Share

Bertukar Akad: Menikahi Adik Ipar Sendiri
Bertukar Akad: Menikahi Adik Ipar Sendiri
Author: D Lista

Bab 1 Wanita Lain

Author: D Lista
last update Last Updated: 2023-02-16 08:58:19

Bab 1 Wanita Lain

"Siapa wanita ini, Mas?"

Syila mengernyit saat Zein pria yang berstatus suaminya belum genap 24 jam menggandeng wanita cantik berwajah layaknya artis masuk ke kamar pengantin. Perutnya terlihat membuncit. Jika ditaksir, kemungkinan wanita itu sedang hamil trimester dua atau malah tiga.

"Dia Sania. Biarkan dia istirahat di kamar ini," ucap Zein tegas sembari melambaikan tangannya pada seorang wanita bergaun selutut dengan bagian bahu terbuka, menampakkan kulit putihnya. Wanita itu tersenyum tipis saat Zein kemudian merangkul bahu sosok itu.

Melihatnya, Syila tertegun. Matanya membola, meneguk ludah dengan susahnya, tak percaya dengan apa yang baru saja dilihat dan didengarnya.

"Sania akan tinggal di sini." Lagi, suaminya berucap tanpa melihat siapa lawan bicaranya. Ya, Syila adalah sekretaris di kantor Zein, juga wanita yang dijodohkan oleh orang tuanya tanpa mempertimbangkan perasaannya.

"Tinggal? Maksud Mas?" sahut Syila cepat. Ia menatap nyalang sang suami yang tangannya sibuk membuka kancing kemeja bagian atas. Ia menginginkan sebuah penegasan. Ia mengira sedang diprank suaminya, malam pertama kamarnya ditempati wanita lain.

"Mas nggak sedang bercanda, kan?" Lagi, Syila butuh penjelasan.

Syila berdiam menatap heran. Kebaya broklat warna pastel masih melekat ditubuh. Bahkan riasan make up artist (MUA) masih awet di wajahnya. Cantik, tetapi apa guna jika si suami tidak mau bersanding dengannya, justru ingin bersama wanita lain.

"Aku tidak pernah bercanda, bukan?" ucap Zein dingin.

Syila memindai manik mata berwarna coklat milik pria yang baru saja menikahinya siang tadi. Jelas tidak ada kebohongan di sana. Ia telah mengenal Zein selama dua tahun menjadi sekretarisnya. Pun keluarga mereka sudah saling kenal sejak kerja sama antara bisnis kosmetik milik orang tua Zein dengan bisnis tekstil milik orang tua Syila. Mereka menikah karena skenario perjodohan.

"Lalu aku tidur di mana, Mas?!" cecar Syila tak percaya.

Syila menagih jawaban yang sejatinya takut ia dengar. Namun, ia tetap berusaha tenang menanti ucapan Zein.

"Kamu bisa di sini atau pindah ke kamar kita biasanya di sebelah," jawab Zein sedikit tak acuh.

"Di sini?!" tanya Syila dengan wajah merah padam. Zein mengangguk dengan irit senyum, sedangkan Sania yang masih setia mengatupkan bibir hanya bergeming dengan seringaian tipis, mengamati perdebatan pengantin baru di depannya.

"Mas sudah tidak waras!" seru Syila tidak terima.

Jika dipikir, orang awam pun tahu, siapa yang menikah dan siapa pula yang menempati kamar pengantin.

"Ya, aku memang tidak waras!" sahut Zein mulai menaikkan intonasinya.

"Aku istri, Mas Zein. Kenapa harus aku yang pindah. Ini kamar pengantin, sudah seharusnya kita berdua yang di kamar ini," balas Syila tidak mau tahu.

"Kita, huh?" Zein mendecis tanpa menghiraukan Syila.

"Sejak awal, kita menikah karena terpaksa," tegas Zein sembari masih mempertahankan sikap dinginnya.

