Bentala dan Nabastala

Bentala dan Nabastala

Oleh:  Garnis Ramadhani  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
14Bab
1.5KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Rain, remaja yang sedang dalam masa pencarian jati diri harus menerima penghianatan yang datang dari orang-orang terdekatnya. Rain, dengan kepribadian dan pemikiran yang sangat baik, justru harus menerima penolakan dan luka yang sangat buruk dari Garda, cinta terakhirnya. Pepatah 'air susu dibalas air tuba' itu, terjadi di kehidupan Rain. Sudah banyak cara dia lakukan untuk mengakhiri segalanya, tapi Tuhannya belum mengizinkannya. Hingga hari itu, disaat semua 'mulai' terasa baik bagi orang terdekat Rain, justru itu adalah 'akhir' dari rasa buruk Rain sendiri.

Lihat lebih banyak
Bentala dan Nabastala Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
14 Bab
Kentut
“Rain!” teriak Bella ketika melihat gadis berambut pirang dan berbadan atletis serta proporsional itu berjalan sendirian di koridor sekolah. “Rain!” panggilnya lagi, namun gadis yang dipanggilnya tak kunjung menoleh. Bella berlari menghampirinya dan tahu alasan kenapa teman sebangkunya itu tidak mendengar panggilannya.“Raaaaiiiinnnnnnn!” teriaknya sekali lagi tepat di telinga kanan Rain, sambil menyopot earphone yang Rain kenakan.“Aduuhh! Kuping gue sakit gila! Loe apa-apaan si Bel?” sewot Rain yang merasa paginya sudah berantakan.“Makanya kalau pagi-pagi jangan jalan pakai earphone,” “Gue kalau nggak pakai earphone, sepanjang koridor nih, gue cuma denger orang gosip terus tauk!” ucapnya sambil merangkul bahu Bella, menggiringnya agar mempercepat langkahnya.“Selow aja kali Rain, bel masuk masih lama juga ih,” Bella yang tak suka diburu-buru be
Baca selengkapnya
Gadis Gila
Rain yang sudah diburu waktu pun segera memasukkan buku Bella yang tadi dikeluarkannya ke dalam tas si empunya.Ia bergegas menyusuri sisa koridor dan menaiki tangga. Tak ingin waktunya sia-sia, demi melihat anak tangga dihadapannya lengang, Rain memutuskan menaiki anak tangga dengan berlari. Membawa dua tas di bagian depan dan belakang tubuhnya, membuat ia sedikit limbung saat pertama kali mencoba berlari di anak tangga, tapi dengan cepat ia bisa menyeimbangkan tubuhnya. Langkah demi langkah ia lalui dengan sigap, cermat, dan mantap. Hingga di bagian tangga paling akhir, ia merasakan tubuhnya menabrak dada bidang di depannya. Membuatnya kehilangan keseimbangan dan terjatuh, beruntung otaknya berjalan cepat dan mengirimkan sensor di rangkaian otot reflek agar membanting tubuhnya ke kiri, menjauhi bagian belakang tubuhnya yang hanya terlihat undakan anak tangga.“Yakelah anak SD mana sih yang ke SMA? Nggak lihat apa untung gue nggak jatuh ke belakang. Kalau jatuh
Baca selengkapnya
Kantin?
