Alecas (jiwa Alexa dalam tubuh Lucas) LuXa (jiwa Lucas dalam tubuh Alexa) ---- “Kenapa harus memakainya sih?” LuXa menggerutu, merasa sesak di dadanya saat Alecas mengaitkan tali bra di punggungnya. “Semalaman kau tidak memakainya, kenapa sekarang harus memakainya?” “Kau tidak perlu tahu.” “Aku bertanya Alexa. Apa bedanya menggunakan bra dan tidak menggunakan bra? Dadamu masih tetap menggantung di tempatnya.” “Berhenti bicara mesum.” “Mesum?” LuXa menyerigai jahat. “Seperti ini?” luXa meremas dadanya dengan keras. Alecas diam ternganga kaget sekaligus marah, sangat di sayangkannya Alecas merasa tidak begitu tega bila harus memarahi wajahnya miliknya sendiri. Melihat keterdiaman Alecas, LuXa langsung tersenyum dan kembali meremas dadanya lagi. Plak Alecas memukul tangan LuXa dengan keras. “Diam Lucas. Kau pria brengsek,” maki Alecas terlihat marah. “Kau tidak perlu marah Alexa. Yang menyentuh dadamu kan, tanganmu sendiri,” jawab luXa dengan enteng. Alecas mendengus kesal,
Alexa membawa Lucas pergi ke sebuah rumah seseorang yang sempat Alexa ceritakan bahwa itu adalah rumah seorang dokter, sekaligus sahabat Alexa. Lucas tidak protes dengan keputusan Alexa membawanya kembali keseorang dokter, meski sesungguhnya, jauh di dalam lubuk hatinya Lucas, pria itu begitu ragu dan yakin bahwa kenalan Alexa sama sekali tidak dapat membantunya. “Satu jam lagi aku akan ada pertemuan penting, untuk kali ini saja aku mengalah padamu,” Lucas menutup pintu mobilnya dengan sebuah bantingan. “Sebaiknya kau diam saja Lucas,” jawab Alexa. Lucas segera mengikuti ke mana arah Alexa pergi. Kedatangan Lucas dengan Alexa disambut oleh seorang assistant rumah tangga yang langsung mengarahkan mereka masuk dalam rumah untuk menunggu sang tuan rumah. Lama mereka menunggu, kesabaran Lucas yang semula cukup luas, berubah hilang tanpa sisa dan berganti menjadi segumpal kekesalan yang begitu kuat. Lucas merasa terhina, dia dan Alexa datang jauh-jauh, mereka sudah duduk selama sat
Ucapan Armin kembali berhasil membuat Lucas mematung kaget hingga tidak dapat berkata-kata. Armin, pria itu lebih tahu banyak hal tentang Lucas, bahkan kejadian yang pernah terjadi di masa lalu. Terasa sangat tidak masuk akal dan juga mustahil jika Armin mengetahui segalanya tanpa sebab, pria itu bukanlah cenayang, dia adalah seorang dokter yang seharusnya menggunakan ilmu medisnya dalam mengungkap masalah. Lucas harus bertindak hati-hati, mungkin kali ini Alexa membawanya pergi ke orang yang tepat. “Jika kau mengetahuinya. Katakan, apa yang akan terjadi?” Suara lucas merendah, pria itu menjadi sedikit lembut dan menyimpan taringnya. Armin segera melihat Alexa dan tersenyum ringan. “Lex, bisakah kamu menunggu di atas?” Alexa menggeleng pelan. “Kenapa? Aku juga ingin tahu, aku kan terlibat disini.” “Ini sesuatu yang penting. Lebih tepatnya, aku harus membicarakan masalah pribadi Tuan Lucas lebih dulu,” jawab Armin dnegan penjelasan singkatnya. Alexa terdiam dan menatap Armin ra
“Kalian terlihat dekat,” Lucas mengomentari kedekatan Alexa dengan Armin yang terlihat akrab satu sama lainnya. Ini untuk pertama kalinya Lucas melihat Alexa tampak bahagia dan bersikap begitu tenang saat berbicara. “Armin sahabatku, kita saling mengenal sejak aku masih sekolah dasar.” “Apa dia begitu hebat.” Sorot mata Alexa yang berkilauan itu sedikit meredup gelap, gadis itu tersenyum lebar, namun matanya menunjukan sesuatu yang terlihat menyedihkan. “Kau akan melihatnya nanti. Kau bisa mengandalkannya, dia salah satu orang yang paling baik yang kukenal.” Lucas mendengus geli, pria itu tidak tahu seberapa dalam hubungan Alexa dengan Armin. Namun, dari cara Armin yang mempedulikan Alexa, bisa dikatakan Armin adalah sosok teman yang baik untuk Alexa. “Kita akan pergi ke kantorku dulu. Ada banyak hal-hal dasar yang perlu kau pelajari dalam pekerjaanku untuk berjaga-jaga, aku tidak tahu kapan tubuh kita akan kembali tertukar dan seberapa lama kita akan terjebak.” “Kepalaku pusing