"Mas, meski terpaksa. Aku masih menghormati pernikahan sakral ini." Ucapan Syila hanya mendapat respon tatapan sinis Zein.

Tidak ingin memperpanjang debat kusir, Syila menyeret suaminya masuk ke kamar. Diikuti Sania yang mengekor di belakang. Benar saja, terlihat langkahnya sedikit kesusahan membawa perutnya yang besar.

"Astaga, wanita ini nggak ada malunya sama sekali. Main nerobos aja ke kamar pengantin," guman Syila dengan wajah yang sudah berkerut, berbeda dengan saat beberapa menit yang lalu.

"Mbak. Bisa nggak biarkan kami berdua bicara lebih dulu!" ujar Syila dengan kesabaran tingkat dewa.

Syila mencoba mengusirnya dengan berkata halus. Giginya bahkan saling gemeretak menahan diri agar bara api di dalam dadanya tidak membesar. Kedua tangannya ia biarkan mencengkeram kebaya yang menjulang sampai lantai. Sania hanya mengangguk, tanpa mengeluarkan sepatah kata.

"Ya Rabb, bagaimana bisa aku mengajaknya adu mulut kalau sikap wanita ini lemah lembut di depanku. Aku bukan penindas. Tapi aku juga nggak mau ditindas. Mas Zein harus bertanggung jawab atas semua ini."

Syila meyakinkan diri dalam hati bahwa dirinya wanita yang kuat.

"San, tetap di sini!" titah Zein jelas tak terbantahkan. Sania menghentikan langkahnya saat hampir berdiri di ambang pintu.

"Tutup pintunya!" Sania menuruti apa kata Zein.

"Duduk!" Telunjuk Zein mengarah ke sebuah sofa mini di dalam kamar pengantin. Ia meminta Sania duduk di sana. Sofa yang dilengkapi meja kecil sudah tersedia minuman dan aneka cemilan untuk menemani malam pertama mereka.

Syila kembali terbelalak melihat Sania begitu penurut. Ia menatap nyalang suaminya yang masih mengenakan jas hitam. Gagah, tidak bisa dipungkiri Syila. Tampan jelas iya, terlihat dari alisnya yang tebal dan juga garis rahangnya yang tegas.

Penglihatan Syila mulai kabur karena setitik cairan bening mulai berkumpul di pelupuk mata. Netranya mengikuti pergerakan suaminya yang baru saja mendaratkan bok*ngnya di bibir ranjang. Sementara itu, Syila masih setia berdiri dengan anggun bersama kebaya yang melekat di tubuhnya.

Hening, Syila menelan salivanya seraya menatap penuh permohonan agar suaminya memberi penjelasan. Ingin berteriak lantang, tetapi pita suara Syila seolah tidak mau bergetar. Berusaha sekuat tenaga, ia melontarkan kata.

"Mas. Tolong jelaskan, siapa dia? Aku istri Mas Zein, kenapa harus ada wanita lain di kamar pengantin kita?" desak Syila dengan air mata berderai.

Syila akhirnya berhasil mengucapkan kalimat itu lirih meski dengan terbata. Ia bergantian menatap suami dan wanita itu. Bersamaan dengan itu, air matanya tumpah tak tertahankan. Punggung tangan kanannya segera mengusapnya. Menyedihkan, ditambah lagi Zein hanya diam tanpa ekspresi. Menanti Syila meluapkan emosi.

"Dia nggak punya hak tinggal di kamar ini, Mas. Kenapa nggak minta dia istirahat di kamar tidur tamu?" ucap Syila lirih, tetapi penuh penegasan.

Sejatinya Syila malu dilihat orang lain, apalagi kalau sampai keluarga besar mendengar pertengkaran mereka. Pengantin baru berdebat tentang sosok yang akan menempati kamar pengantin. Impiannya melepas kebaya dibantu suami seperti di drama Korea yang ia tonton ataupun novel romantis yang ia baca terhempas begitu saja bagaikan kapas tertiup angin.

