"Kamu mau ngapain?" Pria itu mengulang pertanyaannya.
"Tolong sentuh aku, Pak," jawab Zeira dengan suara erotis, yang membuat sesuatu di bawah sana terbangun dari tidurnya.
"Apa kamu benar-benar ingin melakukannya?" tanya pria itu untuk memastikan.
"Hm..." Zeira menganggukkan kepala.
Hanya dalam hitungan detik, tubuh keduanya sudah polos tanpa sehelai benang. Pria tampan itu sudah menikmati setiap inci dari kulit mulus wanita cantik itu.
"AW......."
Suara jeritan Zeira memenuhi ruangan yang cukup luas itu. Walaupun ia dalam keadaan mabuk parah! Tetapi ia bisa merasakan sakit yang luar biasa dikedua pangkal pahanya, saat pria tampan itu menghentakkan tubuhnya dengan kasar.
"Ow.... milikmu sangat sempit sayang." Pria itu mengerang, sambil melanjutkan aksinya.
Setelah melakukan pertempuran kurang lebih 1 jam, keduanya langsung tertidur tanpa membersihkan tubuhnya terlebih dahulu.
.................Suara ponsel membangunkan pria itu dari tidurnya. Ia membuka mata dengan malas sambil sebelah tangannya meraih ponsel dari atas meja kecil, yang terletak di samping tempat tidur."Iya," ucapnya setelah mengusap layar ponsel miliknya.
"Aku sudah menunggu di parkiran Tuan." Suara Asep dari seberang sana.
"Hm..." Balas pria itu, lalu memutuskan sambungan teleponnya.
Saat ia memutar tubuh, pria itu terkejut melihat seorang wanita tertidur pulas di sampingnya dengan posisi memunggungi. Dia sama sekali tidak mengingat apa yang terjadi dan apa yang dia lakukan tadi malam.
Pria itu hanya tersenyum sinis, lalu menurunkan kedua kaki dari atas tempat tidur, melangkah masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Setelah 45 menit berada di dalam kamar mandi, akhirnya pria tampan itu ke luar dari sana. Ia mengenakan pakaian dan bersiap untuk meninggalkan kamar.
Saat pria itu melangkah, matanya tida sengaja mengarah ke tempat tidur dan melihat ada noda darah di atas seprai.
"Asep memang luar biasa dalam memilih wanita untuk menemaniku. Bulan ini dia layak mendapat bonus," ucap dalam hatinya sambil tersenyum puas.
Pria tampan itu berpikir, kalau wanita yang menemaninya satu malam ini adalah wanita bayaran yang dicarikan Asep untuknya. Sebelum meninggal kamar hotel, pria itu meletakkan satu amplop berwarna cokelat di atas meja.
Setelah 35 menit pria itu pergi, Zeira perlahan membuka mata. Ia refleks bangkit dari tidurnya setelah menyadari kalau ruangan itu, berbeda dengan kamarnya serta tubuhnya polos tanpa sehelai benang.
"Ya Tuhan, aku di mana? Terus siapa yang membuka pakaianku?" tanya Zeira kepada dirinya sendiri.
Zeira bergegas bangkit dari tempat tidur. "Awo...." Wanita cantik itu merintih karena merasakan sakit di bagian intimnya.
"Aduk, kok rasanya sakit dan pedih ya?" keluh Zeira.
Ia berusaha menurunkan kedua kaki dari atas tempat tidur dan menarik selimut untuk menutupi tubuh mungilnya.
Seketika mata wanita cantik itu membulat dan tubuhnya terperosok jatuh ke lantai, saat melihat noda darah di atas seprai. Tangannya gemetar untuk menyentuh noda darah itu.
"Apa yang terjadi tadi malam? Siapa yang melakukan ini padaku?" ucapnya sambil berurai air mata.
Zeira bangkit dari lantai, ia berlari masuk ke dalam kamar mandi. Di sana ia mengguyur tubuhnya di bawah derasnya air shower. Zeira mengusap seluruh tubuhnya dengan kasar sambil menagis tersedu-sedu.
Ia merasa jijik dengan tubuhnya sendiri, entah berapa pria yang sudah menyentuh tubuhnya satu malam ini, sehingga membuat intimnya sakit dan pedih. Itulah yang ada di dalam pikirannya saat ini.
Saat wanita cantik itu akan pergi, ia melihat amplop berwarna cokelat terletak di atas meja. Namun tidak sedikitpun ia ingin mengetahui isi dalam amplop itu, Zeira hanya mengambilnya dari sana lalu menitipkannya kepada resepsionis, dan meminta untuk dikembalikan kepada tamu yang menginap di kamar VIP.
Sepanjang perjalanan dari Hotel menuju rumahnya yang terletak di jalan Cempaka, Zeira tidak hentinya meneteskan air mata. Ia menyesal telah mengikuti ajakan teman-temannya untuk merayakan kelulusan mereka. Jika dia tidak pergi! Semua ini tidak akan terjadi, kesuciannya hilang begitu saja direnggut oleh pria yang tidak dicintainya, bahkan tidak ia kenal sama sekali.
