Home / Thriller / Black Shadow / Bab 9 : Janji Retno

Share

Bab 9 : Janji Retno

last update Huling Na-update: 2021-11-09 15:06:22

Cindy mati kutu dibuatnya. Tatapan ketiga gadis kaya keturunan bangsawan, bangsa di atas awan itu, bak menusuk jantungnya. Apalagi, bisikan roh halus jelmaan manusia, Kesya Alvionita, berisi tentang sebuah ancaman. Membuat bulu kuduk Cindy merinding. 

"Jawab cepat," sentak Kesya memberi ultimatum dari tatapannya. 

Kesya sibuk sendiri melihat Cindy yang diam membisu. Dia sedikit takut pada Retno yang bisa saja menjadi ancamannya saat ini. Sementara Tania dan Nada hanya diam, memperhatikan di belakang Kesya.

"I-iya, Pak. Mereka ke sini cuma belanja kok," jawab Cindy gugup, sembari tangannya menyeka keringat yang membendung keningnya. 

Sadar Cindy ketakutan, Retno melirik tidak percaya pada Kesya, lalu kedua temannya yang mematung. Dia menarik nafas panjang, menghempaskannya kasar. 

"Ya sudah, kalau kalian sudah selesai membeli apa yang kalian mau, pulang lagi ke rumah kalian," ucap Retno dengan tegas sembari terus berdiri, berkacak pinggang memperhatikan murid-muridnya.

Kesya mencebik kesal. Lagi-lagi Cindy lolos darinya. Ingin sekali dia menjambak rambut gadis polos itu, menyiksanya sampai tidak lagi bertenaga. Namun, malaikat pelindungnya ada di sini, tidak mungkin dia dan kedua temannya bisa bergerak. 

"Buruan bergerak," ucap Retno yang menampakkan betapa gentlenya dirinya. Dia pun tidak sabar untuk bisa berduaan dengan Cindy di tempat itu. 

Kesya terbakar emosi. Namun, dia beserta teman-temannya, gegas mengambil beberapa bungkus makanan, lalu membayarnya pada Cindy. Mempercepat langkahnya dan pergi dari tempat itu dengan wajah merah karena emosinya yang sejak tadi ditahan, belum bisa tersalurkan.

"Iiihhh." Kesya menghentak kakinya berulang kali di atas tanah. 

"Brengsek tuh si Retno. Ngapain dia ada di sana coba. Sok pahlawan banget," umpat Kesya lalu menendang apapun yang ada di depannya.

"Tahu tuh, sok keren banget pak Retno," sambung Nada yang juga kesal dengan kehadiran Retno di tempat kerja Cindy.

Padahal, Nada ingin sekali menjambak rambut Cindy, melihat bagaimana ekspresi gadis itu menangis meminta ampun darinya. Namun, keinginannya pupus dengan kedatangan Retno sebagai pahlawan kesiangan seorang Cindy Putri Marcel yang amat dicintai pria itu. 

"Tau tuh. Ahh aku belum puas hancurin makanannya tadi," gerutu Tania lantas berjongkok di jalanan itu. Tidak peduli banyaknya orang lalu lalang di sana. 

"Kesal nggak sih, Sya. Padahal si miskin itu belum kita usik sedikit pun. Masa Retno datang aja," lanjut Nada memanas-manasi.

"Hah, udah yuk, kita pulang aja, percuma disini. Kepala gue pusing." Kesya yang sebal, kembali melangkah menuju mobil hitamnya yang terparkir tidak jauh dari tempat itu. 

Sang sopir setia menunggu nona mudanya, meski dia sendiri pun terkena semprotan dari sang majikan yang dari ekspresinya sangat marah. 

Mereka bertiga pun pergi dengan amarah yang masih tertahan dalam dada. Berharap saat mereka akan melancarkan aksinya, tiada lagi yang bisa membantu gadis itu. 

"Awas saja Cindy. Lihat, seberapa beruntung nasib kamu," ucap Kesya dalam hati, melihat ke arah luar jendela, meremas tangannya kuat. 

Sepeninggal Kesya dan dua teman usilnya itu. Retno pun membalikkan tubuhnya melihat ke arah Cindy, yang masih sedikit pucat, meski dia sudah lega tiada lagi mengganggunya. 

"Cindy, apa benar mereka datang hanya untuk belanja? Tidak mengganggu kamu kan?" tanya Retno penasaran, sungguh dia sangat peduli pada Cindy dan tidak ingin gadis cantik itu terluka. 

"Tidak, Pak. Mereka memang, ingin belanja di sini," jawab Cindy sedikit terbata.