Ya, ini dunia nyata bukan dunia drama pun novel. Kenyataan tidak seindah bayangan. Memimpikan sebuah pernikahan layaknya seorang putri dalam dongeng ternyata realita sangat menyakitkan.

"Dia berhak tinggal di sini!" Sebuah kalimat yang bernada tinggi membuat Syila tersentak. Suaminya benar-benar mempertahankan egonya. Syila tidak habis pikir, suami yang merupakan bosnya di kantor bersikukuh membela wanita itu. Tangan kanannya menepuk lembut dada yang terasa sesak seperti terhimpit beban berat.

"Sebenarnya siapa wanita ini? Apa Mas Zein berniat menjadikannya istri kedua? Tidak bisa. Aku tidak terima," guman Syila.

"Katakan siapa wanita ini, Mas!"

"Duduk dulu!" Zein mencoba mendinginkan suasana. Tangannya menepuk ranjang kosong di samping kirinya. Namun, Syila menolaknya. Ia tetap setia berdiri meskipun sebenarnya tidak sopan berbicara sambil berdiri sementara suaminya duduk.

"Duduk!" titah Zein kembali. Syila justru memutar bola matanya jengah.

"Dia siapa, Mas?" Syila menunjuk Sania sambil bergantian menatap Zein dan Sania.

"Sania istriku. Dia ibu dari anakku."

Mulut Syila membuka lebar. Ia terpaku seolah bumi berhenti berputar. Ucapan suaminya bagai petir yang menyambar. Memorinya merekam, lalu memutar ulang kalimat itu seperti kaset rekaman yang diputar kembali. Tubuhnya lunglai, hampir limbung seakan tulang-tulang tak mampu menopang. Kepalanya mendadak terserang pening akut.

"Is...istri?" Lirih, tetapi masih bisa didengar Zein. Syila meraba pinggiran ranjang supaya pant*tnya bisa mendarat dengan benar.

"Ya. Sania Istriku." Hati Syila berdenyut nyeri. Kenyataan menamparnya, bagaikan menelan pil pahit, ia seharusnya bahagia di hari pernikahannya. Namun, justru kekecewaan yang ia dapatkan. Hal ini menjadi sebuah kejutan besar yang ia terima dari suaminya.

"Lalu anak yang ada di dalam perutnya itu anak kalian?" Dengan terbata, Syila bersyukur akhirnya berhasil mengucapkannya. Sebelum tubuhnya ambruk tepat di samping Zein, ia sempat melihat anggukan suaminya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (9)
goodnovel comment avatar
D Lista
makasih kak. lanjut baca yuk
goodnovel comment avatar
Dwi MaRITA
lalakik kok nggak tegas... kalok dah beristri... ngapain nikahin anak orang yg dijodohkan & nggak sreg dihati..... ...
goodnovel comment avatar
D Lista
lanjut yuk sdh tamat 3 season
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Bertukar Akad: Menikahi Adik Ipar Sendiri   S3 Bab 42 TAMAT

    S3 Bab 42 "Beginikah caranya menghukum diri sendiri, huh?" "Alea." Irsyad melebarkan matanya. Sedetik kemudian ia mengucek berulang untuk memastikan apa yang dilihatnya bukanlah sebuah fatamorgana. "Al, kamu datang?" lirih Irsyad sambil menoleh ke sekitar. Tidak ada orang lain selain mereka berdua. Alea lantas duduk di kursi sebelah Irsyad dengan meja kecil sebagai penghalang. Irsyad berusaha menetralkan deru napasnya. Rasa haru menyeruak. Kesedihan karena memikirkan kebencian Alea terhadap dirinya pun terpatahkan. Nyatanya, Alea masih mau menemuinya. "Ya, aku datang karena ada yang mengundang," ucap Alea dengan wajah datar. Gaya bicaranya tidak sesopan dulu dengan menyebut aku saat bicara. Tatapannya tidak sedikitpun mengarah pada Irsyad. Lelaki itu sadar diri, Alea pasti masih benci padanya. "Kamu tahu Om tinggal di sini?" "Sangat mudah dicari, bukan?" cetus Alea. Irsyad hanya beroh ria. "Aku akan menikah, jadi silakan mau bicara apa?" lanjut Alea. Irsyad menarik napas dalam.

