“Aw, sakit!”
Maura terkejut, saat tiba-tiba saja ada seseorang yang menarik rambutnya dengan kuat. Salwa, yang melihat kejadian tersebut. Lantas, hendak menarik tangan seseorang yang berani-beraninya menarik rambut Maura secara tiba-tiba itu. Namun, belum sempat Salwa membantu Maura. Tangan gadis itu, sudah ditarik oleh dua gadis lainnya dan dibawa menjauh dari tempat Maura berada.
“Sarah, lepas!” kata Maura, saat membalikkan badannya dan melihat Sarahlah yang menarik rambut gadis itu.
Maura dan Salwa, awalnya sedang bersantai saja. Di taman dekat area kantor mereka, tepatnya berada pas di belakang gedung tempat mereka bekerja. Setelah makan siang tadi, mereka berdua memutuskan untuk menikmati udara sejuk terlebih dahulu sebelum kembali bekerja. Saat mereka tengah duduk-duduk santai, di bangku taman. Tiba-tiba Sarah datang dari arah belakang mereka, dan menarik rambut Maura, sampai kepala gadis itu mendongak ke atas.
“Apa? Sakit? Aku tidak peduli!” ujar Sarah berteriak.
“Hey wanita gila! Lepaskan Maura!” Salwa berteriak marah, dan kedua teman Sarah membekap mulut Salwa. Agar gadis itu tidak ikut campur.
Karena Maura sudah terbakar emosi, gadis itu bergantian untuk menarik rambut Sarah juga. Karena perlakuan Maura barusan, membuat Sarah melepas tarikan rambutnya pada Maura. Dan menarik tangan Maura, agar gadis itu berhenti menarik rambutnya.
“Maura, lepas!” perintah Sarah.
“Apa? Sakit?” tanya Maura menantang.
Teman-teman Sarah, hendak membantu gadis itu. Namun, Maura mengancamnya. Teman-teman Sarah yang melihat ekspresi wajah Maura, tidak berani untuk melangkangkahkan kakinya kearah Sarah lebih dekat lagi.
“Jika kalian berani ikut campur. Kalian, akan bernasib sama!” ucap Maura mengancam.
Melihat ekspresi wajah Sarah yang kesakitan, memberikan kepuasan sendiri untuk Maura. Karena gadis itu masih mempunyai rasa iba, Maura akhirnya melepaskan tarikan rambutnya pada Sarah.
“Bisa tidak, kamu tidak usah mengusik hidupku, Sarah?”
“Kamu yang mengusik hidupku, dasar perempuan belagu!”
“Dengar ya, Sarah. Aku tidak punya urusan dengan kamu, dasar gila!”
“Jaga ucapan kamu, Maura. Apa kamu tidak memiliki rasa hormat kepadaku? Aku ini senior,u, jabatanku juga lebih tinggi diatas kamu!” ucap Sarah sambil mengacungkan jari telunjuknya, tepat dihadapan wajah Sarah.
“Untuk apa aku harus hormat dengan orang sepertimu? Kamu saja tidak beradab!”
“Berani sekali kamu ya, keren sekali gaya bicaramu, Maura. Seperti orang yang berkuasa saja. Ingat, kamu itu hanya wanita miskin! Jadi, jangan terlalu tinggi gayamu. Untuk apa kamu seperti itu? Mau pamer? Iya? Dijemput dengan mobil mewah, bersama laki-laki pula. Murahan sekali kamu. Atau jangan-jangan, kamu pelacur ya?” ucap Sarah dengan nada merendahkan Maura.
Maura yang mendengar itu lantas marah. Menilai orang tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Itu prinsip orang bodoh. Pikir Maura. Maura lantas menatap sarah, dengan tatapan nyalangnya. Sedetik kemudian, Maura merubah tatapannya menjadi santai, dia lantas melipat kedua tangannya di depan dada.
“Kenapa? Kamu iri ya, Sarah? Karena mobil kamu itu murah, tak semahal mobil yang aku naiki kemarin? Iya?”
“Wah, sombong sekali rupanya kamu ya. Berapa sih gaji pelacur sepertimu?”
