Share

Bab 5

Jevan tengah makan siang di kantin kantornya bersama Alex, sahabat karib Jevan. Dan juga merupakan salah satu karyawan di perusahannya. Tak biasanya dia makan siang di kantin kantornya. Namun, entah mengapa hari ini rasanya dia ingin sekali makan siang disini. Tentu saja, suasana kantin sedikit heboh dikarenakan bos dari King Company sedang berada di kantin. Hal yang baru pertama kali terjadi. Namun, sayang ketenangan Jevan tak bertahan lama. Kala Sarah, datang menghampiri meja mereka berdua.

“Hai!” sapa Sarah, yang tiba-tiba saja sudah duduk disamping Jevan.

Jevan sama sekali tak menggubris ucapan Sarah barusan. Karena merasa tak diperhatikan, akhirnya Sarah menggeser duduknya agar lebih dekat lagi dengan Jevan. Gadis itu, tiba-tiba saja meraih lengan Jevan, dan bergelanyut manja pada laki-laki itu. Ini bukanlah suata hal yang mengejutkan bagi para karyawan King Company. Pasalnya, rumor terkait Jevan, Sarah dan juga Maura sudah menyebar luas di seluruh lingkungan kantor King Company ini. Banyak sekali, yang membicarakan tentang mereka bertiga, bahkan para karyawan. Terutama karyawan perempuan, menjuluki bos nya itu sebagai playboy kelas dewa. Tampan, kaya namun pemain wanita.

“Lepas, Sarah!’ ucap Jevan dengan nada dinginnya. Sambil menatap ke arah Sarah.

“Tidak, aku tidak mau.”

Akhirnya, Jevan membiarkan Sarah untuk tetap memeluk lengannya. Bukan apa-apa, Jevan hanya malas untuk berdebat dengan Sarah. Sedangkan Alex, laki-laki itu hanya berperan sebagai penonton saja. Terlalu malas untuk ikut campur.

“Ahahahah”

Suara tawa yang tak asing bagi Jevan. Jevan menoleh ke arah sumber suara. Tepat di pintu masuk kantin, disana ada Maura, Salwa dan Rion. Entah mengapa, pemandangan di depan itu benar-benar membuat hati Jevan rasanya terbakar. Tanpa disadarinya, kedua tangan Jevan sudah mengepal sempurna. Matanya lurus menghadap ke depan sana, dengan tatapan tajam khasnya.

Kini Maura, Salwa dan Rion. Sudah duduk di bangku tepat di depan Jevan. Tadi Maura sempat beradu pandang dengan Jevan sebelum Maura memutuskan untuk mengalihkan pandangannya terlebih dulu. Maura duduk menghadap ke arah Jevan, dengan Rion yang duduk disampingnya. Pemandangan itu tak lepas dari pantauan Jevan. Jevan sama sekali tak mengalihkan pandangannya.

“Mau makan apa, Maura? Aku pesankan,” ujar Rion.

“Tidak perlu, aku bisa pesan sendiri saja.”

“Sudah biar aku saja. Kamu juga, Salwa .Mau pesan apa?”

“Samakan saja,” jawab Salwa.

“Bagaimana kalau nasi goreng?” saran Rion.

“Terserah.”

“Dasar, wanita. Yasudah aku pesan dulu.”

Setelah itu, Rion beranjak dari duduknya, Dan berjalan untuk memesankan makanan untuk mereka bertiga. Maura melirik kearah Jevan sekilas. Rupanya laki-laki itu masih memperhatikannya. Jujur, Maura jadi gugup diperhatikan oleh Jevan dengan tatapan seperti itu.

Sarah yang daitadi hanya sibuk bermain ponsel, dan bergelanyut manja pada lengan Jevan. Kemudian tersadar akan kehadiran Maura. Ini mungkin kesempatan yang tepat untuk dia menyelesaikan masalahnya dengan Maura. Saat Sarah hendak berdiri, dengan kasar Jevan menarik lengan Sarah agar kembali duduk. Tentu saja perlakuannya barusan membuat Sarah heran.

“Kamu kasar sekali, Jevan!” ujar Sarah marah.

“Mau apa kamu?” tanya Jevan dengan nada mengintimidasi.

“Balas dendam.”

“Diam, duduk disini!”

“Kenapa? Kamu membela Maura sekarang?”

“Jangan mengundang keributan, memalukan saja!”

“Dia itu anak tidak tahu diri! Harus diberi pelajaran, Jevan!”

“Kubilang diam, ya diam! Paham?”

Sarah berdecak kesal, ada apa dengan Jevan? Mengapa tiba-tiba berubah?

Tak lama kemudian, Rion datang dengan nampan berisikan makanan mereka bertiga. Rion kemudian menaruh nampan itu di atas meja, dan kembali duduk disamping Maura. Mereka memulai memakan makanan masing-masing. Disela-sela makan, mereka juga saling bercanda gurau. Apalagi Rion dan Maura, mereka berdua terlihat sangat dekat.

Jevan sudah tidak tahan lagi. Laki-laki itu kemudian berdiri, berjalan menuju ke arah Maura. Tentu saja, hal itu mengejutkan Maura dan yang lainnya. Saat dengan tiba-tiba, Jevan sudah berdiri tepat dihadapan Maura. Rion menatapanya datar. Namun, Jevan tak menghiraukan itu. Sedangkan Maura, menatap Jevan heran.