Tok tok tok.Suara ketukan pintu yang ditimbulkan Garda, membuat Kepala Sekolah yang sedang menandatangani berkas terhenti.“Silahkan masuk!” serunya dan segera membereskan berkas di depannya.“Murid baru ya? Anaknya Pak Ardan?” tanyanya lagi dan mendapat anggukan dari Garda.“Ya sudah silahkan duduk!” menuruti perintah, Garda pun duduk di sofa yang telah di tunjuk kepala sekolahnya itu.“Kemarin Pak Ardan sudah bicara banyak tentang kamu, kamu yang pintar dalam berbagai pelajaran dan sangat sopan. Memang terpancar dari auramu, Nak,” pujinya.“Ah Bapak bisa aja, Papa yang suka berlebihan, Pak. Saya sebenarnya juga sama kayak anak-anak lain, biasa aja,” jawab Garda merendah.“Wah kamu ini sudah pintar tapi tidak mau mengakui, patut diteladani ini, coba saja kalau siswa Bapak semuanya kayak kamu, sudah jadi nomor satu di ibukota ini!” dan mereka berdua pun tertawa b
Baca selengkapnya
Lari
Halo Madam! Pesen batagor dong!” ucap Rain ke ibu kantinnya itu.“Rain! Jangan panggil Ibu pake panggilan Madam! Emangnya Ibu dukun apa?” sewot Ibu kantinnya, karena kurang suka dengan kebiasaan Rain yang memanggilnya dengan sebutan madam.“Yeee, emang Madam buat dukun doang? Aduuh udah paling cocok dipanggil Madam! Selaras sama outfit Madam yang cetar!” ucap Rain, karena ibu kantinnya ini selalu memakai pakaian yang warnanya terlihat mencolok, ditambah lagi dengan aksesoris yang ada di tubuhnya.“Udah Buk! Nggak usah diladenin si Rain! Anaknya agak stres emang, makanya gitu!” jawab Nando asal-asalan.“Sialan loe bilang gue stres!” sambil menonjok lengan Nando, hingga Nando merintih.“Woi jadi makan nggak nih? Udah mau masuk juga masih aja ribut!” ucap Rion menengahi.“Ya jadi dong! Ya udah Buk, Rain batagor, Saya sama Rion bakso,” jawab Nando.“Siaap!
Baca selengkapnya
Sekelas
“Dari kantin nih Bu, tadi Saya buru-buru jadi nggak sempat sarapan,” ucapnya sambil tetap berdiri di pintu kelas. Memegang kenop pintu dengan tangan kanannya.“Alasan kamu kayak gitu terus Rain! Nggak ada yang lain apa?” ketus Bu Amela.“Ada sih Bu, tapi kan Saya emang buru-buru. Masak iya Saya bohong sama Ibu,”“Udah lah. Masuk kalian bertiga, habis pelajaran terakhir kalian bertiga bersihin toilet guru!” perintah Bu Amela.“Tuh kan salah lagi gue! Jujur salah bohong apalagi,” ucap Rain dalam hati.“Yah, tapi Bu?" Nando dengan wajah memelasnya ingin protes.“Nggak ada tapi-tapian Ndo! Udah sana kalian bertiga duduk di kursi masing-masing!” tanpa ingin memperpanjang masalah, mereka pun berjalan ke arah bangku mereka.“Yah, padahal kita udah biasa nih suruh bersihin kamar mandi. Nggak ada yang lebih kejam apa hukumannya?” bisik Rion dan mendapat c
Baca selengkapnya
Permainan
Baru saja Garda duduk, Rain langsung memutar badannya menghadap ke belakang, membuat Garda hampir saja terjatuh dari kursinya."Widih, namanya Garda ya, Bang?" ucap Rain sambil mengulurkan tangan kanannya, yang hanya dilirik sekilas oleh Garda."Bang beng bang beng, emang gue abang loe?" sewot Garda karena masih kesal dengan peristiwa tadi pagi."Selow aja napa si? Ganteng-ganteng ngegasan! Belum kenal aja udah sewot uuuu!" Rain yang merasa kesal pun membalikkan tubuhnya ke depan, dan segera teman-temannya menghampiri meja Garda. Berebut memperkenalkan diri dan menyalami Garda, kecuali Nando dan Rion yang malah duduk di meja Rain."Bel, loe mau ikut antri kenalan sama si Gonzales?" tanya Nando ketika melihat Bella akan membalikkan kursinya."Gonzales siapa bege? Cortizo! Beda jauh anying!" ucap Rain menahan kesal sekaligus tawa."Ya terserah kita manggilnya lah, lagian enakan manggil Gonzales, iya nggak?" dalih Rion dan mendapat anggukan set
Baca selengkapnya
Baca-jawab Puisi
