Share

Bab 4

Author: Maylou
last update Last Updated: 2023-07-19 21:20:22

“Aw, sakit!”

Maura terkejut, saat tiba-tiba saja ada seseorang yang menarik rambutnya dengan kuat. Salwa, yang melihat kejadian tersebut. Lantas, hendak menarik tangan seseorang yang berani-beraninya menarik rambut Maura secara tiba-tiba itu. Namun, belum sempat Salwa membantu Maura. Tangan gadis itu, sudah ditarik oleh dua gadis lainnya dan dibawa menjauh dari tempat Maura berada.

“Sarah, lepas!” kata Maura, saat membalikkan badannya dan melihat Sarahlah yang menarik rambut gadis itu.

Maura dan Salwa, awalnya sedang bersantai saja. Di taman dekat area kantor mereka, tepatnya berada pas di belakang gedung tempat mereka bekerja. Setelah makan siang tadi, mereka berdua memutuskan untuk menikmati udara sejuk terlebih dahulu sebelum kembali bekerja. Saat mereka tengah duduk-duduk santai, di bangku taman. Tiba-tiba Sarah datang dari arah belakang mereka, dan menarik rambut Maura, sampai kepala gadis itu mendongak ke atas.

“Apa? Sakit? Aku tidak peduli!” ujar Sarah berteriak.

“Hey wanita gila! Lepaskan Maura!” Salwa berteriak marah, dan kedua teman Sarah membekap mulut Salwa. Agar gadis itu tidak ikut campur.

Karena Maura sudah terbakar emosi, gadis itu bergantian untuk menarik rambut Sarah juga. Karena perlakuan Maura barusan, membuat Sarah melepas tarikan rambutnya pada Maura. Dan menarik tangan Maura, agar gadis itu berhenti menarik rambutnya.

“Maura, lepas!” perintah Sarah.

“Apa? Sakit?” tanya Maura menantang.

Teman-teman Sarah, hendak membantu gadis itu. Namun, Maura mengancamnya. Teman-teman Sarah yang melihat ekspresi wajah Maura, tidak berani untuk melangkangkahkan kakinya kearah Sarah lebih dekat lagi.

“Jika kalian berani ikut campur. Kalian, akan bernasib sama!” ucap Maura mengancam.

Melihat ekspresi wajah Sarah yang kesakitan, memberikan kepuasan sendiri untuk Maura. Karena gadis itu masih mempunyai rasa iba, Maura akhirnya melepaskan tarikan rambutnya pada Sarah.

“Bisa tidak, kamu tidak usah mengusik hidupku, Sarah?”

“Kamu yang mengusik hidupku, dasar perempuan belagu!”

“Dengar ya, Sarah. Aku tidak punya urusan dengan kamu, dasar gila!”

“Jaga ucapan kamu, Maura. Apa kamu tidak memiliki rasa hormat kepadaku? Aku ini senior,u, jabatanku juga lebih tinggi diatas kamu!” ucap Sarah sambil mengacungkan jari telunjuknya, tepat dihadapan wajah Sarah.

“Untuk apa aku harus hormat dengan orang sepertimu? Kamu saja tidak beradab!”

“Berani sekali kamu ya, keren sekali gaya bicaramu, Maura. Seperti orang yang berkuasa saja. Ingat, kamu itu hanya wanita miskin! Jadi, jangan terlalu tinggi gayamu. Untuk apa kamu seperti itu? Mau pamer? Iya? Dijemput dengan mobil mewah, bersama laki-laki pula. Murahan sekali kamu. Atau jangan-jangan, kamu pelacur ya?” ucap Sarah dengan nada merendahkan Maura.

Maura yang mendengar itu lantas marah. Menilai orang tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Itu prinsip orang bodoh. Pikir Maura. Maura lantas menatap sarah, dengan tatapan nyalangnya. Sedetik kemudian, Maura merubah tatapannya menjadi santai, dia lantas melipat kedua tangannya di depan dada.

“Kenapa? Kamu iri ya, Sarah? Karena mobil kamu itu murah, tak semahal mobil yang aku naiki kemarin? Iya?”

“Wah, sombong sekali rupanya kamu ya. Berapa sih gaji pelacur sepertimu?”

“Kenapa kamu harus bertanya padaku, bukannya itu pekerjaanmu ya?”

“Kurang ajar!”

Sarah melayangkan tangan kanannya, hendak menampar pipi Maura. Namun, gerakannya itu terhenti saat ada seorang laki-laki yang tiba-tiba saja muncul dan berteriak kearah Sarah.