“Aku perlu bicara, Maura,” ujar Jevan tiba-tiba.

“Apa?” jawab Maura bingung.

“Aku perlu bicara, bisa ikut denganku?”

“Bicara apa?”

“Ayo ikut saja, ini penting.”

“Oh i-iya, bisa.”

Saat Maura hendak beranjak untuk berdiri. Rion, menahan tangan Maura. Gadis itu kemudian menoleh ke arah Rion. Rion tak berkata apapun, dia hanya memberikan isyarat kepada Maura. Untuk tetap diam disini, dan tidak ikut dengan Jevan. Namun, Maura menentangnya.

“Aku bisa urus ini, kamu jangan ikut campur.”

Setelah mengatakan itu, Maura pergi bersama Jevan. Meninggalkan area kantin. Baik Sarah dan Rion sama-sama memandang kepergian Jevan dan Maura itu dengan raut wajah yang sulit untuk dijelaskan.

Ada apa ini?

Jevan dan Maura duduk di sofa yang ada di dalam ruangan milik Jevan, agar mereka bisa lebih leluasa untuk berbicara empat mata saja makanya Jevan mengajak Maura untuk berbicara di dalam ruangannya. Setelah sekitar dua menit, belum ada obrolan yang tercipta diantara keduanya. Maura sibuk memandangi rumput-rumput hijau yang dia injak. Sedangkan Jevan, sibuk memandangi Maura yang duduk disampingnya. Akhirnya Maura membuka suara, gadis itu menolah ke arah Jevan yang masih memperhatikannya.

“Hal penting apa, yang Mas ingin katakan?”

“Maaf.”

Satu kata yang keluar dari mulut Jevan. Namun, mampu membuat Maura kebingungan dibuatnya.

“Maaf? Maksudnya?”

“Maaf sudah menyakitimu, Maura.”

Apa ini benar? Yang dikatakan Jevan? Ataukah laki-laki ini sedang mempermainkannya lagi? Sulit untuk ditebak. Jevan terlalu abu-abu. Namun, Maura dapat melihat jelas. Ketulusan dari kata maaf Jevan barusan.

“Aku tahu, sulit bagimu untuk memaafkanku. Tapi bisakan kamu memberi aku kesempatan?”

“Kesempatan untuk apa?”

“Untuk membuktikan, bahwa aku tulus meminta maaf, atas perlakuanku padamu.”

“Aku tidak tahu, Mas.”

Jevan meraih kedua tangan Maura, laki-laki itu memutar posisinya agar menghadap penuh ke arah Maura. Matanya menatap serius kedua bola mata Maura. Maura bingung harus apa. Gadis itu hanya terdiam kaku.

“Untuk semua hal menyakitkan, yang aku lakukan padamu, Maura. Dengan tulus aku meminta maaf. Maafkan aku, Maura. Aku tahu, aku sangat dalam melukai hati dan perasaanmu. Aku tahu, aku sudah menyia-nyiakan semua kebaikan yang kamu berikan. Sekarang aku sadar, tentang semua pengorbananmu, Maura. Jadi aku mohon, maafkan aku.”

Mendengar Jevan, melontarkan kata-kata manis itu. Membuat Maura seakan-akan terhipnotis. Perjuanganya untuk membenci Jevan seakan runtuh. Hatinya kembali berdebar kala memandang kedua bola mata indah milik laki-laki di depannya ini.

Apa yang harus dia lakukan?

“Maura!”

Maura menolah saat ada yang memanggilnya. Rupanya orang itu adalah Rion. Laki-laki itu lantas berlari menuju ke arah Maura.

“Darimana kamu?” tanya Rion saat sudah berada di hadapan Maura.

“Ruangan Mas Jevan.”

“Apa yang laki-laki brengsek itu lakukan padamu, tadi?”

“Tidak ada, Rion.”

“Jujur, Mau.”

“Dia tidak menyakitiku, dia hanya meminta maaf kepadaku.”

“Jangan percaya, aku sangat yakin dia itu adalah laki-laki jahat. Kau harus tetap menjauh darinya. Itu hanya tipu daya dia saja.”

“Semua orang berhak berubah Rion, aku lihat Mas Jevan tulus meminta maaf.”

“Tidak. Kamu tidak boleh dekat-dekat dengan Jevan lagi. Dia pasti akan menyakitimu, seperti sebelumnya.”

Disaat Maura dan Rion masih sibuk berdebat. Tiba-tiba saja Jevan datang menghampiri mereka berdua. Rion menatap tak suka kehadiran Jevan itu.

“Maura, pulang bersamaku ya?” ujar Jevan, mengajak Maura. Belum sempat Maura menjawab ajakan Jevan. Rion sudah menyelanya lebih dulu.

“Tidak bisa, Maura pulang bersamaku.”

Perkataan Rion barusan, mengundang emosi Jevan. Jevan langsung menoleh kea rah Rion. Menatap laki-laki itu dengan tajam. Sama halnya dengan Jevan, Rion juga menatap Jevan dengan tatapan tajamnya.

“Aku mengajak Maura. Biarkan dia yang menjawab. Memangnya kamu siapa?”

“Kenalkan, aku Rion. Kekasih Maura,” ujar Rion santai, sambil mengulurkan tangan kanannya ke arah Jevan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status