Yuriana akhirnya datang menemui Tuan Besar di ruangan kerjanya. Dalam hati, wanita itu bertanya-tanya, untuk apa Tuan Besar Oberon tiba-tiba meminta menemuinya? Namun, dia menghiraukannya, karena wanita itu juga ingin menyampaikan keinginannya untuk keluar dari rumah itu.
“Tuan, sebelum Anda menyampaikan sesuatu, bolehkah saya menyampaikan sesuatu?” tanya Yuriana setelah membungkuk untuk memberikan salam kepada mertuanya yang angkuh itu.“Ada apa? Katakan saja apa maumu,” ucap Tuan Besar dengan tatapan datarnya melihat Yuriana berdiri sopan di depannya.“Tolong izinkan saya keluar dari rumah ini, Tuan.”Meski takut melihat Tuan Besar yang selalu berekspresi dingin, Yuriana tidak menundukkan pandangan matanya. Sebagai orang yang sudah diajarkan sopan santun, dia harus menatap orang yang sedang diajaknya berbicara untuk menghargainya.“Keluar dari rumah ini? Kenapa?” Tuan Besar sedikit kaget mendengar permintaan Yuriana. Dia mengerutkan keningnya, penasaran dengan permintaan cucu menantunya itu.“Saya sudah menikah dan menjadi istri Erland. Harusnya saya berada di sisi suami saya. Apalagi Erland sakit-sakitan dan butuh bantuan orang untuk melayaninya. Sebagai seorang istri, saya harus mengurus suami saya sendiri. Rasanya tidak pantas kalau saya tetap di sini, sedangkan suami saya yang membutuhkan saya, malah dibantu oleh seorang perawat.”Selama ini, Yuriana memang beranggapan bahwa Erland dirawat oleh seorang perawat. Jadi menurutnya dia harus menggantikan perawat itu untuk mengurus Erland yang tidak bisa melakukan apapun.“Aku tidak menyangka kalau kau ingin mengurus suamimu yang penyakitan itu setelah kekacauan di hari pernikahan kalian.” Tuan Besar tampak senang pada Yuriana yang bersedia mengikuti suaminya. Dia pun merasa bahwa cucunya mendapatkan berkah yang baik untuk masa depannya karena menikahi perempuan yang mau mengurusnya.“Jadi, apa Tuan Besar mengizinkan?” desak Yuriana yang tetap bicara sopan.“Dengar Yuriana, walau aku senang karena kau mau mengurus Erland tapi kenyataannya, aku tidak bisa membiarkanmu keluar dari rumah ini.”“Saya sungguh peduli pada suami saya,” ucap Yuriana memohon.“Kalau begitu, sekalian saja aku sampaikan tujuanku memanggilmu,” ucap Tuan Besar Oberon, menatapnya dingin, “ jika kau benar peduli pada suamimu, lebih baik kau buat dia datang ke pesta ulang tahun perusahaan Oberon. Kalau suamimu datang ke pesta itu, aku akan pertimbangkan permintaan mu.”Yuriana diam dengan sedikit menundukkan wajahnya. Dia bingung bagaimana caranya dia membawa Erland? Dia saja tidak pernah bertemu dengan Erland. Bahkan, wanita itu tak mengetahui keberadaan suaminya itu.“Pikirkan baik-baik. Sekarang, kau bisa keluar.” titah Tuan Besar, tangannya mengayun, meminta Yuriana untuk segera pergi.Yuriana terpaksa keluar dari kamar Tuan Besar. Di luar, dia berdiri sembari memikirkan ucapan Tuan Besar. ‘Apa yang harus kulakukan?’Sungguh nasib sial. Niatnya ingin meninggalkan rumah ini. Yuriana malah membuat dirinya semakin kesulitan. Pria yang tidak pernah menginjakkan kakinya selama dua puluh tahun di rumah ini, harus dia bawa kembali.Setelah berada di kamar, Yuriana mengirim pesan pada pria yang mengaku asisten suaminya. Untungnya dia meminta nomor ponsel pria itu sebelum pria itu meninggalkan pesta kemarin.