“Jangan sentuh Maura!”

Baik Maura, dan yang lainnya langsung menoleh ke arah sumber suara. Di belakang sana, berdiri seorang laki-laki bertubuh tegap. Menatap nyalang kearah Sarah. Betapa terkejutnya Maura, saat mengetahui bahwa laki-laki itu adalah Rion.

Rion berjalan menuju ke arah Sarah, menatapnya dengan tatapan datar. Sedangkan Sarah, menatap penuh keheranan ke arah Rion. Siapa laki-laki ini? Berani-beraninya ikut campur urusan orang saja.

“Jangan pernah berani-beraninya kamu menyentuh Maura!” ujar Rion tegas, memberi peringatan kepada Sarah.

“Kamu pikir aku takut dengan ancamanmu?” jawab Sarah dengan nada yang meremehkan.

“Saya bisa saja, membuat hidupmu sengsara jika saya mau,” tak mau kalah, Rion balik menantang Sarah.

“Berhenti ikut campur! Aku tidak ada urusan denganmu!”

“Aku beri kamu waktu 10 menit untuk segera pergi dari sini, sebelum aku akan benar-benar akan membuat hidupmu menderita.”

Sebenarnya, emosi Sarah semakin meledak dan menjadi-jadi. Namun, Sarah tidak ingin berurusan dengan laki-laki di hadapannya ini. Jadi, dia memilih untuk mengalah dan pergi dari sana.

“Urusan kita belum selesai, Maura!” ujar Sarah sebelum pergi meninggalkan taman belakang.

Sarah kemudian mengajak teman-teman untuk pergi dari sini, Salwa yang daritadi ditahan oleh kedua teman Sarah. Segera berlari ke arah Maura saat dirinya sudah dilepaskan.

“Maura, kamu tidak apa-apa kan? Siapa wanita tadi?” tanya Salwa dengan nada khawatir, Maura lantas tersenyum tipis kearah sahabatnya itu.

“Tidak, aku baik-baik saja, Salwa.”

Kini pandangan Maura beralih kepada Rion, yang juga memandang gadis itu. Tatapan Maura mengisyaratkan bahwa gadis itu butuh penjelasan dari Rion.

“Ada apa?” taya Rion saat mendapatkan tatapan Mengintimidasi dari Maura.

“Sebentar ya, Salwa.”

Setelah mengucapkan itu kepada Salwa, Maura kemudian berjalan ke arah Rion. Menarik pergelangan tangan laki-laki itu, menyeretnya jauh dari posisi Salwa berada. Tepat di samping pohon besar yang ada ditaman itu. Maura, kemudian menghentakkan pergelangan tangan Rion dengan kasar.

“Jelaskan!” ujar Maura dengan nada tegasnya.

“Apa yang perlu aku jelaskan, Maura?”

“Kenapa kamu tiba-tiba berada disini?”

“Aku resmi menjadi Karyawan King Company hari ini” ujar Rion santai.

“Untuk apa, Rion?”

“Untuk menjagamu, Mau.”

“Rion, Stop! Aku sudah bilang padamu kemarin, aku bisa mengatasi urusanku sendiri. Kamu tidak perlu ikut campur, paham?”

“Aku wajib ikut campur, karena tugasmu memang menjaga keselamatanmu, Maura.”

“Aku baik-baik saja, Rion. Aku bisa mengatasi masalahku sendiri. Sudah aku bilang, aku ingin hidup mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain.”

“Apa kamu lupa, dengan kejadian kemarin? Itu bisa saja menjadi lebih parah nantinya, Maura.”

“aku tidak peduli!”

“Biarkan aku tetap menjagamu, dan kamu masih bisa merasakan hidup dengan kesederhanaan ini. Atau, aku tidak akan menjagamu lagi dan akan kulaporkan kejadian kemarin kepada papamu. Tentukan pilihanmu.”

“Ancaman itu, lagi?”

“Pilih saja, Maura.”

“Ayolah, Rion. Berhenti menggunakan ancaman itu.”

“Aku hanya khawatir terhadapmu, jangan membuat aku selalu dihantui rasa takut, Maura. Biarkan aku melaksanakan tugasku untuk menjagamu, ya?”

“Tapi apa harus, kamu ikut bekerja sebagai karyawan di kantorku untuk menjagaku?” tanya Maura, dengan nada mengejek.

“Ya, memangnya kenapa? Ada yang salah?”