“Oalaahh, Rion dari tadi ngeledek Boni karena cemburu? Ya ampun ini cuma permainan, Nak!” ucap Bu Sri setelah mendengar perkataan Bella tadi, dan seisi kelas menyorakinya.“Ih enggak Bu! Siapa yang cemburu? Saya nggak suka tu sama modelannya Bella! Apalagi kalau sama Boni, ya dia kalah jauh Bu!” jawab Rion kelabakan, karena senjata makan tuan.“Ternyata selama 2 tahun ini, sudah menyimpan rasa," ledek Bu Sri sambil menahan tawanya.“Enggak Bu! Sumpah ini!” Rion yang ingin menyakinkan Bu Sri dan teman-temannya, mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya sejajar dengan kepala.“Ya sudah! Biarlah untuk sekarang perasaan Rion ia pendam, nanti kalau sudah tidak kuat, siap-siap kamu terima ya Bella!” sontak ledekan di dalam kelas semakin menjadi-jadi. Bahkan Rain sampai memukul-mukul meja, berbeda dengan Garda yang hanya tersenyum.“Ya sudah, silahkan kalian berdua buka!” Boni d
Baca selengkapnya
Kebetulan
“Gila sih Rain, loe keren banget!” ucap Bella sambil bertepuk tangan dan menatap Rain dengan mata bulat sempurna.“Apanya yang keren? Biasa aja ih!” timpal Rain sambil menghempaskan pantatnya dengan kasar di bangku miliknya.“Apa lihat-lihat?” sergah Garda ketika melihat Rain yang memandang sebal ke arahnya, saat ia melewati bangku milik Rain.“Mimpi apa si loe Rain tadi malem? Kok bisa-bisanya loe dipasangin sama Garda. Ah gue juga mau,” ucap Bella berbisik di telinga Rain sambil melirik Garda yang ada di bangku belakang mereka.“Cuma kebetulan Bel! Emang ganteng sih tapi Garda tu, tapi nggak usah ngarep loe!” jawab Rain sambil menjitak kepala Bella. Di depan sana, Bu Sri sedang membereskan kertas dan buku yang tadi dibawanya. Mengecek buku absensi agar tak ada yang terlewat ia absen.“Loe nggak baper apa? Gue lihat-lihat loe cocok deh sama Garda,” godanya.
Baca selengkapnya
Bocah
"Sialan!" umpat Garda sambil berdiri mengibaskan sampah di dadanya, membuat plastik es teh milik Boni jatuh di bawah mejanya."Rasain loe! Berani-beraninya ngatain gue bocah!" jawab Rain sambil terus melemparkan apa saja ke arah Boni, yang tidak ada tanda-tanda akan berhenti."Emang loe kayak bocah! Aneh!" ucap Garda dan mendapat timpukan kertas ulangan matematika milik Rain yang terpahat nilai 20 dengan tinta merah. Melihat itu Garda pun melemparkan kertas itu kembali ke Rain."Pantes," ucapnya dan memutar bola matanya."Udah Rain! Pak Arsan bentar lagi masuk kelas! Masak iya kelas kita kayak tong sampah gini!" Bella mencoba memeluk Rain, mencegah kedua tangan Rain untuk melemparkan barang-barang di sekitarnya."Lepasin Bel! Lagian biarin aja kotor, kayak nggak pernah liat aja loe!" ucap Rain sambil berusaha melepaskan diri."Bon! Bon! Pak Arsan dateng Bon!" teriak Bara dari pintu kelas. Membuat Boni menoleh sekilas dan tetap melemparkan sa
Baca selengkapnya
Hukuman
"Sudah belum bersihin kelasnya Rain, Boni?" Ucap Pak Arsan ketika memasuki ruang kelas.“Sudaahh Paakk!” jawab Rain dengan semangat yang dibuat-buat karena kesal.“Baiklah, sekarang bisa kita mulai pelajaran matematika hari ini?” tanya Pak Arsan dan hanya diangguki malas oleh penghuni kelas, kecuali Bella dan Garda.“Bisa Pak!” ucap mereka berdua dengan tegas dan bersamaan. “Nah! Seperti ini seharusnya murid Bapak! Diajak belajar matematika semangat, menjawab dengan tegas, tidak membuat ulah!” ucap Pak Arsan sambil melihat ke arah Bella dan Garda bergantian.“Kamu seharusnya bisa mencontoh teman kamu, si Bella, Rain! Murid teladan!” tambahnya lagi.“Bapak hobi banget sih banding- bandingin orang," jawab Rain memutar bola matanya malas.“Bapak bandingin kamu supaya kamu sadar, bisa jadi murid yang lebih baik lagi,” “Ya sudah, buka buk
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status