain baru saja mendudukkan dirinya.

“Gue tadi ketemu Bu Amela waktu jalan ke sini, ya gue lari lah. Eh malah ketangkep basah di kelas, kan sekarang bukan mata pelajarannya ya?” tanya Rain bingung, karena pelajaran matematika, yang diampu oleh Bu Amela masih nanti siang.

“Emang bukan, harusnya sekarang Bahasa Indonesia, tapi tadi gurunya bilang kalau ada urusan mendadak, jadinya cuma dikasih tugas,” jelas Bella, karena memang guru Bahasa Indonesianya tadi sudah sempat masuk kelas memberi tugas.

“Nah kan! Apa jangan-jangan matematika mau di majuin lagi,” duga Rain asal-asalan.

“Ya nggak mungkin lah, ya kali Bu Amela nggak ngajar di kelas lain!” jawab Bella, dan percakapan mereka itu, hampir sama dengan percakapan teman-temannya di kelas. Teman sekelasnya juga bertanya-tanya ada apa gerangan wali kelasnya itu masuk di jam pertama.

“Sudah bisik-bisiknya anak-anak?” tanya Bu Amela dan seketika dengung lebah yang memenuhi ruangan itu hilang.

“Mungkin kalian bertanya-tanya kenapa Ibu masuk di jam pertama bukan?” Bu Amela memecahkan keheningan. Anak didiknya menyimak dengan seksama.

“Jadi anak-anak, hari ini kita kedatangan teman baru. Ibu harap, kalian bisa saling bahu membahu, lebih rukun lagi dalam berteman, dan tidak boleh ada yang membully teman baru kalian ini. Paham semuanya?” lantang Bu Amela.

“Paham Buuuu!” serempak seisi kelas Xl IPS 2 menjawab. 

“Gimana kita mau ngebully dia Bu? Bibit unggul gitu orangnya!” tambah Dea sambil menopang dagunya memandang Garda.

“Wuuuuuu, apaan loe De?”

“Dih, crunchy banget loe De!”

“Jangan nunjukin kejombloan loe yang akut itu dong De! Malu nih kita jadi temen loe,” seruan-seruan dari teman kelasnya setelah mendengar perkataan Dea.

“Dea kamu itu masih dipanggil Dek, kok udah gombalin cowok? Nggak boleh ya, masih kecil Dek!” tambah Rion dan mengundang gelak tawa.

“Sssstt! Sudah-sudah! Sekarang perkenalkan diri kamu, Nak!” Bu Amela menengahi. 

Anak cewek yang ada di kelas Xl IPS 2 pun terdiam seketika, memasang telinga baik-baik agar tidak terlewat secuil info dari mulut Garda. 

“Eem, selamat pagi semuanya!” sapanya sambil mengedarkan pandangan ke seluruh kelas.

“Pagii! Bakalan jadi most wanted nih bau-baunya!” ucap Ririn yang juga terpana sejak pandangan pertama.

“Perkenalkan, nama Saya, Garda Cortizo. Saya anak tunggal, dan pindahan dari SMA Britishanjaya. Rumah Saya di kawasan perumahan Trish komplek 3 dengan nomor rumah 42.” jelasnya memperkenalkan diri.

“Anjir anak sultan nih! Dia keluarga Cortizo berarti kan? Orang terkaya nomor 3 di Indonesia? Anjir sih mimpi apa bisa satu kelas sama dia!” pekik Bella, membuat Rain bingung karena tidak tahu siapa itu keluarga Cortizo, ditambah lagi teman-teman perempuannya juga terlihat sangat kagum kepada Garda. 

Rain juga terpesona dengan Garda saat pertama kali mereka bertabrakan di tangga tadi pagi, tapi tidak sampai membengongkan diri seperti yang dilakukan Bella saat ini.

“Saya harap, Saya bisa jadi bagian dari kalian. Semoga kita bisa saling membantu dan peduli seperti keluarga sendiri tanpa melihat harta, material, maupun kepintaran. Sekian perkenalan dari Saya, terimakasih atas perhatiannya!” tutupnya sambil tersenyum memperlihatkan deretan giginya yang rapi dan putih bersih. Membuat ketampanannya semakin menjadi-jadi, tubuhnya yang tinggi tegap, badannya yang proporsional, hidungnya yang mancung, pipinya yang tirus, kulitnya yang putih bersih, alis dan bulu matanya yang hitam, dan matanya yang memiliki warna putih di luar hitam di dalam, mampu menjadikannya idaman bagi setiap wanita. Ditambah kekayaan keluarganya yang pasti juga dialirkan padanya, membuat gadis-gadis mau memberikan apa saja asal bisa memilikinya.

“Ya sudah Garda, silahkan Kamu menempati bangku yang kosong. Tapi maaf, meja kosong di sini cuma ada di pojok itu, dan hanya bisa terisi satu kursi, jadi mau tidak mau Kamu harus duduk sendiri,” Bu Amela sambil menunjuk kursi di pojokan, tepat di belakang Rain dan Bella.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status