  • Bertukar Akad: Menikahi Adik Ipar Sendiri   S3 Bab 41

    S3 Bab 41Sesampainya di rumah, Alea mengucap terima kasih pada Damar dan memaksanya segera pulang. "Alea!" "Mama?!" Perempuan paruh baya yang menanti kedatangannya segera memeluk erat. Ya, Syifa sudah seminggu sakit dan terbaring di tempat tidur merindukan putrinya. "Mama! Maafin Alea. Mama sakit gara-gara Alea, kan?" sesal Alea sambil mengeratkan pelukannya. "Tenanglah, Al. Mamamu sakit bukan karena kamu. Tapi dia ngidam." "Apa?!" "Ishh. Papa nih, nggak usah becanda. Orang anaknya barusan pulang malah dibecandaain." "Maksudnya apa, Pa? Mama ngidam? Mau punya adik bayi?" Alea sudah melototkan matanya horor ke arah papa dan mamanya. Sementara Rendra yang baru saja ikut duduk di sofa hanya bisa terkikik. "Apaan sih, Ren? Kamu ngerti?" "Tuh, Mama ngidam pengin punya mantu, Mbak," celetuk Rendra masih dengan tertawa renyah. "Astaga. Kamu masih SMA udah mau nikah? Awas ya, belajar dulu sana!" "Yeay, siapa juga yang mau nikah. Mbak Alea tuh yang dilamar sama Mas Damar. Mama dan p

  • Bertukar Akad: Menikahi Adik Ipar Sendiri   S3 Bab 40

    S3 Bab 40 "Aku mau melamarmu." "Hah?!" Alea ternganga. "Mas Damar sudah gil*. Alisa mau dikemanain coba?" protes Alea. "Alisa mau menyelesaikan kuliahnya dulu. Saat di bandara, Alisa mengikuti kepergian Damar menyusul Alea. Namun, Alisa hanya mendapati Damar yang melangkah lesu di batas ruang masuk penumpang dan pengantar. "Mas Damar? Sudah ketemu Mbak Alea?" "Tidak Lisa. Alea sudah pergi." "Oh, gitu. Kita perlu bicara Mas." "Ya, Lisa." "Kami berdua memutuskan memilih jalan masing-masing terlebih dulu, Al. Siapa yang menemukan jodoh duluan ya tidak apa kalau mau menikah lebih dulu." "Astaga, memangnya kami berdua mainan. Mas Damar gonta ganti melamarku atau Alisa," ucap Alea tak terima. Namun, ia setengah bercanda. "Ya gimana lagi, kalian sama-sama cantik." "Dasar laki-laki!" "Ough. Jangan kasar Al. Kamu masih pakai jurus karatemu?" "Iya lah. Mau dihajar?" "Ampun, Al." Alea tersenyum mengembang. Tiga bulan ia bisa menghilangkan rasa sakit hatinya pada Damar. Hanya mela