Maura kemudian terkekeh pelan. Melihat penampilan Rion dari atas sampai bawah. Kemudian kembali terkekeh. Sedangkan Rion, memandang Maura dengan wajah keheranan.

Kenapa gadis ini?

“Apa yang kamu tertawakan, Maura?”

“Ahahaha, lucu sekali kamu sangat posesif terhadapku,” ujar Maura sambil tertawa.

Rion hanya memutar bola matanya malas, “Maura, apa kamu tidak penasaran apa jabatanku di perusahaan ini?”

“Memang apa jabatanmu di kantor?”

“Aku menjadi staff HRD” jawab Rion.

“Wah, keren sekali, “ Ujar Maura kagum.

Maura dan Rion tak sadar, jika interaksi mereka berdua sedari tadi diperhatikan oleh Jevan. Jevan memandang datar ke arah mereka berdua. Kedua tangan Jevan terkepal kuat, bahkan kaleng soda yang berada digenggamannya sampai rusak. Entah mengapa rasanya dia ingin sekali menghajar wajah Rion itu. Jevan bingung dengan perasaan apa yang dia rasakan sekarang. Namun, yang pasti. Dia sangat tidak suka melihat interaksi antara Maura dan Rion.

Brakkk

Suara lemparan kaleng soda ke arah tempat sampah itu, menarik perhatian Rion dan juga Maura. Mereka berdua lantas menoleh ke arah sumber suara. Jevan menatap datar keduanya, saat pandangan mereka bertemu. Tanpa memberikan reaksi apapun, Jevan lantas pergi begitu saja. Sedangkan, Maura dan Rion hanya memandang kepergian Jevan dengan wajah bertanya-tanya.

Ada apa dengannya?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bodyguard sang Pewaris Cantik   Bab 26

    Maura berjalan di koridor kantornya dengan perasaan lesu. Entah kenapa akhir-akhir ini banyak sekali kejadian yang menguras energinya. Dia bahkan beberapa kali tak selera makan. Namun, dia masih harus tetap bekerja. Sebenarnya dia malas sekali untuk berangkat ke kantor pagi ini. Dia malas jika nanti akan bertatap muka dengan Rion."Tuhan, aku mohon. Keberuntungan berpihak padaku hari ini. Hari ini saja, jangan pertemukan aku dengan Rion dn juga Pak Jevan."Setelah berdoa dan menyemangati dirinya. Maura melanjutkan langkah kakinya untuk menuju ke ruang kerjanya.Apa Maura sejahat itu, sampai-sampai Maura berdoa pun tak dikabulkan oleh Tuhan. Baru saja Maura berdoa tadi, belum sempat lima menit. Maura sudah dipertemukan oleh Rion. Laki-laki itu terlihat di depan sana hendak berjalan menuju ke arahnya. Mau menghindari pertemuannya itu pun tak bisa.Akhirnya Maura memasang wajah datarnya dan berjalan menghadap lurus ke depan tak memperdulikan Rion yang melewatinya. Tentu saja Rion gelisah

  • Bodyguard sang Pewaris Cantik   Bab 25

    Maura sedang duduk di kursi riasnya. Gadis itu sedari tadi tak bisa berhenti untuk tidak tersenyum saat mengingat kejadian semalam. Maura melirik ke arah boneka beruang yang ada di atas ranjangnya. Saat ingat boneka itu adalah pemberian dari Jevan, lagi dan lagi Maura tersenyum malu. "Bisa gila aku, jika terus-terusan seperti ini." Jevan benar-benar berhasil, membuat Maura jatuh sangat dalam menaruh perasaan padanya. Maura merasa Jevan sudah benar-benar berubah kali ini. Bahkan, Maura juga merasa Jevan sudah lebih menjaga jarak dengan Sarah. Entahlah sebenarnya Maura tak begitu yakin tapi, itu yang Maura lihat sejauh ini. Namun, anehnya Sarah juga sekarang tidak pernah mengganggu Maura lagi. Ya seharusnya Maura senang tapi, Maura malah merasa aneh dengan sikap Sarah yang seperti itu. "Apa dia juga sudah berubah? Ah tidak mungkin tapi, ah sudahlah biarkan saja." Tak mau ambil pusing, Maura lebih memilih untuk tidak memikirkannya lagi. Kini gadis itu sudah siap untuk berangkat ke k

