หน้าหลัก / Romansa / Bos, Jangan! Nanti Ketahuan / Bab 2. Sentuhan Nakal Bos Suamiku

แชร์

Bab 2. Sentuhan Nakal Bos Suamiku

ผู้เขียน: Hare Ra
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-12-03 19:06:25

"Anton sudah pulang?" tanya Haris dengan tatapan lekat pada Selena.

"Be-belum pulang, Pak," jawab Selena gugup.

Dia serba salah, menghindar takut dibilang tidak sopan. Balas menatap balik, nanti dikira dia menantang. Dan berpengaruh pada karir suaminya.

Haris mengangguk pelan. 

Lelaki dengan tinggi sekitar seratus tujuh puluh lima centimeter, dengan tatapan mata tajam tapi teduh, kulitnya putih dan satu lagi kacamata hitam bertengger disana. Dia bak seorang aktor. Ditambah lagi tubuhnya begitu tegap, otot tangannya terlihat cukup padat, menandakan dia rutin fitnes.

Bahkan, Selena sempat terbersit membandingkan Haris dengan Anton. Meskipun mungkin Anton tidak kalah ganteng dengan Haris, tapi lelaki itu sangat malas sekali berolahraga, perutnya bukan sixpack malah sudah mulai sedikit membuncit.

Selena memang sudah mengenal Haris, lelaki itu adalah kakak tingkatnya saat kuliah dulu. Senior yang pernah membuatnya menangis saat ospek, pada saat itu Haris sudah semester tujuh, tapi masih sempat mengganggu mahasiswa baru. 

“Ehm.” Haris berdehem melihat Selena hanya mematung di depannya, matanya terus menatap Selena seperti sedang menguliti wanita itu.

Kemudian Selena baru sadar kalau daster yang dikenakannya cukup tipis dan basah oleh keringat.

Bra merah tercetak jelas dibalik daster putihnya. Selena hanya menunduk. Menghindar juga sudah tidak sempat lagi.

Tangannya mencoba menutupi bagian dadanya. Tapi percuma, Haris sudah melihatnya.

"Boleh saya masuk?" tanya Haris lagi.

Selena hanya mengangguk. "Silakan, Pak."

Selena memberikan jalan kepada Haris, sementara bos suaminya itu tampak tersenyum melirik ke arahnya.

"Silakan duduk, Pak."

"Terima kasih, saya ada janji sama Anton. Kebetulan saya sedang berada di sekitar sini, jadi langsung mampir," ucap Haris sambil menghempaskan tubuhnya di sofa ruang tamu.

Selena hanya mengangguk. Tidak tahu harus menjawab apa.

"Silakan menunggu, saya tinggal ke dalam, Pak," ucap Selena.

"Maaf, jadi merepotkan."

"Sama sekali tidak, Pak," jawab Selena sambil bersiap berlalu ke dalam.

"Kata Anton, kamu dulu pernah bekerja?" tanya Haris, seolah sengaja menghentikan langkah Selena.

Selena mengangguk. "Iya, Pak."

"Kerja apa?"

"Supervisor marketing," jawab Selena, tatapan matanya sedikit menerawang.

Setiap kali diungkit masalah pekerjaan, wajahnya akan berkabut sedih.  Haris membaca wajah Selena, dia tersenyum penuh arti.

"Sayang sekali."

"Kenapa, Pak?"

"Iya, wanita secantik dan secerdas kamu harus terkurung di rumah. Seharusnya, kamu memiliki kesempatan naik ke puncak karir," jawab Haris menatap Selena lekat.

"Kamu sangat pintar, dulu pemegang IPK sempurna menggegerkan jurusan. Sampai-sampai kami anak semester atas dibanding-bandingkan oleh dosen. Sekarang kamu malah nganggur, kalau tidak berhenti kamu sepertinya akan mencapai kesuksesan," sambung Haris.

"Itu hanya dulu. Maaf Pak, saya permisi."

