Beranda / Romansa / Bos, Jangan! Nanti Ketahuan / Bab 3. Pujian untuk Selena

Share

Bab 3. Pujian untuk Selena

Penulis: Hare Ra
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-03 19:07:49

“Benarkah?” tanya Anton.

Sejak tadi, Haris tidak mengabarkan pada Anton kalau dia langsung ke rumahnya.

"Iya, sudah setengah jam," jawab Selena.

Anton buru-buru masuk, dia mendapati bos nya sudah duduk santai di ruang tamu.

"Maaf, Pak. Saya baru pulang," ucap Anton merasa bersalah, karena tidak bisa menyambut kedatangan bos.

"Tidak masalah. Saya yang tidak mengabari," jawab Haris sambil terkekeh.

"Saya kira bapak akan datang malam nanti," ucap Anton lagi sambil duduk di depan Haris.

"Kebetulan sedang berada di sekitar sini. Kalau pulang dulu, akan memakan waktu. Jadi, saya pikir sekalian saja mampir."

Sesekali, ekor mata Haris melirik ke arah Selena yang masih berdiri di dekat Anton.

Selena merasa bersalah pada Anton, apalagi sentuhan Haris tadi masih meninggalkan kejutan aneh dalam dirinya.

Sentuhan singkat dan lembut, tapi meninggalkan rasa yang sulit hilang.

"Sayang, kamu siapkan makanannya ya," ujar Anton kepada Selena.

Suaranya sudah merendah, ingin menunjukkan pencitraan di depan bos.

"Iya, Mas."

Anton sama sekali tidak curiga, kepada istri dan bosnya itu. 

Setelah Selena kembali ke belakang, Haris dan Anton tampak berdiskusi dengan serius. Pembahasan mereka tampaknya begitu seru, perdebatan dan tawa sesekali terdengar dari dapur.

"Fokus, Selena," ujar Selena pada dirinya sendiri yang beberapa kali salah ambil barang.

"Dia duda, kan?" tanya Selena lagi.

Anton pernah bercerita kalau bosnya itu seorang duda. Dia ditinggalkan oleh istrinya yang berselingkuh. Tidak mau memperpanjang urusan, Haris menceraikan istrinya. Dan mereka belum dikarunia seorang anak.

"Apa hubungannya denganku? Jangan berpikir aneh," lanjut Selena mengingatkan dirinya.

Setelah makanan siap, Anton dan Haris masih sibuk berdiskusi. Selena memilih untuk berganti pakaian.

Selena mengenakan dress selutut tanpa lengan berwarna merah. Tampak begitu pas di tubuhnya. Dengan make up tipis, Selena tampil cantik dan memukau.

Berkali-kali dia mematut diri di depan cermin, takut jika penampilannya tidak sempurna.

"Ini hanya untuk membuat Mas Anton senang. Aku tidak mau membuatnya malu," ujar Selena sambil memoleskan lipstik ke bibirnya.

Disaat makan malam, beberapa kali Haris ketahuan sedang melirik ke arah Selena.

Tapi, Haris tidak pernah kehilangan akal. Dia selalu bisa mencairkan suasana, jadi Anton tidak pernah curiga kalau Haris mencuri pandang ke arah istrinya.

"Masakan istrimu enak sekali," puji Haris sambil menyuapkan nasi ke mulutnya.

"Selena memang pintar memasak," jawab Anton tergelak.

"Kamu sangat beruntung, Anton," sambung Haris.

"Iya, Pak. Tapi, Selena malah sibuk mau kerja. Padahal kan di rumah saja cukup," jawab Anton melirik sang istri yang makan sambil menunduk.

"Loh, kenapa?" tanya Haris, merasa pancingannya mulai mendapatkan hasil.

"Untuk apa wanita sibuk bekerja, pada akhirnya hanya akan kembali ke dapur, sumur dan kasur. Kuasai saja tiga elemen itu untuk menyenangkan suami," jawab Anton.

Haris mengangguk, dia kembali melirik ke arah Selena.

"Padahal, istrimu memiliki cara kerja yang rapi. Terlihat sekali kalau dia terbiasa mengatur banyak hal. Potensinya besar sekali," ujar Haris memuji.

Selena tersipu mendengar pujian itu. Tapi, sekaligus merasa getir. Karena pujian itu dia dengar dari lelaki lain. 

Pujian yang selama ini dia harapkan keluar dari mulut Anton, setidaknya apresiasi untuk pekerjaannya di rumah. Tapi, sekalipun Anton tidak pernah memujinya.

Sekarang, justru kata-kata itu di dengarnya dari orang yang tidak lain adalah bos suaminya sendiri.

"Selagi suami masih mampu, biarkan suami saja yang bekerja," jawab Anton dengan senyum dibuat-buat.

"Kadang, wanita bekerja bukan karena ketidakmampuan suami memenuhi kebutuhannya. Itu hanya untuk biar dia merasa diakui, berkembang dan bergaul. Sekaligus biar dia tidak merasa bosan di rumah," sambung Haris yang kini jelas menatap Selena dengan lekat.

