Share

Bab 10. Satu Pelukan Hangat

Vina datang menengahi Varen dan Dio yang sudah bersiap adu bogem. Si Cantik tinggi hati yang mendapat sebutan nenek lampir dari beberapa temannya itu tak segan menjewer telinga Varen dan Dio secara bergantian. Dio bersikap biasa saja, sementara Varen segera menepis tangan Vina.

“Bocah kalau lagi bertengkar ya begini, nih. Sukanya main tangan. Tidak pikir panjang. Tunjukkan kalau kalian adalah mahasiswa yang bisa meredam emosi tanpa saling menyakiti!” tegas Vina tanpa rasa takut.

Vina sudah bersiap dengan ceramahnya yang panjang, tapi Varen dan Dio tidak berminat mendengarkan. Mereka kompak memilih tempat duduk masing-masing tanpa memedulikan apa yang Vina katakan. Bahkan, Varen terang-terangan menyumpal kedua telinganya dengan tangan.

“Kalian sungguh tidak sopan! Awas kalau ….”

“Silakan duduk di kursimu!” tegur seorang dosen yang akan mengajar, tapi jalannya terhalang oleh Vina yang kini berkacak pinggang.

Seketika tidak lagi ada suara, apa lagi keributan. Semua terdiam dan bersiap m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status