“Kenapa kamu harus bertanya padaku, bukannya itu pekerjaanmu ya?”
“Kurang ajar!”
Sarah melayangkan tangan kanannya, hendak menampar pipi Maura. Namun, gerakannya itu terhenti saat ada seorang laki-laki yang tiba-tiba saja muncul dan berteriak kearah Sarah.
“Jangan sentuh Maura!”
Baik Maura, dan yang lainnya langsung menoleh ke arah sumber suara. Di belakang sana, berdiri seorang laki-laki bertubuh tegap. Menatap nyalang kearah Sarah. Betapa terkejutnya Maura, saat mengetahui bahwa laki-laki itu adalah Rion.
Rion berjalan menuju ke arah Sarah, menatapnya dengan tatapan datar. Sedangkan Sarah, menatap penuh keheranan ke arah Rion. Siapa laki-laki ini? Berani-beraninya ikut campur urusan orang saja.
“Jangan pernah berani-beraninya kamu menyentuh Maura!” ujar Rion tegas, memberi peringatan kepada Sarah.
“Kamu pikir aku takut dengan ancamanmu?” jawab Sarah dengan nada yang meremehkan.
“Saya bisa saja, membuat hidupmu sengsara jika saya mau,” tak mau kalah, Rion balik menantang Sarah.
“Berhenti ikut campur! Aku tidak ada urusan denganmu!”
“Aku beri kamu waktu 10 menit untuk segera pergi dari sini, sebelum aku akan benar-benar akan membuat hidupmu menderita.”
Sebenarnya, emosi Sarah semakin meledak dan menjadi-jadi. Namun, Sarah tidak ingin berurusan dengan laki-laki di hadapannya ini. Jadi, dia memilih untuk mengalah dan pergi dari sana.
“Urusan kita belum selesai, Maura!” ujar Sarah sebelum pergi meninggalkan taman belakang.
Sarah kemudian mengajak teman-teman untuk pergi dari sini, Salwa yang daritadi ditahan oleh kedua teman Sarah. Segera berlari ke arah Maura saat dirinya sudah dilepaskan.
“Maura, kamu tidak apa-apa kan? Siapa wanita tadi?” tanya Salwa dengan nada khawatir, Maura lantas tersenyum tipis kearah sahabatnya itu.
“Tidak, aku baik-baik saja, Salwa.”
Kini pandangan Maura beralih kepada Rion, yang juga memandang gadis itu. Tatapan Maura mengisyaratkan bahwa gadis itu butuh penjelasan dari Rion.
“Ada apa?” taya Rion saat mendapatkan tatapan Mengintimidasi dari Maura.
“Sebentar ya, Salwa.”
Setelah mengucapkan itu kepada Salwa, Maura kemudian berjalan ke arah Rion. Menarik pergelangan tangan laki-laki itu, menyeretnya jauh dari posisi Salwa berada. Tepat di samping pohon besar yang ada ditaman itu. Maura, kemudian menghentakkan pergelangan tangan Rion dengan kasar.
“Jelaskan!” ujar Maura dengan nada tegasnya.
“Apa yang perlu aku jelaskan, Maura?”
“Kenapa kamu tiba-tiba berada disini?”
“Aku resmi menjadi Karyawan King Company hari ini” ujar Rion santai.
“Untuk apa, Rion?”
“Untuk menjagamu, Mau.”
“Rion, Stop! Aku sudah bilang padamu kemarin, aku bisa mengatasi urusanku sendiri. Kamu tidak perlu ikut campur, paham?”
“Aku wajib ikut campur, karena tugasmu memang menjaga keselamatanmu, Maura.”
“Aku baik-baik saja, Rion. Aku bisa mengatasi masalahku sendiri. Sudah aku bilang, aku ingin hidup mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain.”
“Apa kamu lupa, dengan kejadian kemarin? Itu bisa saja menjadi lebih parah nantinya, Maura.”
“aku tidak peduli!”
“Biarkan aku tetap menjagamu, dan kamu masih bisa merasakan hidup dengan kesederhanaan ini. Atau, aku tidak akan menjagamu lagi dan akan kulaporkan kejadian kemarin kepada papamu. Tentukan pilihanmu.”