Retno tersenyum kecil, dia pun mengangguk pelan. Tidak ingin memperpanjang masalah, Retno pun mengalihkan pembicaraan. 

"Mm, Cindy. Sudah lama yah kamu kerja di sini? Semenjak kapan?" tanya Retno, pura-pura tidak tahu. 

Padahal Retno sendiri selalu mengawasi gerak gerik gadis itu, meski terkadang dia tidak langsung mengawasi dan menyuruh seseorang mengikuti Cindy. 

"Iya pak, saya udah lama kerja di sini," jawabnya menunduk malu.

"Kok kamu nunduk gitu, kamu malu yah kerja di sini! Tidak usah malu, kan kamu kerjanya halal." Retno tersenyum memuji Cindy yang langsung mengangkat wajahnya. 

"Terimakasih, Pak," jawabnya membalas senyuman guru tampannya itu. 

Retno mengangguk, ia pun melangkah mengelilingi rak-rak makanan yang berjejer rapi. Hendaklah mencari sesuatu, sembari sesekali dia menoleh ke arah kasir, di mana Cindy berdiri. 

"Setelah nanti kamu saya nikahi, tidak akan aku biarkan kamu menderita seperti ini, Cin. Aku cinta sama kamu, tidak akan aku biarkan air mata menetes dari matamu, aku janji," ucap Retno menatap Cindy yang ternyata juga menatapnya. 

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Muthia Andhiny
duhhh ketangkep ga yah?
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Black Shadow   Bab 23 Amarah Kesya

    Gilang menyenderkan kepalanya ke meja, duduk termangu menatap kosong ke arah bangku Cindy. Pelajaran pertama yang diisi tanpa adanya kekasihnya itu, membuat Gilang malas mengikuti kelas. Dia berharap kekasihnya itu bisa masuk kelas setelah ini, agar dirinya bisa lebih semangat mengikuti kelas. Gilang menghela nafas panjang, mengusap wajahnya kasar."Cindy lagi apa yah sekarang!" pikirnya berharap bisa masuk ke UKS tanpa ada halangan dari Retno, yang dia pahami juga menaruh rasa pada kekasihnya itu.Kesya yang baru saja masuk ke dalam kelas, diikuti Nada dan Tania. Menghentikan langkahnya sejenak di depan pintu. Sorot matanya melihat Gilang yang tiada semangat, dengan mata pria itu menatap bangku Cindy yang kosong.Kesya geram, dia langsung melangkah ke arah Gilang yang memperhatikan bangku Cindy sekilas. Dia pun duduk di bangku Cindy, lalu melihat ke arah pria itu dengan senyuman terbaiknya."Gimana, aku cantik kan. Sampai se

  • Black Shadow   Martin Internasional High School

    Cindy terduduk di lantai, dia menunduk malu diperlakukan demikian rendah oleh Kesya. Hati kecilnya berbicara untuk melawannya, tapi tetap saja dia tidak mampu untuk melawan. Beberapa siswa yang lewat didekatnya, hanya acuh pada gadis itu. Bahkan diantara mereka ada yang dengan sengaja ikut mengoloknya. Toh, mereka memang tidak ingin dekat dan tidak peduli dengan anak seperti Cindy yang miskin dan juga yatim piatu. Begitu rendah levelnya di sekolah itu. Kadang mereka juga berpikir, mengapa anak seperti itu bisa disekolahkan di tempat yang berkelas seperti Martin Internasional High School.Ya, sekolah yang hanya dihuni oleh orang-orang kaya, anak-anak dari pengusaha atau sebangsa dengan itu. Seperti Kesya yang merupakan anak CEO perusahaan tekstil terkenal yang sukses mengekspor produk mereka ke berbagai negara.Atau Nada yang merupakan anak dari pemilik restoran mewah, dengan cabang yang sudah tersebar hampir di pulau Sumatera.Sekolah Martin Intern

  • Black Shadow   Bab 21 : Yuna Dilema

    Yuna yang terpisah selama 7 tahun dengan keluarganya. Dia yang memang tidak tahu keberadaan kedua orang tuanya, hanya bisa menerka-nerka. Apakah toko yang saat ini, toko yang dijaga oleh sang adik kembar adalah milik keluarganya atau bukan. Untuk memastikan hal itu, Yuna segera masuk ke dalamnya. Berpura-pura menjadi pelanggan.Langkahnya mengitari isi toko, awalnya Yuna hanya memperhatikan saja barang-barang yang dia butuhkan, dan berniat menunda untuk membeli, sembari mencari apakah benar keluarganya tinggal di sini atau bukan. Mencari keberadaan papa dan mamanya yang selama 7 tahun tidak pernah berjumpa. Rindu, jelas ada di hati Yuna, tetapi dia tidak ingin terlalu berharap, karena dirinya juga menanamkan kebencian pada kedua orang tuanya. "Sepertinya ini hanya toko biasa deh. Tidak ada tempat tinggal di dalamnya," ucap Yuna dalam hati dan tetap berkeliling tanpa mengambil apapun. Cindy memperhatikan gerak gerik Yuna dari tempat kasir. Dia menaruh kecurigaan pada gadis itu, diperh