Selena kembali ke dapur, dengan sedikit gugup Selena menyiapkan minuman. 

Pikirannya kembali terngiang dengan kata-kata Haris. Dia seharusnya masih berkarir. Bisa jadi, dia sudah naik jabatan.

Selena menggeleng, dia sudah setuju untuk hanya menjadi ibu rumah tangga. Dia harus melupakan keinginannya bekerja, dan semua itu, kini hanya menjadi mimpi yang tidak akan pernah terwujud. 

Dan apakah sekarang Selena merasa dia adalah wanita seutuhnya setelah full menjadi ibu rumah tangga? Entahlah, dia lebih merasa sedang terpenjara.

"Minum apa yang harus aku buat?" tanya Selena bingung.

"Biasanya orang tua suka kopi," jawabnya sendiri.

Dia yang bertanya, dia juga yang menjawab.

Dengan yakin, Selena menyeduh kopi hitam. "Tapi, dia tidak tua-tua amat sih. Wajahnya masih awet muda dan ganteng lagi. Masih sama kayak dulu, tapi dulu ngeselin."

"Ah sudahlah, kopi saja. Kalau tidak mau yaudah terserah. Siapa suruh datang lebih cepat," sambung Selena akhirnya.

Tidak berapa lama, harum kopi menguar ke seluruh ruangan. 

Selena membawa nampan yang berisi kopi panas dengan asapnya yang masih mengepul.

Dengan masih mengenakan baju yang sama, daster tipis putih tanpa lengan.

"Harum sekali kopinya," puji Haris.

Selena tersenyum kikuk, dan siapa sangka Haris malah berdiri di dekat Selena, tangannya menyentuh tangan Selena dengan sengaja, dan berpura-pura menaruh gelas itu di meja.

"Kopinya panas, takut tumpah," ujar Haris masih memegang tangan Selena.

Aliran darah Selena berdesir hangat, sentuhan itu seperti sebuah sengatan listrik.

Haris sama sekali tidak melepaskan pegangan tangannya, dan malah semakin naik hingga ke lengan.

Selena terkejut, dia mundur beberapa langkah. Tapi, geraknya terhenti karena terpentok di sofa. Ruang geraknya semakin menyempit.

Haris menyunggingkan senyumannya. 

Tangan Haris semakin naik, tapi sebelum menyentuh bahu Selena, tiba-tiba...

Bel rumah kembali berbunyi, Selena bernafas lega.

Sementara Haris kembali ke tempat duduknya dengan senyum samar, namun sebelumnya dia berbisik kepada Selena. "Kamu juga sangat cantik dan lucu, masih sama seperti dulu."

Wajah Selena memerah, dia segera menuju pintu.

Sementara Haris pura-pura sibuk dengan ponselnya, meskipun ujung matanya tidak lepas dari Selena.

Saat pintu dibuka, suaminya berdiri di depan pintu dengan wajah bertekuk karena kelelahan.

"Sedang apa kamu? Kenapa lama sekali?" tanya Anton.

Selena gugup, ada rasa takut jika sang suami mengetahui apa yang baru saja terjadi.

Selena sendiri pun bingung, kenapa pintu tertutup? Padahal di dalam ada tamu. Dia lupa kapan menutup pintu itu.

"Maaf, Mas..."

"Sudah siap semua untuk malam ini? Jangan sampai memalukan, ini pertama kalinya bos datang," sambung Anton memastikan.

"Bos kamu sudah di rumah, Mas," jawab Selena.