“Ancaman itu, lagi?”
“Pilih saja, Maura.”
“Ayolah, Rion. Berhenti menggunakan ancaman itu.”
“Aku hanya khawatir terhadapmu, jangan membuat aku selalu dihantui rasa takut, Maura. Biarkan aku melaksanakan tugasku untuk menjagamu, ya?”
“Tapi apa harus, kamu ikut bekerja sebagai karyawan di kantorku untuk menjagaku?” tanya Maura, dengan nada mengejek.
“Ya, memangnya kenapa? Ada yang salah?”
Maura kemudian terkekeh pelan. Melihat penampilan Rion dari atas sampai bawah. Kemudian kembali terkekeh. Sedangkan Rion, memandang Maura dengan wajah keheranan.
Kenapa gadis ini?
“Apa yang kamu tertawakan, Maura?”
“Ahahaha, lucu sekali kamu sangat posesif terhadapku,” ujar Maura sambil tertawa.
Rion hanya memutar bola matanya malas, “Maura, apa kamu tidak penasaran apa jabatanku di perusahaan ini?”
“Memang apa jabatanmu di kantor?”
“Aku menjadi staff HRD” jawab Rion.
“Wah, keren sekali, “ Ujar Maura kagum.
Maura dan Rion tak sadar, jika interaksi mereka berdua sedari tadi diperhatikan oleh Jevan. Jevan memandang datar ke arah mereka berdua. Kedua tangan Jevan terkepal kuat, bahkan kaleng soda yang berada digenggamannya sampai rusak. Entah mengapa rasanya dia ingin sekali menghajar wajah Rion itu. Jevan bingung dengan perasaan apa yang dia rasakan sekarang. Namun, yang pasti. Dia sangat tidak suka melihat interaksi antara Maura dan Rion.
Brakkk
Suara lemparan kaleng soda ke arah tempat sampah itu, menarik perhatian Rion dan juga Maura. Mereka berdua lantas menoleh ke arah sumber suara. Jevan menatap datar keduanya, saat pandangan mereka bertemu. Tanpa memberikan reaksi apapun, Jevan lantas pergi begitu saja. Sedangkan, Maura dan Rion hanya memandang kepergian Jevan dengan wajah bertanya-tanya.
Ada apa dengannya?
Jevan tengah makan siang di kantin kantornya bersama Alex, sahabat karib Jevan. Dan juga merupakan salah satu karyawan di perusahannya. Tak biasanya dia makan siang di kantin kantornya. Namun, entah mengapa hari ini rasanya dia ingin sekali makan siang disini. Tentu saja, suasana kantin sedikit heboh dikarenakan bos dari King Company sedang berada di kantin. Hal yang baru pertama kali terjadi. Namun, sayang ketenangan Jevan tak bertahan lama. Kala Sarah, datang menghampiri meja mereka berdua.“Hai!” sapa Sarah, yang tiba-tiba saja sudah duduk disamping Jevan.Jevan sama sekali tak menggubris ucapan Sarah barusan. Karena merasa tak diperhatikan, akhirnya Sarah menggeser duduknya agar lebih dekat lagi dengan Jevan. Gadis itu, tiba-tiba saja meraih lengan Jevan, dan bergelanyut manja pada laki-laki itu. Ini bukanlah suata hal yang mengejutkan bagi para karyawan King Company. Pasalnya, rumor terkait Jevan, Sarah dan juga Maura sudah menyebar luas di seluruh lingkungan kantor King Company
“Jadi saya meminta dengan hormat kepada, Pak Jevan untuk tidak lagi menggoda kekasih saya.”Rion, mengatakan hal tersebut dengan tegas kepada Jevan. Sedangkan Jevan, yang mendengar penuturan dari Rion barusan. Lantas, memandang Rion dengan raut wajah yang sulit dijelaskan. Tatapannya tajam, menandakan bahwa Jevan tak suka dengan apa yang Rion katakan barusan. Sedangkan Maura, gadis itu tak tahu harus bagaimana. Perkataan Rion barusan, benar-benar diluar dugaan Maura. Yang gadis itu bisa lakukan saat ini hanya diam dan menyimak apa yang akan terjadi selanjutnya.