Selena semakin tertunduk, dalam hatinya merasa senang ada orang yang mengerti perasaannya.

"Jangan sampai wanita merasa di kekang," ujar Haris lagi sambil menyudahi makannya.

Anton tersenyum dan mengangguk. Hingga akhirnya tidak ada lagi pembicaraan di meja makan itu.

Setelah makan malam selesai, Selena langsung membersihkan meja makan. Anton akan sangat marah kalau melihat rumah yang berantakan.

Anton dan Haris masih duduk di meja makan, menikmati makanan penutup yang disediakan Selena.

"Kalau kau mengizinkan, saya akan menawarkan pekerjaan untuk istrimu," ujar Haris memecah keheningan membuka kembali pembicaraan.

"Saya rasa tidak perlu, Pak," tolak Anton.

Haris tertawa. "Saya butuh asisten pribadi, mungkin cocok untuk istrimu," ujar Haris tanpa peduli dengan penolakan Anton.

Deg!

Jantung Selena yang mendengar percakapan itu berdegup kencang. Dia merasa ada harapan yang kembali tumbuh untuk bekerja.

Tapi, mengingat sentuhan Haris yang tidak biasa sebelumnya, Selena juga merasa itu juga mungkin sebagai tanda bahaya.

“Tapi…”

“Bagaimana kalau saya tawarkan kamu naik jabatan, menjadi Manajer Divisi, asalkan izinkan istrimu menjadi sekretaris. Saya merasa sulit sekali menemukan yang cocok, tapi melihat istrimu, saya yakin dia bisa diandalkan,” potong Haris cepat.

“Na–naik jabatan?!”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Bos, Jangan! Nanti Ketahuan   Bab 16. Memang Manis

    “Kamu hanya perlu katakan kepada Pak Haris untuk tidak menyalahkan aku!” bentak Anton lagi.Selena merebahkan dirinya membelakangi Anton, rasanya sudah begitu malas berdebat dengan suaminya.“Kamu dengar tidak?” tanya Haris menarik tubuh Selena agar menghadap ke arahnya.“Aku tidak akan mencampuri pekerjaan kamu, Mas. Termasuk untuk bilang ke Pak haris. Lakukan saja sesuai prosedur, kalau salah yang terima saja di marah,” jawab Selena menghela nafas berat.“Apa salahnya sih bantu suami sendiri!”“Ingat Mas, kamu sendiri kan gak mau ada yang tahu kalau kita suami istri.”“Pak Haris beda! Dia sudah tahu kamu istriku. Kalau aku mau, aku bisa cabut izin kerja kamu. Aku akan minta kamu berhenti!” jawab Anton yang masih tidak mau kalah.“Lakukan saja, Mas.”Anton menatap Selena tidak percaya, istrinya itu sudah mulai berani menjawabnya. Dan sekarang, malah dia yang takut kalau Selena berhenti.“Aku tidak main-main, Selena.”“Iya, aku juga.”Akhirnya Anton terdiam, dia kembali sibuk dengan p

  • Bos, Jangan! Nanti Ketahuan   Bab 15. Layani Aku!

    “Ngapain kita kesini, Pak?” tanya Selena heran ketika mobil yang dikemudikan oleh Haris bukan ke arah tempat meeting yang disebutkan.“Gapapa.”“Bapak bohong ada meeting diluar?” tanya Selena.Bos nya ini benar-benar penuh kejutan, tadi melarang sopir mengantarkan, sekarang malah mengubah arah.“Gak, meetingnya satu jam lagi, diundur.”“Terus ngapain kesini?” tanya Selena penasaran.Saat ini mereka berada parkiran sebuah mall, entah apa yang ingin dilakukan oleh Haris. Jadwal meeting yang awalnya jam sepuluh, diundur menjadi jam sebelas. Memang masih ada waktu satu jam lagi.“Ke salon.”“Hah? Bapak mau ke salon?” tanya Selena heran.“Kamu.”“Kenapa saya?”“Wajah kamu masih pucat.”Sontak Selena melihat penampilannya di kaca mobil, hanya dilapisi bedak tipis. Tadi, dia memang lupa membawa concealer dan foundation. Jadi, setelah dihapus tadi pagi dia hanya melapisinya dengan bedak tipis.“Saya jelek ya, Pak?” tanya Selena pelan.“Gk, kamu sangat cantik. Tapi, kalau untuk bertemu orang l