  • Bodyguard sang Pewaris Cantik   Bab 24

    "Ah segarnya, habis mandi." Kini Maura sudah terbaring di atas ranjangnya. Pulang dari jogging tadi Maura langsung saja mandi. Tubuh gadis itu terasa sangat lengket. Mandi sehabis olahraga sangatlah menyegarkan tubuh. Badannya terasa segar dan fresh. Sesuai dugaan Maura juga, punggung gadis itu yang tadi pagi terkena bola basket kini sudah tidak sakit lagi. "Untung saja, tidak keras tadi lemparannya. Kalau keras, bida patah tulang aku tadi." Sambil bermalas-malasan sehabis mandi, Maura juga sembari memainkan ponselnya. Ting! "Ada apa ya, dia menghubungiku hari ini?" Tiba-tiba saja sebuah notifikasi pesan masuk di ponselnya. Maura sudah sempat membaca siapa orang yang mengiriminya pesan barusan. Orang itu adalah Jevan. Jevan:: Sore nanti bisa antarkan aku membeli kado untuk adikku? Maura tak langsung menjawab pesan yang barusan Jevan kirimkan. Gadis itu masih menimang-nimang jawaban apa yang akan Maura berikan pada Jevan. Gadis itu bingung, Maura sebenarnya tak ada niat untuk m

  • Bodyguard sang Pewaris Cantik   Bab 23

    Drtt. Drttt. Drrttt. Maura buru-buru keluar dari kamar mandinya saat mendengar ponselnya terus-menerus berdering. Di malam-malam begini siapa yang menghubungnya. Saat ponselnya sudah berada di genggamannya. Rupanya, Rion yang menghubunginya malam-malam begini. Langsung saja Maura menerima panggilan telepon itu. "Halo, Rion. Ada apa?" "Kamu diaman? Aku di depan." "Apa? Sebentar aku keluar." Maura terkejut saat mengetahui rupanya Rion berada di depan sana. Untuk apa laki-laki itu datang kesini malam-malam. Tadi Rion berkata jika dia ada urusan. Buru-buru Maura lari keluar dan menghampiri Rion. "Ada apa malam-malam begini, kamu kemari?" Pasalnya ini jam sudah menunjukkan pukul 12 malam. Dan Rion berada di hadapannya sekarang. "Kamu dari mana saja?" Tanya Rion pada Mauta. "Aku? Aku emm.." Maura diam, gadis itu masih memikirkann jawaban apa yang akan dia berikan pada Rion tentang pertanyaan barusam. Tidak mungkin sekali, Maura menjawab dengan jujur kalau dia tadi pergi makan ma

  • Bodyguard sang Pewaris Cantik   Bab 22

    "Aku harus memakai baju apa?"Kini Maura terbaring di atas ranjangnya, bersama dengan tumpukan baju-bajunya yang tersebar di seluruh sudut ranjangnya. Sedari pulang dari kantor tadi Maura langsung membuka lemari bajunya dan hendak memilih baju mana yang akan ia gunakan untuk datang ke acara makan malam nanti.Sudah ada sekitar sepuluh baju yang Maura coba. Nun, dia belum merasakan ada yang cocok untuk dia pakai nanti. Jika dalam situasi ini dia lebih memilih untuk kembali ke kehidupan sebelumnya, dulu dia tidak pernah bingung memilih baju tapi, sekarang dia kebingungan sekali paslnya Maura hanya membawa sedikit baju ke kost nya."Apa aku pulang saja, untuk mengambil baju? Ah tapi jika begitu nanti Rion jadi tau ding. Parahnya lagi bisa saja aku diadukan ke Papa.""Lalu sekarang aku harus bagaimana?"Maura kemudian bangkit dari posisinya, gadis itu kembali menatap baju-bajunya yang terhambur di atas ranjang. Sebenarnya ada tiga baju yang menarik perhatian Mauta. Namun, tetap saja ia bi

  • Bodyguard sang Pewaris Cantik   Bab 21

    "Eh eh eh, kamu mau membawaku kemana?" Maura terus memberontak, ia berusaha untuk bisa lepas dari Rion. Entah kenapa, secara tiba-tiba Rion datang ke ruangannya dan menyeret Maura begitu saja. Bahkan sedari tadi Maura berteriak, menanyakan apa yang akan Rion lakukan. Tapi laki-laki itu tak menjawabnya, Rion terus saja menyeret Maura sampai di depan dapur. "Rion, kamu ini ada apa sih? Tiba-tiba saja menarikku begitu saja?" "Kamu itu bawel ya, Maura." "Kamu saja yang tidak sopan!" "Aku ada sesuatu untukmu." "Apa?" Rion kemudian merogoh kantong celananya, laki -laki itu nampak mengeluarkan sebuah kotak berwarna pink yang tak begitu besar. Mungkin seukuran dengan kotak cincin. Rion kemudian menyodorkan kotak itu kepada Maura. "Untukmu." Gadis itu kemudian menerima kotak yang diberikan oleh Rion. Kemudian memandang Rion aneh. Maura rasa hari ini bukanlah hari ulang tahunnya. Lantas mengapa Rion memberikannya kado. "Dalam rangka apa kamu memberiku ini?" Rion tampak menggaruk bela