“Rion, jangan coba-coba kamu untuk membodohi saya ya. Saya jelas-jelas tahu bahwa Maura ini tidak memiliki kekasih. Jadi kamu jangan terlalu percaya diri!”Jevan mengatakan hal tersebut dengan nada kesal.“Saya tidak mencoba untuk menipu Bapak, apa yang saya katakan itu benar adanya Pak Jevan. Maura ini memang kekasih saya, mulai detik ini, “ Ujar Rion penuh penekanan.“Saya tidak percaya, sebelum saya mendengar langsung pengak
Pyarr.Brukk.Bola lampu yang tadi Maura pegang jatuh ke lantai dan pecah. Bersamaan dengan tubuh Maura juga yang terjatuh dari atas anak tangga tadi. Maura memejamkan matanya, setelah menunggu lama sekitar 2 menitan. Gadis itu tak merasakan apa-apa. Namun, dia merasakan bahwa ada seseorang yang menopang tubuhnya. Perlahan, Maura mencoba untuk membuka matanya. Dan betapa terkejutnya dia, mendapati Jevan tengah menopang tubuh gadis itu agar tidak terjatuh ke lantai. Cukup lama mereka saling beradu tatap. Maura dengan raut wajah keheranan memandang Jevan yang malah memberikan tatapan datar pada gadis itu.“Eh,” ujar Maura canggung, perlahan Maura bangkit dibantu oleh Jevan.“Terima kasih, Pak.”Maura tak berani memandang ke arah Jevan, gadis itu mengalihkan pandangannya ke bawah.“Kamu kenapa sih, Maura? Dasar ceroboh! Untuk apa kamu ke ruangan saya? Masuk seenaknya?”Mendengar omelan dari Jevan, Maura menatap laki-laki itu dengan bingung.“Maaf Pak sebelumnya, bukannya saya bermaksud u
Rion sudah tiba tepat di depan meja kerja Sarah. Gadis itu saat ini tengah sibuk dengan layar laptop di depannya sampai tak sadar abhwa Rion sudah berdiri di depannya sambil menatap nyalang gadis itu.“Sarah,” panggil Rion dengan nada dinginnya.Sarah yang mendengar namanya di panggil lantas mendongakkan kepalanya ke depan. Dia sedikit terkejut saat tahu Rion berdiri di depannya dengan tatapan yang seperti itu.“Ada apa?”“Kamu berniat mencelakai Maura ya?”“Apa maksud kamu, Rion?”“Jangan pura-pura tidak tahu, kamu sengaja kan menyuruh Maura untuk mengganti lampu di ruangan Pak Jevan? Iya kan?”“Jangan menuduh kamu!”“Jawab dengan jujur, Sarah!”“Kamu jangan menuduhku sembarangan, Rion!”“Aku peringatkan lagi padamu, Sarah. Jangan pernah kamu mengganggu hidup Maura! Atau, kamu akan tanggung sendiri akibatnya.”Setelah mengatakan hal tersebut, Rion langsung saja pergi tanpa menunggu respon dari Sarah perihal ancamannya barusan. Sedangkan Sarah, masa bodoh akan hal itu. Dia sama sekali
Jevan berjalan dengan tergesa-gesa. Sesekali dia juga menabrak para karyawan yang tengah lewat juga. Masa bodoh dengan hal itu, ada hal yang lebih penting lagi yang perlu Jevan urus saat ini. Saat sudah sampai di depan meja kerja Maura, Jevan semakin dibuat emosi kala melihat pemandangan di depannya. Dia melihat Maura tengah bercanda gurau dengan salah satu karyawan laki-laki nya. Namun, saat melihat bos merek itu ada dihadapan mereka saat ini. Karyawan laki-laki tadi itu pun akhirnya pamit pergi. Dia begitu takut, kala melihat wajah garang Jevan. Kini hanya tinggal Maura yang ada, gadis itu bingung, apa yang harus ia lakukan. Dia juga berpikir, apakah dirinya membuat kesalahan?“Ada ap..”“Ikut ke ruangan saya, sekarang!”Belum sempat Maura bertanya, Jevan sudah lebih dulu memotong ucapannya, bahkan Jevan langsung pergi begitu saja setelah memeritahkan Maura untuk ikut ke ruangannya barusan. Maura semalin dibuat bingung. Karena takut bos nya itu semakin marah padanya, Maura menurut s
