Share

Biduk Cinta Senja
Biduk Cinta Senja
Author: Tri naya

B 1 Surat Perjanjian

Senja berjalan di trotoar dengan pikiran bimbang. Terik matahari menembus kulit tidak ia hiraukan. Gadis cantik bermanik mata kecokelatan itu memikirkan kemelut yang terjadi dalam keluarganya.

"Bapak, ibu. Maafkan aku belum bisa membantu kalian. Aku janji akan mendapatkan uang itu segera."

Senja terus berjalan tanpa memperhatikan langkah. Rasanya ingin sekali menjerit sekencang mungkin untuk bisa mengurangi beban yang kini tengah menggelayuti pikirannya.

Langkah Senja terhenti ketika tiba-tiba ada seorang pria menghadang dan berkata yang membuat Senja terkejut bukan kepalang. Membuyarkan semua lamunan. Menerbangkannya jauh ke awang-awang.

"Menikahlah dengan saya, maka saya akan membantu menyelesaikan masalah keluarga Anda."

Pria asing yang entah dari mana datangnya itu tiba-tiba saja berkata seperti itu. Tanpa basa-basi, bahkan menyapa pun tidak. Kedua bola mata Senja membulat. Bagaimana tidak, ia sama sekali tidak mengenal pria tersebut, tiba-tiba saja mengajak menikah. Aneh sekali. Rasanya seperti sedang bermimpi.

"Si--siapa Anda? Kenapa tiba-tiba datang dan bicara seperti itu kepada saya?" Senja berkata dengan gugup.

Sontak, gadis cantik itu memundurkan tubuhnya karena takut. Pria asing berwajah tampan dengan bulu mata lentik, berhidung mancung, dan perawakan tinggi atletis itu memajukan sedikit tubuhnya, mendekat ke arah Senja.

"Nama saya Langit. Bersediakah Anda menikah dengan saya dan masalah Anda selesai?" ucap pria asing itu dengan wajah serius, sambil mengulangi kalimatnya.

"A--apa? Anda ingin menikah dengan saya?" Lagi-lagi kedua bola mata Senja membulat. Wanita itu mengulang kalimat Langit.

"Apa saya harus mengatakannya kembali? Saya rasa Anda tidak tuli, bukan?" tukas pria itu sambil terus menatap tajam Senja.

"Tuan, saya tidak mengenal Anda. Tiba-tiba Anda mendekati saya dan mengatakan agar saya menikah dengan Anda. Lelucon apa ini?"ucap Senja yang masih syok berusaha untuk tenang menjawab perkataan Langit.

Senja tersenyum kecut, ia masih belum habis pikir dengan perkataan pria asing di hadapannya kini. Tidak kenal, tapi begitu ambisius untuk menikahi gadis itu.

"Saya serius. Jika Anda mau menikah dengan saya, maka saya akan membantu keluarga Anda. Saya tahu, saat ini Anda sedang membutuhkan uang untuk pengobatan ibu juga membantu memulihkan usaha ayah Anda, bukan?" Jelas pria asing tersebut dengan yakin.

Tanpa basa basi pria itu pun membeberkan semua masalah yang tengah dihadapi Senja. Langit juga mengulangi kembali kalimatnya. Sepertinya, memang Langit bersungguh-sungguh dengan ucapannya tersebut.

"Kenapa pria ini tahu masalahku? Siapa sebenarnya dia?" batin Senja curiga.

Ini sudah ketiga kalinya Senja membulatkan kedua bola matanya. Gadis berparas cantik, bermanik mata kecokelatan itu penasaran dengan sosok Langit yang sangat asing karena memang belum pernah bertemu dengan pria tersebut sebelumnya.

"Tuhan, aku berharap ini hanya mimpi. Bangunkan aku, Tuhan." Senja kembali membatin sambil menepuk-nepuk pelan wajahnya.

"Aww!" Senja mengaduh pelan sambil memegangi pipi.

"Ini bukan mimpi. Ini nyata." Kembali Senja bermonolog dalam hati.

"Dari mana Anda tahu tentang keluarga saya? Apa Anda memata-matai saya?" Senja memberanikan diri bertanya.

Senja begitu penasaran dengan Langit. Menatap pria itu dengan sedikit takut. Namun, ia harus mendapatkan jawaban dengan cepat untuk menghilangkan rasa kepenasarannya.

"Akan saya beritahu nanti. Jika Anda bersedia menikah dengan saya." Langit berkata dingin.

Lelaki tampan itu tidak ingin mengatakannya sekarang pada Senja di jalan seperti ini. Pembicaraan yang cukup rahasia tidak mungkin diumbar begitu saja. Apalagi Langit orang terpandang. Pasti akan banyak paparazi yang mengutipnya menjadi bahan berita panas.