(“Tuan Erka, tolong sampaikan pada suamiku untuk datang ke pesta Perusahaan Keluarga Oberon. Ini permintaan Tuan Besar. Kalau dia tidak datang, aku akan dapat masalah.”)"Dapat masalah?" Erland yang sedang dalam perjalanan pulang, tampak penasaran setelah membaca pesan dari Yuriana. Dia ingin bicara secara langsung dengan Yuriana mengenai pesan itu hingga meminta Paman Hans memutar mobilnya ke Mansion Oberon.Sementara Yuriana yang baru istirahat sebentar, tiba-tiba dapat pesan dari ibunya. Dia buru-buru keluar untuk menemui ibunya yang menunggu di depan rumah.“Kenapa ibu tidak masuk ke dalam?" tanya Yuriana ketika melewati pagar rumah.Nyonya Sanjaya tidak menjawab. Beliau malah menampar wajah Yuriana. Yuriana terkejut. Dia hanya memegang pipi bekas tamparannya sembari menatap ibunya. “Ibu menampar Yuria?”“Ya. Karena ibu dengar, kamu tidak ingin meninggalkan rumah Oberon. Padahal suamimu tidak ada di sana.”“Aku sudah ...”“Yuriana, ibu harus katakan padamu dengan jelas. Suamimu bukan pewaris Keluarga Oberon. Jadi, posisi menantu utama pun tidak bisa kau dapatkan! Yang pantas memiliki posisi itu adalah Yusita karena Emran pewaris utama Keluarga Oberon yang diakui tetua Oberon. Jadi harusnya kau pergi dari sana!”“Aku sudah minta izin pada Tuan Besar untuk keluar dari rumah itu tapi Tuan Besar tidak mengizinkan Yuri untuk pergi. Beliau orang yang punya kuasa di rumah itu. Yuria tidak berani menentangnya.” Yuriana mencoba menjelaskan keadaannya pada ibunya agar sang ibu memahaminya meski dia tahu bahwa ibunya akan tetap memaksanya keluar dari rumah itu.“Yuriana, apa kamu lupa semua yang kami lakukan untukmu? Kami mengadopsimu dan membesarkanmu seperti sekarang. Selama ini, kamu tidak melakukan apapun di keluarga ini selain tinggal di rumah ini. Bahkan suamiku menyekolahkanmu di sekolah tinggi tanpa meminta balasan padamu. Jadi, harusnya kau membalas setiap kebaikan kami!”Yuriana tercengang mendengar Nyonya Sanjaya yang membahas kebaikannya selama ini seolah Nyonya Sanjaya tidak mengingat pengorbanan Yuriana yang selalu mengalah pada Yusita sejak mereka kecil hingga dewasa. Termasuk merelakan calon suaminya untuk Yusita. Mungkin bagi Nyonya Sanjaya, itu bukanlah pengorbanan tapi kewajiban yang harus dia lakukan untuk keluarga ini.“Yuria tidak pernah lupa semua kebaikan ibu dan ayah pada Yuria. Itu sebabnya, Yuria tidak pernah sekalipun menolak keinginan ibu dan ayah. Bahkan Yuria tidak menyimpan dendam pada Yusita walau Yusita selingkuh dengan Emran. Yuria menerima semuanya Bu.”Plak!Tamparan keras kembali mendarat dipipi Yuriana. Nyonya Sanjaya tidak senang mendengar Yuriana menyebut Yusita berselingkuh dengan Emran serta menyebut Yusita sengaja menjebak Emran hingga dia menampar Yuriana.“Berani sekali kamu menghina adikmu, Yuri. Kau harus tahu, Yusita dan Emran saling mencintai. Mereka berdua hanya berusaha memperjuangkan cinta mereka. Tapi kamu malah menghina Yusita dengan menyebutnya berselingkuh dengan Emran. Tidak tahu diri kamu!” Nyonya Sanjaya mengoceh sembari menunjuk-nunjuk wajah Yuriana.Yuriana tidak bisa menahan kesedihannya karena ucapan kasar Nyonya Sanjaya. Ditambah dua tamparan yang diterimanya sungguh menyakiti hatinya hingga akhirnya dia menangis tapi dia berusaha tidak mengeluarkan suaranya di depan Nyonya Sanjaya.“Pokoknya kamu harus meninggalkan rumah Oberon. Lakukan apapun agar bisa keluar dari sana. Aku tidak mau dengar alasanmu lagi Yuriana.”Yuriana diam saja karena tidak bisa menjanjikan hal itu di saat Tuan Besar Oberon melarangnya untuk keluar dari rumah itu meski dia pun ingin sekali pergi. Bahkan ketika Nyonya Sanjaya naik kembali ke mobilnya dan melajukan mobilnya pergi, Yuriana masih diam menunduk di tempatnya.‘Ternyata pernikahan ini belum bisa membuatku lepas dari kendali ibu.’ Yuriana berpikir bahwa dengan menerima perjodohannya dengan Keluarga Oberon serta menerima pernikahannya yang tertukar, akan melepaskannya dari jeratan ibunya yang sejak kecil membelenggunya. Namun ternyata, pernikahan itu tidak ada gunanya. Dia masih saja dalam tekanan ibu angkatnya.Tanpa diduga, Erland melihat semua perlakuan buruk Nyonya Sanjaya pada Yuriana. Bahkan dia melihat Yuriana menangis. 'Apa selama ini dia menerima perlakuan kasar dari orang tuanya?'"Apa tuan jadi menemui Nyonya Muda?" tanya Paman Hans."Tidak. Kita kembali saja. Aku akan menemuinya besok malam di pesta Oberon.""Tapi undangannya sudah saya buang tuan."Sebelumnya, Tuan Besar Oberon mengirim undangan pada setiap perusahaan besar untuk datang ke pesta ulang tahun perusahaannya. Termasuk Perusahaan Star King. Namun Erland menolak undangan itu dan menyuruh Paman Hans membuangnya karena tidak tertarik untuk datang. Setelah membaca pesan Yuriana, dia seketika berubah pikiran.“Kalau begitu, aku akan datang sebagai Erland Oberon seperti yang diinginkan Yuriana.”Tiga hari kemudian, Yuriana akhirnya sadar. Erland dan yang lainnya tentu senang melihat Yuriana sudah sadarkan diri. Namun Yuriana masih belum bisa banyak bicara. Jika ditanya atau diajak bicara oleh dokter, Yuriana hanya mengangguk atau menjawab singkat saja. "Aku senang bisa lihat kamu sadar kembali Yuri. Kau tahu, kau sudah buat aku takut. Aku pikir, aku akan kehilanganmu." Tanpa sadar Erland mengeluarkan air matanya, dan itu adalah air mata bahagia. Perlahan, Yuriana mengulurkan tangannya ke wajah Erland lalu menghapus air mata suaminya di sana. Senyuman diwajahnya pun tampak begitu jelas. Erland menangkap tangan istrinya itu dan menempelkannya ke pipinya. "Yuriana, setelah kamu mengalami hal seperti ini, aku sadar bahwa kamu ternyata segalanya untukku. Aku mencintaimu Yuriana!" Yuriana terkejut. Baru sadar, ia tiba-tiba dapat pengakuan cinta dari Erland. "Mencintaiku?" Erland mengangguk. "Ya. Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu." "Erland, sebenarnya. Aku hamil." Erlan
Erland berlari di lorong rumah sakit menuju ruang IGD setelah mendengar kabar kecelakaan Yuriana dari pihak rumah sakit. Sesaat lalu, beberapa orang menemukan mobil mereka terbalik di jalan dan mereka membawa Yuriana dan Yusita ke rumah sakit. Erland kini berada di depan ruang IGD. Di saat yang sama, dokter keluar sembari mendorong keluar brankar. Di sana ada Yuriana yang berlumuran darah. Masker oksigen sudah dipasang dan selang infus pun sudah menempel dilengannya. Di belakang brankar Yuriana, ada brankar Yusita. Keduanya sama-sama dalam kondisi kritis. Erland tentu sangat khawatir melihat kondisi istrinya. Tubuhnya seketika menjadi lemas melihat kondisi Yuriana yang tak berdaya. "Dokter, saya suami dari pasien Yuriana!" "Nona Yuriana akan dibawa ke ruang operasi. Kami akan mengoperasinya. Tuan silahkan mengurus administrasinya saja," jelas dokter itu."Baik Dok."Kedua brankar itu kembali didorong oleh dokter. Di saat itu, Nyonya Sanjaya, Tuan Sanjaya dan Miss Arabella datang. M