"Hah?" Anton terkejut sekaligus tidak percaya kalau bos nya sudah di rumah.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Bos, Jangan! Nanti Ketahuan   Bab 16. Memang Manis

    “Kamu hanya perlu katakan kepada Pak Haris untuk tidak menyalahkan aku!” bentak Anton lagi.Selena merebahkan dirinya membelakangi Anton, rasanya sudah begitu malas berdebat dengan suaminya.“Kamu dengar tidak?” tanya Haris menarik tubuh Selena agar menghadap ke arahnya.“Aku tidak akan mencampuri pekerjaan kamu, Mas. Termasuk untuk bilang ke Pak haris. Lakukan saja sesuai prosedur, kalau salah yang terima saja di marah,” jawab Selena menghela nafas berat.“Apa salahnya sih bantu suami sendiri!”“Ingat Mas, kamu sendiri kan gak mau ada yang tahu kalau kita suami istri.”“Pak Haris beda! Dia sudah tahu kamu istriku. Kalau aku mau, aku bisa cabut izin kerja kamu. Aku akan minta kamu berhenti!” jawab Anton yang masih tidak mau kalah.“Lakukan saja, Mas.”Anton menatap Selena tidak percaya, istrinya itu sudah mulai berani menjawabnya. Dan sekarang, malah dia yang takut kalau Selena berhenti.“Aku tidak main-main, Selena.”“Iya, aku juga.”Akhirnya Anton terdiam, dia kembali sibuk dengan p

  • Bos, Jangan! Nanti Ketahuan   Bab 15. Layani Aku!

    “Ngapain kita kesini, Pak?” tanya Selena heran ketika mobil yang dikemudikan oleh Haris bukan ke arah tempat meeting yang disebutkan.“Gapapa.”“Bapak bohong ada meeting diluar?” tanya Selena.Bos nya ini benar-benar penuh kejutan, tadi melarang sopir mengantarkan, sekarang malah mengubah arah.“Gak, meetingnya satu jam lagi, diundur.”“Terus ngapain kesini?” tanya Selena penasaran.Saat ini mereka berada parkiran sebuah mall, entah apa yang ingin dilakukan oleh Haris. Jadwal meeting yang awalnya jam sepuluh, diundur menjadi jam sebelas. Memang masih ada waktu satu jam lagi.“Ke salon.”“Hah? Bapak mau ke salon?” tanya Selena heran.“Kamu.”“Kenapa saya?”“Wajah kamu masih pucat.”Sontak Selena melihat penampilannya di kaca mobil, hanya dilapisi bedak tipis. Tadi, dia memang lupa membawa concealer dan foundation. Jadi, setelah dihapus tadi pagi dia hanya melapisinya dengan bedak tipis.“Saya jelek ya, Pak?” tanya Selena pelan.“Gk, kamu sangat cantik. Tapi, kalau untuk bertemu orang l

  • Bos, Jangan! Nanti Ketahuan   Bab 14. Kunci Pintunya

    “Kamu ini apa-apaan sih? Jangan menuduh sembarangan!” kesal Anton sambil berdiri dan meninggalkan Selena dalam diam.“Aku tidak menuduh. Memang semalam kamu menyebut namanya,” jawab Selena.“Jangan melibatkan orang lain dalam rumah tangga kita!”Anton pergi meninggalkan rumah tanpa pamit.Saat Selena tiba di kantor, dia melihat Anton dan Citra sudah bersiap berangkat meninjau material di proyek dalam kota, sesuai dengan hasil meeting beberapa hari lalu kalau beberapa complain masuk tentan material yang kurang.“Pagi, Bu Selena,” sapa Citra dengan ramah.“Pagi,” jawab Selena dengan senyum lembutnya.Meskipun hatinya hancur berkeping-keping melihat adegan itu, tapi dia akan tetap professional.Di kejauhan Haris menunggunya di depan lift.“Muka kamu kenapa?” tanya Haris.Selena yang sejak tadi berjalan menunduk, menahan air mata agar tidak menampakkan diri. Ini di kantor, dia tidak akan membawa masalah pribadinya ke kantor. Begitupun sebaliknya, dia akan berusaha bersikap profesional.“P