"Saya tidak mau. Saya sama sekali tidak mengenal Anda. Bagaimana kalau ternyata Anda orang jahat? Penculik misalnya? Lalu, Anda meminta tebusan pada orang tua saya. Mereka tidak akan mampu membayarnya. Lebih baik, Tuan cari orang lain saja."

Senja menolak mentah-mentah, ia takut jika Langit adalah penculik yang berpura-pura menjadi orang baik. Bagaimana tidak, wajahnya meski tampan, tetapi tatapannya sangat mengerikan. Seperti seekor singa lapar yang hendak menerkam mangsanya.

"Kalau saya berniat jahat, sudah sejak tadi saya menculikmu. Untuk apa bicara panjang lebar. Membuang waktu saja. Saya hanya menginginkan Anda, bukan orang lain. Percayalah, saya orang baik. Jika Anda merasa khawatir, silakan berteriak jika saya melukai Anda."

Langit menahan emosi karena perkataan Senja. Pria itu harus tetap menjaga sikap demi untuk bisa membujuk wanita yang keras kepala dan penuh rasa curiga di hadapannya kini. Senja memang bukan perempuan gampangan yang dengan mudah menerima tawaran laki-laki, apalagi tampan, kaya, dan berwibawa seperti Langit.

Justru rasa takut timbul karena ia selalu diajarkan kedua orang tuanya, untuk tidak terlalu percaya kepada orang asing yang sama sekali belum pernah dikenal sebelumnya. Apalagi di zaman sekarang, banyak penculikan dengan berbagai modus dan iming-iming untuk bisa mendapatkan mangsa.

"Tapi, Tuan ...."

"Pernikahan kita hanya di atas kertas. Saya tidak akan menyentuh atau menuntut Anda melakukan kewajiban seorang istri. Anda bebas melakukan apa pun yang di sukai," jelas Langit dengan wajah serius.

"Asalkan Anda tidak melarikan diri dari saya. Hanya dua tahun. Setelah itu, saya akan membebaskan Anda dari perjanjian itu," lanjut pria tampan tersebut.

Langit paham, Senja masih ragu dan belum mempercayainya. Pria tampan bermata elang itu pun kembali memberikan penjelasan dan keyakinan agar Senja tidak takut, curiga, dan percaya padanya.

"Sebaiknya aku terima tawaran dia. Sepertinya, laki-laki ini orang baik. Lagipula, aku memang butuh uang untuk pengobatan ibu dan membangkitkan usaha bapak."Senja membatin.

Gadis itu berusaha meyakinkan hatinya untuk mempercayai perkataan Langit. Demi Bapak dan ibunya. Jika memang ini salah, ia rela. Asalkan mendapatkan uang untuk kedua orang tuanya.

"Baiklah, saya mau menikah dengan Anda. Akan tetapi, apa Anda akan memenuhi janji Anda?"

"Tentu, semua akan tertulis dalam sebuah perjanjian yang akan kita sepakati bersama. Ikutlah dengan saya untuk menandatangani kesepakatan kita."

"Baiklah."

Senja pun akhirnya luluh dan menyetujui perkataan Langit. Ini adalah jalan ninjanya untuk bisa cepat mendapatkan uang. Jika harus menunggu dirinya mendapatkan uang dari hasil bekerja, belum tentu bisa terkumpul banyak dalam waktu dekat. Sedangkan sang Ibu harus segera mendapatkan pengobatan agar nyawanya dapat di selamatkan dan usaha ayahnya bisa bangkit kembali.

Setengah jam kemudian, Senja dan Langit tiba pada sebuah gedung. Seorang pengacara sudah menunggu di sana untuk memberikan berkas yang akan di tandatangani keduanya. Langit memang sudah merencanakan semua sebelum bertemu dengan Senja.

"Tanda tangan di sini. Setelah itu, kita ke kantor urusan agama untuk mengurus pernikahan. Saya akan temui orang tua Anda untuk meminta izin," ucap Langit.

Pria tampan bermata elang itu menyerahkan dokumen berisi surat perjanjian kepada Senja untuk di tandatangani. Pengacara yang bernama Bram menjadi saksi penandatanganan surat tersebut.

Senja membaca isinya. Tanpa menunggu lama ia langsung menandatangani surat tersebut. Kemudian, mereka pun gegas ke rumah Senja dan kantor urusan agama setelah mendapat persetujuan dari kedua orang tua perempuan tersebut.

Setelah urusan selesai, Langit mengajak Senja menyiapkan semua keperluan pernikahan. Mulai dari baju pengantin yang akan dikenakan, tata rias, dan cincin pernikahan. Meskipun pernikahan sementara dan hanya digelar sederhana. Namun, tetap disiapkan Langit dengan baik. Semua untuk membuktikan, terutama pada Mami dan papinya bahwa pernikahan itu benar-benar terjadi seperti keinginan mereka.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status