"Kanjeng Ratu!" teriakku terkejut. "Tenang saja Anjasmara, ini tidak akan sakit" ujarnya sambil menyeringai. Dia terus melangkah ke arahku dengan bongkahan besi panas di tangannya. "Tolong bijaklah Kanjeng Ratu! Saya adalah putri dari Patih anda!" aku berusaha menyadarkannya. "Patih Lohgender tidak menyayangimu, jelas sekali aku melihat perbedaan perlakuannya terhadap kau dan dua saudara laki-lakimu! Dia pasti tidak keberatan dengan ini. Terlebih ini adalah keinginanku. kau tau? Patih selalu memberikan apa pun yang kumau!" ujarnya tenang. tidak diragukan lagi, ucapannya memang benar adanya. Patih Lohgender selalu melihat Kanjeng Ratu sebagai putrinya, jadi ia selalu menjunjungnya dan memanjakannya. Astaga aku memang sempat berpikir ini akan buruk, tapi tak pernah kusangka jika akan seburuk ini. "Dayang! Ambilkan besi panas dari dapur!" titahnya yakin. Para Dayang memang tampak ragu, tapi mereka tetap menuruti permintaan gila dari Ratu mereka. Habislah riwayatku, di dunia tanpa
Bisnis penjualan batu ajaib sukses besar. Meski terdengar agak klenik, namun fenomena ini lebih tepat disebut dengan fomo. Berkat dua orang salesman yang berbakat, aku meraup banyak keuntungan. Yah meski para salesman itu juga meminta beberapa bongkah batu lagi sebagai bonus, tapi kupikir itu sepadan dengan kinerja mereka.Hubunganku dengan Seto dan Kumitir menjadi lebih dekat dan harmonis, mereka tidak lagi segan menunjukkan kasih sayangnya padaku. Kedekatan itu mampu memulihkan pamorku di antara para Dayang. Kini tidak ada lagi Dayang yang berani membantah permintaanku. Sekali lagi aku bersyukur, kehidupanku di kediaman lohgender kini terasa seperti di surga.DamarWulan? Terakhir aku melihat batang hidungnya adalah saat aku tersesat di hutan, sejak saat itu aku tidak lagi bertemu dengannya. Mungkin karena aku yang terlalu fokus pada bisnisku, atau dia memang tengah menghindariku. Peduli apa? Keadaan ini justru bagus buatku. Dengan begini, kemungkinan kami bersama semakin kecil.Aku
Aku memang sempat berpikir bahwa tempat ini akan ramai, tapi tak kusangka akan seramai ini. Terlebih lagi semua orang menatap ke arahku, apa ada sesuatu yang salah dengan penampilanku? Aku sudah mengeceknya beberapa kali sebelum berangkat dan semuanya tampak baik-baik saja. Awalnya aku sempat merasa gugup, tapi aku yakin dengan keberadaan Seto dan Kumitir bersamaku, aku akan aman. Meski kemampuannya tidak begitu mumpuni, tapi aku yakin mereka akan melakukan apa pun untuk menjagaku.Semua orang yang hadir di tempat ini bukan orang biasa, bisa dibilang ini adalah perkumpulan elit. Sebuah perkumpulan anak-anak manja dari para petinggi Majapahit. Tempat yang buruk untuk mencari jodoh, tapi tempat yang sangat tepat untuk berbisnis.Mereka semua berkumpul di pusat kesenian untuk menonton pertunjukan tari. Puluhan penari muda didandani begitu menggoda dan ditampilkan di hadapan para tuan dan nona muda dari keluarga terpandang. Mungkin tempat ini lebih tepat desebut dengan diskotik zaman kera
"Anjasmara! Bukalah matamu! Dia hanya seorang tukang kebun! Meski dia tampan, tidakkah kau lihat sikapnya yang mengesalkan?" ujar Seto naik pitam."Aku tidak peduli Kakang! Aku mencintai Damar Wulan! Aku tidak ingin kehilangan dia! Tidak peduli apa katamu, aku tetap ingin menikah dengannya!" ucapku dengan napas membara."Apa dia juga mencintaimu seperti kau mencintainya?" tanya Kumitir dengan sinis."Tentu saja!" jawabku yakin."Oh adikku yang bodoh, kau pikir dia akan ikut sayembara ini jika dia mencintaimu? Apa kau sudah tahu hadiah apa yang Kanjeng Ratu tawarkan sebagai imbalan?" seru Seto memojokkanku.Aku tahu ucapannya terdengar rasional, aku bahkan tak mampu menjawab pertanyaannya, tapi hatiku berkata lain. Aku benar-benar mencintai Kakang Damarwulan, hatiku bahkan sampai sakit rasanya. Aku harus menikahinya sekarang agar tidak kehilangan dia."Dia menginginkan sesuatu Anjasmara, dan kau tak memiliki itu! kau melihat bahwa dia menginginkan negeri ini? sesuatu yang hanya mampu d
Kudaku lari tak terkendali, menyusup jauh ke jantung hutan. Beberapa kali kucoba untuk menarik tali kekang, namun nihil. Kini aku pasrah, berusaha meraih pegangan yang cukup erat agar aku tidak jatuh dan mendapat cidera yang lebih parah. Aku hanya bisa berharap kuda ini akan menghentikan lajunya, karena jika aku terjatuh dengan kecepatan ini, aku mungkin saja akan patah tulang atau kemungkinan terburuknya aku mungkin akan terbunuh.Hingga saat kaki belakang kuda itu terperosok di lereng bukit. Guncangan hebat yang diakibatkannya mampu membuat genggamanku terlepas. Aku terlempar jatuh dari pelana sementara kuda itu terperosok jatuh ke dasar jurang.Sayup kudengar ringkikan terakhirnya sebelum bunyi gedebuk keras di kejauhan."Choco!" panggilku histeris. Kuda itu terperosok ke jurang dan membentur bebatuan di lereng yang curam. Tampak di kejauhan siluetnya tak lagi bergerak. Aku meratapi kepergian choco, kuda pertamaku. Sebelum akhirnya tersadar bahwa aku nyaris saja terperosok bersama
Aku kembali ke kediaman dengan pakaian basah. Damarwulan si playboy itu memang seorang penggoda! Tidak heran kalau di masa depan ia akan memiliki empat orang istri! Terserah sih mau berapa pun, yang pasti aku tidak akan menjadi salah satunya!Seseorang mengetuk pintu kamarku."Masuklah!""Ndoro Ayu, sudah waktunya sarapan, semua orang sudah menunggu di ruang makan!" ujar Tiwi saat masuk ke dalam kamarku."Oh dewa! Kenapa pakaian Ndoro Ayu basah kuyup begini?" serunya terkejut begitu melihat keadaanku."Ah iya tadi aku pergi mandi!" jawabku kikuk."Ndoro kembali ke rumah dengan keadaan seperti ini? Ndoro, kalau Yang Mulia Patih melihatnya, Ndoro ayu bisa dimarahi habis-habisan!" omelnya panjang lebar."Karena itu kau jangan bilang ya!" pintaku dengan wajah memelas."Sekarang bantu aku ganti baju! Oh iya!" aku mengambil sebuah kain dan memberikannya pada Tiwi."Aku menyimpan kudapan ini untukmu!""Ndoro ayu! Terima kasih!" ujar Tiwi tersentuh. Ia berhenti sejenak kemudian kembali tersad