Alexa tersenyum lebar tampak bahagia bisa berjalan-jalan di sebuah pusat perbelanjaan setelah hampir satu bulan ini hanya mengandalkan uang hasil bekerjanya sebagai model dan bantuan Devon. Connor menghentikan keuangan Alexa dengan membekukan kartunya usai mengetahui jika Alexa masih sering bertemu dengan Devon. Pembekuan kartu Alexa adalah sebuah bentuk dari hukuman Connor karena Alexa tidak mau mendengarkan keinginannya. Beruntung Alexa memiliki wajah cantik dan tubuh yang bagus, setidaknya dalam satu minggu sekali dia mendapatkan kesempatan dalam pemotretan meski hanya untuk majalah-majalah local. Kini, berkat Lucas Alexa merasa bahagia karena bisa pergi makan makanan favoritnya, membeli beberapa aksesoris idolanya. “Sayang, apakah ini tidak berlebihan?” Tanya Devon sambil menggaruk tengkuknya terlihat sedikit tidak nyaman. Alexa mengangkat wajahnya, mengalihkan perhatiannya dari kalung berlian yang baru dia beli dengan uang Lucas. “Kenapa Dev?” tanya Alexa. “Kalung itu san
“Kenapa berubah pikiran begitu cepat?” tanya Lucas curiga. Alexa menggeleng tidak bisa menjelaskan. Lucas meraih dagu Alexa dan mengangkat wajahnya agar keduanya saling menatap. Sudut bibir Lucas terangkat membentuk senyuman sinisnya. “Kenapa Alexa? Melukai harga dirimu lagi?” “Itu bukan uangku.” “Seharusnya kau berpikir itu jauh sebelum menggunakan kartuku.” “Aku belum menyadarinya, tapi sekarang aku sud_” Suara Alexa menghilang di udara, bibirnya sudah berada di bibir Lucas, Lucas menarik pinggang Alexa, merengkuh tubuh gadis itu begitu kuat. Karena terlalu sering berciuman dengan Lucas, hal ini membuat Alexa sempat membalasnya. Alexa Lupa jika sekarang tubuh mereka tidak tertukar. Lucas mengerang dengan suara yang dalam, rengkuhan pelukannya bergerak turun ke bokong Alexa dan masuk ke balik gaun gadis itu. Lucas sangat ingin menyentuhnya lebih jauh. Sentuhan Lucas yang berani membuat Alexa mulai tersadar, refleks gadis itu mendorong dada Lucas dan lepas dari pelukannya. Al
Alecas (jiwa Alexa dalam tubuh Lucas) LuXa (jiwa Lucas dalam tubuh Alexa) ----- Gemercing suara lonceng terdengar begitu pintu dibuka. Sebuah bayangan seseorang terlihat, derap langkah sepatu bergerak pelan menyusuri sebuah lantai ubin usang yang kini di hiasi darah segar. Langkah itu terhenti di antara darah yang bercucuran. Pemilik bayangan itu adalah Joe, pria tua yang telah Lucas bunuh di restaurantnya sendiri. Joe berdiri dengan wajah pucat terhiasi geratan hitam dengan lubang di dada yang masih menganga, menjatuhkan darah segar yang terus mengotori lantai. Joe tidak berkedip, matanya hitam pekat tanpa berkedip. Di hadapan Joe ada Lucas yang kini berdiri dengan belati di tangannya. Pria itu diam, mulut dan tubuhnya diam terkunci tidak bisa bergerak sedikitpun. Sekuat tenaga Lucas ingin mengangkat bibirnya dan bersuara, tapi ada sesuatu yang menahannya dengan kuat. Keheningan singkat yang tercipta di antara mereka mulai berubah. Gemercing suara lonceng di pintu kembal
Alecas (jiwa Alexa dalam tubuh Lucas) LuXa (jiwa Lucas dalam tubuh Alexa) ----- “Sudah,” ucap Alecas dengan ketus. Gadis menarik celananya ke atas dengan cepat, lalu mencuci tangan. “Lucas, kau tidak boleh menyentuh milikku, mengerti?” “Aku sudah melakukan banyak hal dengan tubuhmu Alexa. Jadi berhenti bersikap seperti orang suci.” “A-apa makudmu? Kau melakukan apa?” Alecas tergagap. LuXa tersenyum sinis, tanpa ragu dia menurunkan gaun tidur bagian atasnya. “Seperti ini” LuXa meremas payudara Alexa yang terbuka. Alecas berteriak menjerit. “Dasar cabul! Brengsek! Berhenti Lucas!” Alecas langsung memeluk tubuh LuXa, dia menarik tangan LuXa agar menjauh dari payudaranya. “Ouwwhh” suara Caroline dan William terdengar, mereka berdiri di ambang pintu toilet yang sejak tadi terbuka lebar. Kedua orang tua Lucas menganga, mereka tampak begitu kaget karena melihat Lucas memegang payudara Alexa dengan gaun acak-acakan. Alecas segera memeluk tubuh LuXa dengan erat, gadis itu berkaca-kac