"Dilaporkan bahwa akan terjadi badai dari arah barat menuju ke arah Swedia dengan kecepatan sekitar 20 km/jam. Diperkirakan badai ini akan melintas dalam kurun waktu satu hari. Pemerintah menghimbau agar masyarakat pergi ke tampat yang aman demi keselamatan masing-masing dan berlindung di ruangan bawah tanah."
"Ini tidak bagus." Isla mencebikkan bibirnya. Maria yang duduk tepat di sebelahnya hanya memandangi layar TV sebelum akhirnya wanita itu membuang napasnya pelan.
"Ingat, Isla. Jangan pergi ke mana pun mulai nanti malam dan tetaplah berada di rumah. Kita akan berlindung di ruang bawah tanah," ujar Maria.
Isla mendengkus pelan, "Aku benci musim panas kali ini. Kita bahkan seperti tak diizinkan liburan di pertengahan tahun ini. Padahal tahun-tahun sebelumnya tak pernah seperti ini," ujarnya.
"Mungkin jika besok pagi badai itu benar-benar akan mengamuk saat sampai di negeri ini, semua sekolah kemungkinan akan diliburkan." Maria membawa gelas-gelas
Isla memasuki ruangan kelasnya dengan langkah yang tergesa dan di dalam ruangan itu ternyata Teresa sudah bersiap menyambutnya. Sahabatnya itu sudah bersiap berlari menghampiri Isla dan memeluknya dengan erat namun tubuh Teresa justru membeku di detik berikutnya."Isla, kau—""Hm? Ada apa?" Gerakan kedua kaki milik Isla pun memelan secara perlahan dan menatap Teresa dengan pandangan yang sulit diartikan."Siapa ... " Teresa yang masih terbengong-bengong itu pun berjalan mendekati Isla secara perlahan dan kedua tangannya terangkat, memegang kedua sisi wajah Isla dan menatap gadis itu dalam jarak yang dekat. "Siapa yang melakukan ini, Isla?" ujar Teresa.Ucapan Teresa itu lalu membuat orang-orang yang ada di kelas menoleh dan mereka terkejut melihat keadaan Isla. Memang terlihat tak begitu parah, namun wajah gadis itu terlihat tergores oleh sesuatu di beberapa bagian dan kedua kakinya juga terlihat terdapat beberapa lecet."Ah
Kedua mata Isla terbuka dan gadis itu langsung mendudukkan tubuhnya dengan napas yang tersengal. Namun hal pertama yang dilihat Isla begitu ia membuka kedua matanya adalah gelap. Hanya ada setitik cahaya kecil yang berasal dari lilin yang mungkin sebelumnya telah dinyalakan oleh ibunya yang diletakkan di atas nakas tepat di sebelah tempat tidur milik gadis itu.Isla lalu bangun dari posisinya dan ia membuka tirai jendela kamarnya yang sudah ditutup. Kedua matanya membulat saat mendapati kalau keadaan di seluruh kota juga semuanya padam, tak ada satu pun rumah yang listriknya menyala.Apa yang terjadi?Dengan segera Isla keluar dari kamarnya dan menuruni satu per satu anak tangga."Ibu, kenapa semuanya gelap sekali?" tanya Isla. Gadis itu berjalan menghampiri ibunya yang tengah duduk di sebuah sofa yang terletak di depan perapian yang terasa begitu hangat dan menenangkan."Entahlah, ibu juga tak tahu ada apa. Beberapa waktu
Gerbang segera ditutup oleh penjaga tidak lama setelah Isla berlari melewatinya. Gadis itu segera berlari memasuki lobi sekolahnya namun tepat sebelum ia benar-benar masuk, entah kenapa tiba-tiba kedua kaki milik gadis itu tiba-tiba saja berhenti dengan sendirinya bahkan tanpa ia perintah."Kenapa perasaanku tiba-tiba tak enak?" gumam Isla. Kedua kakinya perlahan bergerak mundur, namun suara penjaga sekolah yang berada tidak jauh di belakangnya itu membuatnya terkesiap pelan."Apa yang kau lakukan di situ? Kenapa diam saja? Bel jam pertama sudah mau berbunyi jadi cepatlah masuk!" ujar sang penjaga sekolah. Hal itu membuat Isla segera memasuki lobi sekolahnya. Namun di sepanjang koridor perasaannya mendadak begitu tak tenang entah kenapa, padahal tadi ia masih merasa baik-baik saja saat sampai di sana. Kedua kakinya berlari melewati koridor dan menaiki satu per satu anak tangga menuju kelasnya hingga gadis itu benar-benar sampai di sana.T
Kedua lutut Maria seketika langsung terasa lemas sesaat setelah Teresa dan Alex mengantarkan tas milik Isla pulang ke rumah. Kedua remaja itu tampak begitu sedih atas apa yang terjadi kemarin dan terutama Teresa, yang merupakan orang terakhir yang bersama dengan Isla. Gadis itu benar-benar merasa menyesal karena sudah membiarkan Isla pergi sendirian kemarin, padahal dia sendiri harusnya menemani gadis itu dan memastikan kalau sahabatnya itu benar-benar berada di dalam ruang kesehatan dengan aman. Bahkan hingga hari ini, Maria masih tak bisa menenangkan dirinya sendiri. Beberapa minggu terakhir Isla memang cukup mengalami hal seperti ini dan menghilang secara tiba-tiba tapi hal itu tetap saja membuat Maria dilanda rasa cemas yang begitu luar biasa dan juga bahkan ia tak bisa makan dengan benar dan bahkan untuk masak saja ia rasanya enggan, karena di dalam kepalanya wanita itu hanya memikirkan keselamatan putrinya yang sekarang entah sedang berada di mana dan dengan siap