  • Bos, Jangan! Nanti Ketahuan   Bab 13. Nama Wanita Lain Di Bibirmu

    “Mas, aku perlu ngomong,” ujar Selena.Selena baru saja keluar dari kamar mandi, membersihkan tubuhnya. Rasa lapar di perutnya sudah hilang begitu saja. Tapi, ada hal yang harus Selena bahas. Dia ingin Anton jujur, mengapa dia berbohong pada keluarganya mengatakan Selena yang bermasalah untuk hamil?Tapi…ZZzzz! Zzzz!Saat Selena menoleh ke atas tempat tidur, suaminya sudah terlelap. Anton sama sekali tidak merasa bersalah. “Padahal tadi aku sudah bilang, jangan tidur dulu,” gumam Selena sembari mengeringkan rambutnya.Hilang sudah kesempatan untuk berbicara. Di hari kerja, Anton pasti akan pulang terlambat. Apalagi semenjak naik jabatan, selalu alasan kalau sekarang dia semakin sibuk.Saat weekend?Tidak akan ada waktu. Anton akan bermain ke rumah orang tua nya seharian. Bahkan mungkin itu hanya alasan saja. Mungkin dia menghabiskan waktu bersama Citra.“Kenapa rumah tanggaku jadi seperti ini?” tanya Selena pada dirinya sendiri.Tidak ada pilihan lain, selain merebahkan diri di sam

  • Bos, Jangan! Nanti Ketahuan   Bab 12. Kamu Mandul?

    “Mas Anton yang ngizinin aku kerja, Ma,” ujar Selena mencoba membela diri.“Atau jangan-jangan kamu mandul?” tanya Susan.Deg!Selena yang mendengar itu langsung menoleh. Hatinya sakit, siapa sih yang tidak ingin punya anak. Tapi, kalau belum rezekinya, mau bagaimana lagi?“Aku sudah periksa dan sehat, Kak,” jawab Selena tegas.Mata Selena melirik kearah Anton yang sedang sibuk memberikan keponakannya beberapa lembar uang seratus ribuan. Aldi minta uang, katanya untuk membeli game playstation empat.Dan sebenarnya yang bermasalah adalah Anton, menurut dokter dari hasil tes yang mereka lakukan bahwa sperma Anton mayoritas abnormal dan sangat lemah, kemampuan pergerakannya untuk membuahi itu sangat lamban.Bahkan dokter mengatakan kalau kemungkinan Selena bisa hamil itu dibawah dua persen. Tapi, bukan hal yang mustahil.Dan kehamilan bukanlah sesuatu yang bisa diburu-buru.“Alasan saja. Kamu mau bilang Anton yang mandul?” tanya Susan sinis.“Aku tidak bilang begitu, kak.”“Anton sudah c

  • Bos, Jangan! Nanti Ketahuan   Bab 11. Tanda Merah

    “Mas, aku…”“Apa? Katakan sekarang apa maumu, hah?” tanya Anton dengan mata menatap tajam kearah Selena.“Tidak ada, Mas.”Anton berdecak kesal, dia menepis wajah Selena dengan kasar. “Tidak ada perayaan apapun, aku sibuk!”“Iya, Mas.”Mobil Anton berlalu dengan meninggalkan suara decitan ban. Selena menghapus air matanya dan merapikan kembali make upnya.“Pagi, Bu Selena.” Beberapa karyawan yang datang bersamaan dengannya menyapa ketika Selena tiba di kantor.Masih setia dengan ojek online, Selena selalu menyunggingkan senyuman ramahnya pada setiap karyawan yang dijumpainya.“Bu Selena itu ramah ya,” bisik beberapa karyawan.“Cantik lagi.”“Cocok kalau jadian sama Pak Bos.”Selena yang mendengar itu hanya menghela nafas berat. Seandainya mereka tahu kalau Selena adalah istri Anton, entah apa tanggapan mereka.Suasana di dalam lift cukup ramai, maklumlah sebentar lagi jam kerja akan dimulai. Semua orang terburu-buru masuk. Termasuk Selena yang ikut di dalam lift itu.Dan seperti hal u

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status