  • Bertukar Akad: Menikahi Adik Ipar Sendiri   S3 Bab 39

    S3 Bab 39 Dua bulan berlalu, Alea sudah mulai menikmati perannya di tempat tinggal yang baru. Ia kini tinggal di salah satu kota kecil di Austria yakni kota Klagenfurt. Saat sampai di Vienna Internasional Airport, Alea hanya memberi kabar pada keluarganya kalau sudah sampai. Ia meminta izin memberi kabar kembali setelah tiga bulan selesai. Setelah Syifa mengiyakan dengan berat hati, Alea pun menonaktifkan nomernya dan berganti ke nomer lokal. Satu yang tidak dikatakan Alea pada keluarganya adalah tempat akhir yang ia tuju. Keluarga tahunya Alea ada di kota Vienna bukan di Klagenfurt. "Al, masih lama nggak me time kamu?" tanya Aida satu-satunya mahasiswa dari Indonesia yang ada di Klagenfurt. Terhitung sekarang ada dua mahasiswa termasuk Alea. "Kenapa? Kamu terburu, ya?" jawab Alea sambil menikmati pemandangan danau yang membentang luas di depannya. Danau yang biasa dengan sebutan Wörthersee di Klagenfurt memang indah. Dengan berdiri di pinggir danau, Alea bisa melihat pegunungan A

  • Bertukar Akad: Menikahi Adik Ipar Sendiri   S3 Bab 38

    S3 Bab 38 "Maaf, Ma. Alea harus pergi. Hanya tiga bulan saja, Alea janji Ma." "Sayang, Papa dan Mama pegang janjimu. Di sana tiga bulan jangan berbuat aneh-aneh. Kamu harus jadi wanita kuat seperti mamamu," pesan Zein. "Iya, Pa, Ma. Alea janji. Jaga diri Mama dan Papa. Alea berangkat sama Rendra saja." "Baiklah, Sayang. Hati-hati, jangan lupa kabari kami kalau sudah sampai di sana," lirih Syifa sambil memeluk erat Alea sebelum pergi meninggalkannya. "Gimana Alea, Pa?" "Ma, Alea anak yang kuat. Kita sebagai orang tua harus mendoakan yang terbaik untuknya. Selalu berprasangka baik sama Allah." Syifa mengangguk lalu menghambur ke pelukan Zein untuk menumpahkan tangisnya. Selama 20tahun ini Syifa tidak pernah ditinggalkan Alea. Justru Syifa yang meninggalkannya saat bertugas menjadi relawan. Namun, kali ini Alea yang pergi membuat hatinya bersedih. "Sayang, ingat Alea pergi untuk menuntut ilmu. Allah akan mengangkat derajat putri kita. Jadi kita tidak pantas bersedih. Kita seharusn

  • Bertukar Akad: Menikahi Adik Ipar Sendiri   S3 Bab 37

    S3 Bab 37 Plak! "Keterlaluan kamu, Syad. Begini caramu membalas apa yang sudah kuberikan?! Kamu membalas sakit hatimu karena perasaanmu padaku, kan? Kamu memanfaatkan Alea, putriku?" "Tidak, Fa. Tolong jangan berpikir begitu." "Jangan pernah muncul lagi di hadapanku! Kamu pantas mendapat hukuman yang setimpal." Irsyad terhenyak, kekecewaan Syifa menari-nari di wajahnya. Ia merasa terluka karena telah mengecewakan hati Syifa. Perempuan yang sudah menjadi kakak angkatnya. Mengubah kehidupannya yang gelap hingga menjadi terang. Bahkan dulu namanya pernah singgah di hati Irsyad. Malam itu, Irsyad dan Rendra menemukan hotel tempat Alea dibawa Ronald berdasar informasi dari teman Alea bernama Yoga. Irsyad memaksa resepsionis mengecek kamar atas nama Ronald dengan dalih calon istrinya bersama laki-laki itu. Rendra menunggu di lobby, sedangkan Irsyad mencari ke kamar. Sesampainya di kamar yang dituju, Irsyad hanya mendapati Ronald yang membuka pintu dan Alea ada di dalamnya. Tanpa berpi