  • Bodyguard sang Pewaris Cantik   Bab 20

    Diperjalanan baik Maura dan juga Rion belum ada yang membuka pembicaraan. Maura masih terbayang-bayang tentang kejadian barusan. Sedangkan Rion masih sibuk bergelut dengan pikirannya sendiri."Mau."Panggilan dari Rion itu akhirnya mengalihkan pandangan Maura. Gadis kemudian menoleh ke arah Rion yang berada disampingnya."Iya?""Kemana saja kamu tadi? Apa yang terjadi sebenarnya?"Sejujurnya Maura bingung harus menjawab apa pertanyaan Rion ini. Maura tidak mungkin mengatakan apa yang telah Jevan lakukan tadi. Dan Maura juga tidak mungkin bercerita tentang apa yang dia alami barusan. Jika Rion yahu tentang apa yang terjadi sebenarnya, Maura bisa pastikan bahwa Rion tidak akan benar-benar membiarkan Maura sendiri lagi mulai saat ini. Dan Rion pasti akan menentang keras Jevan dengannya, dan lebih parahnya lagi Maura bisa saja disuruh untuk resign dari kantor."Maaf karena tidak mengabarimu sama sekali, tadi aku hanya sedang pusing dengab kerjan kantor jadi aku memutuskan untuk berjalan-

  • Bodyguard sang Pewaris Cantik   Bab 19

    Maura memandang ngeri pria di depannya yang memandangi Maura dari atas sampai bawah sambil tersenyum menggoda sungguh Maura benar-benar ingin segera menghilang saja dari sini. Gadis itu kemudian mencoba untuk melangkah mundur menajuh dari pria di depannya. Namun, pria tersebut malah semakin mendekati Maura."Jangan coba-coba mendekati aku!" Tegas Maura kepada laki-laki itu. Bukannya takut, pria itu malah tertawa melihat Maura yang ketakutan."Kenapa, takut ya?" Maura masih terus melangkah mundur untuk menjauh dari pria itu sampai akhirnya, gadis itu terjtuh akibat tersandung batu di bawah.brukk."Aw!"Maura lantas mengusap-usap kakinya yang terluka akibat dia terjaruh barusan. Karena hal itu, pria di hadapa Maura lantas berjongkok."Hati-hati dong, kan lecet jadinya," ujar pria itu sambil mencoba untuk menyentuh kaki Maura yang terluka itu.Maura menepis dengan kasar tangan pria itu, dia benar-benar tidak sudi bagian tubuhnya disentuh olehmya. Walaupun sebenarnya Maura saat ini keta

  • Bodyguard sang Pewaris Cantik   Bab 18

    Maura menyalakan kran wastafel kamar mandi. Gadis itu lantas membasuh wajahnya. Tepat sekali, setelah Maura melihat adegan menyakitan antara Jevan dan Sarah tadi. Maura memilih berlari ke kamar mandi dan menumpahkan seluruh air matanya disini. Sudah sekitar sepuluh menit Maura menangis sedari tadi, bahkan matanya kini sudah sembab. Gadis itu jadi tidak berani untuk keluar, apalagi kalau sampai dirinya bertemu Rion. Bisa tamat riwayatnya.“Sial, mataku sangat sembab. Bagaimana ini?”Maura masih terus membasuh wajahnya, berharap sembab dimatanya sedikit berkurang. Namun, nihil hasilnya tetap saja. Dirinya tidak mungkin keluar dengan keadaan seperti ini.“Bagaimana ini? Sangat mustahil, jika aku tidak bertemu Rion sama sekali.”Maura berpikir keras sekali saat ini. Dia harus memikirkan cara agar dirinya tak sampai bertatap muka dengan Rion. Namun, bagaimana?“Apa aku ijin saja, ya?”Awalanya Maura terfikirkan sebuah ide. Mungkin dia bisa saja ijin untuk pulang lebih awal. Namun, setelah

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status