Kedua lutut Maria seketika langsung terasa lemas sesaat setelah Teresa dan Alex mengantarkan tas milik Isla pulang ke rumah. Kedua remaja itu tampak begitu sedih atas apa yang terjadi kemarin dan terutama Teresa, yang merupakan orang terakhir yang bersama dengan Isla. Gadis itu benar-benar merasa menyesal karena sudah membiarkan Isla pergi sendirian kemarin, padahal dia sendiri harusnya menemani gadis itu dan memastikan kalau sahabatnya itu benar-benar berada di dalam ruang kesehatan dengan aman.Bahkan hingga hari ini, Maria masih tak bisa menenangkan dirinya sendiri. Beberapa minggu terakhir Isla memang cukup mengalami hal seperti ini dan menghilang secara tiba-tiba tapi hal itu tetap saja membuat Maria dilanda rasa cemas yang begitu luar biasa dan juga bahkan ia tak bisa makan dengan benar dan bahkan untuk masak saja ia rasanya enggan, karena di dalam kepalanya wanita itu hanya memikirkan keselamatan putrinya yang sekarang entah sedang berada di mana dan dengan siapa
Beberapa pohon yang ada disekitar hutan secara tiba-tiba terpotong hingga menjadi dua bagian. Rhys beruntung karena berhasil menghindari itu karena jika tidak, maka tubuhnya akan ikut terpotong sama halnya seperti pohon-pohon itu. Rhys seketika memberhentikan laju kakinya dan pria itu menoleh ke belakang."Kau masih mencari keberadaan gadis itu?" Seseorang muncul tidak lama setelahnya.Rhys menatap Aric yang posisinya berada tak jauh darinya. Rhys tak langsung menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh pria itu."Astaga, Rhys. Kau ini benar-benar khawatir padanya, ya? Mau sampai kapan, hm?" tanya Aric. Pria itu bertanya dengan nada yang mencibir."Aku sedang tak ingin melawanmu. Jadi jika kau memang sedang mencari keberadaan Tao, maka pergilah," ujar Rhys kemudian."Hei, tidakkah kau mau bergabung dengan kami, Rhys?" ujar Aric. "Bukankah sekarang ini tujuan kita memang sama? Kau juga saat ini sedang mencari keberadaan Isla dan juga
Telah dipilih dua belas orang sebagai para pelindung Betelgeuse dari segala ancaman baik itu berasal dari faktor luar atau pun dalam. Ke dua belas para prajurit itu memiliki masing-masing dengan kekuatan yang berbeda-beda, namun tugas mereka adalah sama. Selain bertarung sendirian, mereka juga harus dituntut mampu bekerja sama dalam tim karena itulah yang terpenting.Memanglah benar adanya, kalau setiap bintang memiliki sebuah reaksi fusi nuklir yang berada di dalam intinya dan reaksi fusi nuklir itu sendiri akan berlangsung selama jutaan, milyaran tahun atau bahkan lebih dari itu selama kandungan dari hidrogen dan helium yang merupakan salah beberapa komponen penting itu masih ada. Jika unsur-unsur yang membangun reaksi fusi nuklir itu menipis, maka hal itu juga akan mempengaruhi terhadap bintangnya.Para manusia meneliti setiap bintang dan benda-benda angkasa lainnya kurang lebih seperti itu. Namun di Betelgeuse, reaksi fusi nuklir itu tak berarti apa-apa dan b
"Isla, saat besar nanti, kau harus selalu menolong teman-temanmu yang sedang kesulitan, ya?" Seorang pria yang berusia sekitar empat puluh tahun itu berujar dengan nada yang begitu lembut. Suaranya yang khas selalu menjadi favorit Isla kala itu, bahkan hingga detik ini gadis itu masih memfavoritkannya."Kenapa, Ayah?" Gadis kecil dengan jepit rambut yang berbentuk bunga itu berujar."Jika kau ingin memiliki teman dan juga ditolong oleh orang-orang yang ada di sekitarmu, kau harus berbuat baik kepada mereka semua. Kalian tidak boleh saling membenci dan ingat, jika kau berbuat baik kepada mereka, maka mereka juga akan berbuat sama baiknya padamu." Pria itu mengusap puncak kepala Isla dengan lembut seraya tersenyum.***Kedua mata Isla seketika terbuka. Gadis itu langsung mendudukkan tubuhnya dan ia mendapati jubah milik Rhys yang menutupi tubuhnya, sepertinya pria itu memakaikannya beberapa saat yang lalu saat dirinya sudah ter