"Kau baik-baik saja kan, Yuriana?" tanya Erland tampak khawatir melihat ekspresi wajah Yuriana yang pucat. "Aku baik. Cuma agak pusing aja sih," jawab Yuriana sembari memegang pelipisnya. "Oke, kamu istirahat dulu. Biar besok kamu merasa lebih baik saat kita meninggalkan tempat ini." Yuriana mengangguk. Lalu ia mengikuti Erland ke tempat tidur. Esok harinya, Yuriana dan Erland meninggalkan tempat itu. Mereka menuju bandara untuk kembali ke Indonesia. Selama berjam-jam di pesawat, mereka akhirnya sampai di Indonesia. Di depan bandara itu, sudah ada bawahan Erland yang menunggu. Erland dan Yuriana segera masuk ke mobil lalu mobil itu melaju meninggalkan bandara menuju Kediaman Oberon. Sampai di rumah, mereka malah mendengar keributan di dalam rumah. Erland dan Yuriana segera melangkah ke ruang kerja Tuan Oberon, di mana asal suara itu terdengar. Pintu terbuka lebar hingga Erland dan Yuriana bisa masuk. Mereka berdua melihat Tuan Oberon membentak Emran dan di sana ada Emran, Nyonya
Pada akhirnya, Yuriana memakai baju kaos dan celana jeans pilihan Erland. Bibirnya cemberut karena tidak menyukainya. Perempuan itu ingin memakai pakaian seksi seperti perempuan seksi yang ada di negara ini tapi keinginannya itu malah ditentang oleh Erland. Erland sendiri malah tersenyum melihat Yuriana cemberut, bahkan ia mencubit pipi Yuriana yang sedang menunjukkan ekspresi kesal."Bu Karin dan yang lainnya pasti akan menertawakanku karena memakai baju biasa. Padahal, ini adalah pesta karena kita berhasil tugas dari perusahaan dan aku dapat penghargaan sebagai desainer terbaik.""Kalau kau mau mengumumkan di depan semua orang kalau kau adalah Nyonya Erland, aku akan menuruti semua keinginanmu. Termasuk memakai apapun yang kamu sukai," ucap Erland yang membuat Yuriana bungkam."Aku pasti akan mengatakannya nanti. Tunggu aja tanggal mainnya." Yuriana masih belum siap untuk mengatakan statusnya di depan rekan kerjanya. Ia butuh persiapan untuk melakukannya agar dirinya pun tidak disal
Yuriana sudah sampai di lokasi restoran yang disebutkan Erland. Namun, ia tidak masuk ke dalam. Yuriana malah mengambil tempat di luar restoran agar ia bisa tahu jika suaminya nanti datang. Terlebih, baginya menyenangkan duduk makan di sana sembari memperhatikan orang lalu lalang di depan restoran. Pemandangan di sana cukup bagus dinikmati sambil makan siang.Tak lama duduk di sana, akhirnya Erland datang. Mata Yuriana yang tadinya memperhatikan orang-orang lalu lalang, kini memperhatikan Erland yang melangkah masuk.“Land, di sini!” Yuriana segera menaikkan tangannya, melambai ke arah Erland yang tidak melihatnya.Erland yang mendengar namanya dipanggil, menoleh ke asal suara. Dengan segera, Erland melangkah mendekati Yuriana yang tersenyum ke arahnya.“Kenapa kamu duduk di sini? Kenapa tidak ambil tempat di dalam ruangan?” tanya Erland penasaran. Pria itu tidak duduk di kursi melainkan berdiri di depan Yuriana.“Nungguin kamu. Aku juga belum pesan apa-apa kok. Aku tunggu kamu datang
Hari ini adalah hari di mana diadakan fashion week.Yuriana selaku penyelenggara acara bersama Bu Karin dan rekan lainnya, sudah ada di lokasi acara. Mereka yang mengatur acara ini memang harus hadir lebih awal untuk mengatur para model yang secara bergantian memperkenalkan pakaian dari Star King. "Yuriana, pokoknya hari ini harus berjalan lancar. Jadi, kamu harus fokus dengan tugasmu!" tegas Bu Karin yang kembali mengingatkan Yuriana. "Baik Bu Karin." Selama dua jam, acara itu berjalan lancar. Tidak ada keluhan atau masalah lain. Apalagi ketika para desainer pakaian itu naik menunjukkan dirinya. Yuriana dan rekan-rekannya pun dipuji oleh Bu Karin yang berhasil menyukseskan acara hari ini. "Hari ini peragaan busananya berjalan baik. Saya bangga pada kalian semua. Nah, besok acara Jewelry Week. Itu acara yang sangat penting untuk kita. Terutama untuk Yuriana dan Mila yang berkesempatan menjadi desainer perhiasan untuk beberapa perhiasan baru kita. Kalian harus lebih semangat, dan le