  • Bertukar Akad: Menikahi Adik Ipar Sendiri   S3 Bab 36

    S3 Bab 36 "Maaf, sebaiknya saudara Irsyad menjelaskan di kantor. Karena Pak Ronald sudah memberi keterangan terkait kejadian di hotel malam itu sesuai yang dilaporkan Mbak Alea." "Saya pikir cukup lelaki bernama Ronald itu yang ditangkap, Pak," bela Alea. "Maaf, Mbak Alea. Kami perlu membawa Saudara Irsyad. Sebab dia juga berada di hotel yang sama malam itu." "Apa?!" pekik Alea. "Tenanglah Alea, ini pasti salah paham. Baik, saya akan ikut ke kantor." "Tapi, Syad. Acaranya?" Syifa menagih jawab atas pertanyaan yang sudah bisa ia tebak jawabannya. "Pak, kalau boleh Irsyad datang ke kantor polisi setelah acara akad nikah selesai," bujuk Zein. "Maaf, kami harus membawa saudara Irsyad sekarang juga." Zein tersentak, pun Syifa tidak bisa menahan air mata. Acara sakral putrinya mendadak kacau. Ini tentu tidak masuk dalam perkiraannya. Ia sungguh kasian pada Alea yang mendapat masalah bertubi. "Jangan khawatir Mas, Fa. Aku akan baik-baik saja. Setelah urusan dengan polisi selesai, ak

  • Bertukar Akad: Menikahi Adik Ipar Sendiri   S3 Bab 35

    S3 Bab 35 Seminggu berlalu, Irsyad sudah menyelesaikan persiapan akad nikah bersama Alea. Sesuai kesepakatan, keduanya tidak menceritakan pada Syifa dan Zein kalau pernikahan ini dijalani serius. "Om kebayanya bagus, nggak? Udah pas belum?" tanya Alea dengan wajah tak henti-hentinya mengulas senyum. Ia terkadang geli sendiri. Hubungan yang baru mau dibangun dengan Damar kandas, ternyata tergantikan oleh sosok lelaki dewasa yang tidak jauh-jauh dari kehidupannya. "Jelas, cocok, Al. Yang makai juga cantik kok, iya kan, Mbak?" celetuk Irsyad pada petugas butik yang melayani. "Iya, Mbak Alea cantik. Apalagi memakai kebayanya, pas banget deh." "Ishh, Mbak bisa aja." Senyum kembali terukir di bibir Alea sambil memandang sekilas Irsyad yang mengambil jas lalu memakainya. "Sini, Al!" Irsyad melambaikan tangan supaya Alea berdiri di sampingnya. Keduanya berdiri di depan cermin. "Serasi banget, Om," ujar Alea. Namun, senyum Irsyad tiba-tiba surut. Lelaki itu mendekat ke telinga Alea hingg

  • Bertukar Akad: Menikahi Adik Ipar Sendiri   S3 Bab 34

    S3 Bab 34 "Al, boleh Us ngobrol sebentar?" tanya Silvi dengan wajah serius. Ia membiarkan Maryam menikmati es krimnya di kursi tak jauh dari keduanya duduk. "Ya, Us." Alea merasa sedikit salah tingkah. Ia menduga Silvi akan bertanya tentang Omnya. "Apa benar Mas Irsyad mau menikahimu?" "Us Silvi sudah tahu?" tanya Alea. Jelas ia hanya berbasa basi. Pastilah Irsyad sudah memberitahu. Sebab sebelumnya Irsyad berencana melamar Silvi. "Mas Irsyad yang ngasih tahu. Sebenarnya Abi sudah berharap Mas Irsyad melamar Us, Al. Maryam juga seneng banget bisa punya ayah baru, tapi...." Ucapan Silvi menggantung saat ponsel Alea tiba-tiba berdering. "Maaf Us sebentar." "Iya benar, tas selempang warna krem." "Gimana, tadi Us? Maaf ada yang menyela," celetuk Alea sambil meletakkan ponselnya ke meja. "Kalian benar-benar akan menikah?" tanya Silvi dengan wajah sendu. "Kamu kan tahu Al, Mas Irsyad baru mau memulai lagi hubungan baik dengan Us. Abi juga sudah menerimanya. Kenapa dia harus merelak

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status