  • Black Shadow   Bab 20 : Penasaran

    Yuna terisak dalam tangisnya. Menolak takdir yang begitu kejam padanya. Bodohnya, dia yang seharusnya marah pada Mr. P karena pria tua itu lah keluarganya berpisah, justru dia sekarang hidup bahagia bersama pria itu.Namun, juga ada rasa syukur dalam diri Yuna, di mana Mr. P yang seorang pembunuh bayaran, tidak membunuhnya. Justru pria itu membesarkannya dan membuatnya menjadi wanita tangguh dengan melakukan berbagai pelatihan dan tantangan sejak dari kecil. Meski Yuna harus mengorbankan masa kanak-kanaknya yang seharusnya menikmati bangku sekolah seperti anak biasanya. Sementara dirinya, tidak sama sekali. Di tengah kegalauan Yuna yang teringat masa lalunya yang kelam, hingga membuat dirinya memasuki dunia kejam seperti sekarang. Ponselnya berdering, membuyarkan lamunannya. Yuna pun bangkit dan mengambil ponsel yang berada di atas nakas. Mr. P menghubunginya. "Yuna, kamu di mana sekarang?" tanya Mr. P panik. "Di kontrakan," jawab Yuna singkat. "Masalah misi kemarin, jangan kamu

  • Black Shadow   Bab 19 : Kakak Dimana?

    *FLASHBACK*"Pa, Ma," teriak Nindy kecil, menangis sembari terduduk di jalanan. Menatap mobil hitam yang membawa pergi keluarga kecilnya, meninggalkan dia seorang diri di sana. "Papa, Mama, Nindy ikut," teriaknya terus. "Cukup!! Percuma kamu memanggil mereka. Kamu hanya sebagai tumbal bagi mereka, supaya mereka selamat. Berhenti menangis, atau kamu mau mati seperti dua mayat di rumah mu itu, hah!!" tegas Mr. P. Entah mengapa pria tua itu setia menunggu Nindy, berharap gadis kecil itu ikut dengannya saat ini. Langit sudah menurunkan tetesan air matanya. Membasahi tubuh mungil Nindy yang tidak beranjak. Sementara Mr. P, duduk memperhatikan targetnya itu dari dalam mobilnya, sembari tangan kanannya terus memegang rokoknya. Nindy pun merasakan perih di lututnya, berdarah, pun juga merasakan sekujur tubuhnya perih. Perutnya yang terasa lapar, berbunyi, hingga dia pun memutuskan untuk mengikuti kemauan Mr. P. "Bagus. Pilihan kamu tepat," ucap Mr. P melihat Nindy yang tanpa disuruh, masu

  • Black Shadow   Bab 18 : Andai dulu

    Di tengah kegalauan yang Yuna rasakan, ponselnya berdering, segera membuyarkan lamunannya yang saat ini masih memikirkan tentang sang adik setelah sekian tahun tidak pernah berjumpa. "Hallo," jawabnya ketus. "Hallo Yuna, kamu di mana sekarang?" tanya Mr. P dari sebrang, dari nada suaranya, pria nyaris tua itu tampak sedikit panik. "Di kontrakan. Memangnya ada apa?" jawab Yuna santai. Dia pun bangkit menuju dapurnya, mencari beberapa makanan untuk mengganjal perutnya. "Kamu sendirian di sana? Gawat, gawat. Kamu harus tetap bersembunyi, Yuna. Kamu tahu, Axel sudah tahu kamu membunuh Zaquile, ayahnya. Dia marah besar dan segera bertindak dengan menyuruh asistennya Broto mencari keberadaanmu," jelas Mr. P panjang lebar. Yuna menelan salivanya susah payah. Dia sudah tahu, dan mengira ini sebelumnya, bahkan bukankah tadi dirinya hampir saja kehilangan nyawa oleh anak buah Axel yang terlalu banyak itu. "Yuna, carilah tempat yang aman. Pindah segera dari sana. Papa cemas dengan kamu. Sea

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status