  • Bos, Jangan! Nanti Ketahuan   Bab 14. Kunci Pintunya

    “Kamu ini apa-apaan sih? Jangan menuduh sembarangan!” kesal Anton sambil berdiri dan meninggalkan Selena dalam diam.“Aku tidak menuduh. Memang semalam kamu menyebut namanya,” jawab Selena.“Jangan melibatkan orang lain dalam rumah tangga kita!”Anton pergi meninggalkan rumah tanpa pamit.Saat Selena tiba di kantor, dia melihat Anton dan Citra sudah bersiap berangkat meninjau material di proyek dalam kota, sesuai dengan hasil meeting beberapa hari lalu kalau beberapa complain masuk tentan material yang kurang.“Pagi, Bu Selena,” sapa Citra dengan ramah.“Pagi,” jawab Selena dengan senyum lembutnya.Meskipun hatinya hancur berkeping-keping melihat adegan itu, tapi dia akan tetap professional.Di kejauhan Haris menunggunya di depan lift.“Muka kamu kenapa?” tanya Haris.Selena yang sejak tadi berjalan menunduk, menahan air mata agar tidak menampakkan diri. Ini di kantor, dia tidak akan membawa masalah pribadinya ke kantor. Begitupun sebaliknya, dia akan berusaha bersikap profesional.“P

  • Bos, Jangan! Nanti Ketahuan   Bab 13. Nama Wanita Lain Di Bibirmu

    “Mas, aku perlu ngomong,” ujar Selena.Selena baru saja keluar dari kamar mandi, membersihkan tubuhnya. Rasa lapar di perutnya sudah hilang begitu saja. Tapi, ada hal yang harus Selena bahas. Dia ingin Anton jujur, mengapa dia berbohong pada keluarganya mengatakan Selena yang bermasalah untuk hamil?Tapi…ZZzzz! Zzzz!Saat Selena menoleh ke atas tempat tidur, suaminya sudah terlelap. Anton sama sekali tidak merasa bersalah. “Padahal tadi aku sudah bilang, jangan tidur dulu,” gumam Selena sembari mengeringkan rambutnya.Hilang sudah kesempatan untuk berbicara. Di hari kerja, Anton pasti akan pulang terlambat. Apalagi semenjak naik jabatan, selalu alasan kalau sekarang dia semakin sibuk.Saat weekend?Tidak akan ada waktu. Anton akan bermain ke rumah orang tua nya seharian. Bahkan mungkin itu hanya alasan saja. Mungkin dia menghabiskan waktu bersama Citra.“Kenapa rumah tanggaku jadi seperti ini?” tanya Selena pada dirinya sendiri.Tidak ada pilihan lain, selain merebahkan diri di sam

  • Bos, Jangan! Nanti Ketahuan   Bab 12. Kamu Mandul?

    “Mas Anton yang ngizinin aku kerja, Ma,” ujar Selena mencoba membela diri.“Atau jangan-jangan kamu mandul?” tanya Susan.Deg!Selena yang mendengar itu langsung menoleh. Hatinya sakit, siapa sih yang tidak ingin punya anak. Tapi, kalau belum rezekinya, mau bagaimana lagi?“Aku sudah periksa dan sehat, Kak,” jawab Selena tegas.Mata Selena melirik kearah Anton yang sedang sibuk memberikan keponakannya beberapa lembar uang seratus ribuan. Aldi minta uang, katanya untuk membeli game playstation empat.Dan sebenarnya yang bermasalah adalah Anton, menurut dokter dari hasil tes yang mereka lakukan bahwa sperma Anton mayoritas abnormal dan sangat lemah, kemampuan pergerakannya untuk membuahi itu sangat lamban.Bahkan dokter mengatakan kalau kemungkinan Selena bisa hamil itu dibawah dua persen. Tapi, bukan hal yang mustahil.Dan kehamilan bukanlah sesuatu yang bisa diburu-buru.“Alasan saja. Kamu mau bilang Anton yang mandul?” tanya Susan sinis.“Aku tidak bilang begitu, kak.”“Anton sudah c

  • Bos, Jangan! Nanti Ketahuan   Bab 11. Tanda Merah

    “Mas, aku…”“Apa? Katakan sekarang apa maumu, hah?” tanya Anton dengan mata menatap tajam kearah Selena.“Tidak ada, Mas.”Anton berdecak kesal, dia menepis wajah Selena dengan kasar. “Tidak ada perayaan apapun, aku sibuk!”“Iya, Mas.”Mobil Anton berlalu dengan meninggalkan suara decitan ban. Selena menghapus air matanya dan merapikan kembali make upnya.“Pagi, Bu Selena.” Beberapa karyawan yang datang bersamaan dengannya menyapa ketika Selena tiba di kantor.Masih setia dengan ojek online, Selena selalu menyunggingkan senyuman ramahnya pada setiap karyawan yang dijumpainya.“Bu Selena itu ramah ya,” bisik beberapa karyawan.“Cantik lagi.”“Cocok kalau jadian sama Pak Bos.”Selena yang mendengar itu hanya menghela nafas berat. Seandainya mereka tahu kalau Selena adalah istri Anton, entah apa tanggapan mereka.Suasana di dalam lift cukup ramai, maklumlah sebentar lagi jam kerja akan dimulai. Semua orang terburu-buru masuk. Termasuk Selena yang ikut di dalam lift itu.Dan seperti hal u

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status