“Kenapa kamu malah membela wanita murahan ini?”“Jaga ucapan kamu, Sarah!”“Apa? Memang benar seperti itu.”Jevan menggertakkkan giginya, rahangnya mengeras menahan untuk tidak bertindak kasar pada Sarah. Sarah benar-benar marah dan kecewa pada Jevan. Rencana yang Sarah kira awalnya akan berakhir sesuai yang ia harapkan. Kini malah hancur dan berbanding terbalik. Tak memperdulikan amarah Sarah, Jevan lantas beralih untuk memeriksa Maura. Gadis itu sedari tadi masih terdiam sambil menundukkan kepalanya.“Apa kamu baik-baik saja, Maura?” Tanya Jevan dengan lembut, sambil memeriksa pipi kiri Maura.Sarah yang melihat hal tersebut, justru malah semakin dibuat emosi. Apa-apan ini, kenapa Jevan sangat perhatian terhadap Maura?“Jevan, bisa-bisanya kamu peduli terhadap Maura? Kamu ini bodoh atau apa?”Jevan menoleh ke arah Sarah dengan mimic wajah datarnya.“Iya, aku bodoh. Bodoh karena sudah percaya kepadamu!”“Apa maksud kamu? JElas-jelas Maura ini perempuan murahan! Dia pasti sudah menggo
Rion berdecak kesal. Sedari tadi dia sudah berulang kali mencoba untuk menghubungi Maura. Namun, tak kunjung ada jawaban dari gadis itu. Ini sudah lewat dari jam pulang, Maura juga tidak ada di tempat kerjanya. Kemana gadis itu pergi. Membuat Rion khawatir saja.“Kemana perginya Maura?” Tanya Rion pada dirinya sendiri.“Apa dia sudah pulang lebih dulu?”“Mungkin Maura masih ada di sekitaran kantor, coba aku cari dulu.”Saat Rion hendak membalikkan badannya, Laki-laki itu terkejut kala, tiba-tiba saja Salwa muncul dihadapannya. Darimana asalnya gadis ini? Membuat Rion hampir saja kena serangan jantung mendadak akibat kehadiran Salwa secara tiba-tiba.“Ah, aku minta maaf karena telah mengejutkanmu,” ujar Salwa tak enak hati, saat mengetahui raut wajah Rion yang nampak sekali bahwa lkai-laki itu terkejut karenanya.“Iya, tidak apa-apa. Tunggu, kamu temannya Maura, Kan?”Rion baru ingat, bahwa dia pernah bertemu dengan Salwa saat di taman itu. Mungkin saja dia tahu keberadaan Maura.“Iya
Mobil Jevan berhenti tepat di depan mobil yang tadi hampir ia tabrak. Jevan langsung memeriksan keadaan Maura yang masih memejamkan matanya. Jevan memegang pundak Maura.“Mau, kamu tidak apa-apa? Ada yang terluka?” Tanya Jevan dengan nada khawatir.Perlahan Maura mulai membuka matanya, pemandangan yang pertama kali ia lihat adalah. Jevan dengan raut wajah khawatirnya.“Tidak apa-apa, Mas. Lebih baik kamu keluar. Sepertinya bapak itu marah.”Maura mengisyaratkan Jevan untuk melihat ke depan sana. Disana seorang bapak-bapak berusia sekiatr 40 tahunan keluar dari dalam mobil dengan ekspersi kesalnya. Sudah bisa Maura tebak, pasti bapak-bapak itu akan marah pada mereka.“Kamu tunggu disini ya, Maura. Aku keluar dulu.”Setelah mengatakan itu Jevan langsung keluar menghampiri Sang Bapak. Jevan meminta maaf dan menjelaskan kepada bapak itu bahwa tadi ia sedikit mengantuk. Untungnya bapak itu bisa diajak untuk berkomunikasi dengan kepala dingin. Jadi, masalah ini tak jadi rumit. Setelah seles