"Ira, apakah itu kamu?" Suara lembut dari dalam kamar.
"Iya Ibu," jawab Zeira sambil mengunci pintu. Ia menyeka air mata sebelum menghampiri ibunya ke dalam kamar.
"Sayang, kamu kenapa baru pulang? Satu malam ini ibu menghubungi nomor kamu, tapi di luar jangkauan," keluh Maria.
Maria adalah Ibu kandung Zeira, setelah suaminya meninggal dunia, Maria hanya tinggal berdua dengan putri kesayangannya. Namun sudah 3 tahun ini Maria tidak bisa bekerja karena mengidap kanker otak, dan selama 3 tahun ini juga Zeira bekerja di pabrik roti sambil sekolah, untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari.
"Maaf Ibu, acaranya selesai sudah larut malam, jadi aku menginap di rumah Susan. Itu sebabnya aku tidak pulang." Zeira terpaksa berbohong, ia tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya kepada Maria.
"Ow...tidak apa-apa sayang, yang penting kamu baik-baik saja dan lain kali hubungi Ibu jika kamu tidak bisa pulang."
Maria memang wanita yang baik dan lembut. Ia tidak pernah marah kepada Zeira, karena hanya Zeira lah satu-satunya harta yang ia miliki di dunia ini.
"Kalau begitu aku ke kamar dulu ya Bu!" Zeira bangkit dari sisi ranjang, ia melangkah meninggalkan Maria dan masuk ke dalam kamarnya. Di sana wanita cantik itu kembali meneteskan air mata karena meratapi nasibnya dikemudian hari.
Adakah pria yang mau menikahi wanita yang tidak suci lagi? Terus adakah pria yang mau menerimanya apa adanya? Pertanyaan itulah yang berputar-putar seperti baling-baling pesawat di dalam otak Zeira. Sungguh hatinya hancur berkeping-keping, karena kehilangan kesuciannya begitu saja. Bahkan Zeira mengutuk pria yang menyentuhnya tadi malam.
"Untukmu pria brengsek. Aku bersumpah, semoga kamu tidak memiliki keturunan," ucap Zeira dengan penuh amarah.
Wanita mana yang tidak hancur hatinya saat seorang pria yang tidak ia cintai dan tidak ia kenal, merenggut kesuciannya begitu saja. Padahal selama ini, ia selalu menolak pria yang mengungkapkan cinta kepadanya.
Zeira sama sekali tidak mau memiliki hubungan asmara atau pacaran dengan pria. Semua itu ia lakukan agar terhindar dari dosa dan penyesalan. Ia sudah bersusah payah menjaga kehormatannya selama 20 tahun ini, tetapi hanya dalam satu malam, semuanya lenyap begitu saja.
=============Zeira mengerutkan kening, ia bingung kenapa Anjas memanggil wanita itu, Bella. Sedangkan selma ini Zeira mengenalnya sebagai imel."Apa kabar Nyonya Zeira?" sapa Mark, sambil menyodorkan tangannya."Saya baik, bagaimana dengan bapak?" Zeira menjabat tangan Mark, ia juga balik bertanya."Saya baik," balas Mark.Setelah melepaskan tangannya dari Mark, Zeira menyodorkan tangannya kepada Bella. Namun Bella tidur menyambut tangan Zeira, ia justru menarik tangan wanita cantik itu, lalu memeluknya sambil menangis."Maafkan aku Zeira, aku benar-benar minta maaf," ucap Bella di sela-sela tangisan.Zeira melepaskan pelukannya dari Bella, "Hey, kamu kenapa minta maaf?" ucapnya.Tentu Zeira bertanya demikian! Menurutnya, ia tidak pernah ada masalah dengan wanita yang ada di hadapannya saat ini. Karena Zeira tidak tahu, kalau wanita itu adalah Bella. Sebab Bella sudah mengubah seluruh wajahnya dengan melakukan operasi plastik."Aku mohon maafkan aku Zeira, aku telah banyak melakukan kesalahan terh
"Hentikan." Sentak Zeira dengan nada yang lebih tinggi.Ia berusaha mendorong tubuh Saddam sekuat tenaga. Tetapi apalah daya, tubuhnya jauh lebih kecil daripada Saddam."Diam Zeira." Geram Saddam.Ia mulai kesal dengan sikap Zeira yang berontak, dengan kasar tangannya mencengkram kedua pipi Zeira."Kamu adalah istriku, sudah kewajibanmu untuk melayaniku," ucap Saddam dengan tegas. "Jadi, biarkan aku menikmati tu....." Tiba-tiba seseorang menarik Saddam dari belakang, sehingga pria tampan itu tidak melanjutkan kata-katanya.Pak....puk...pak... Beberapa pukulan mendarat di wajah Saddam."Aku yang akan menikmati tubuhmu pengkhianat." Suara bariton itu membuat Zeira berhenti menagis. Tadinya ia meringkuk di atas tempat tidur sambil berurai air mata, tapi kini kepalanya terangkat setelah mendengar suara yang tidak asing di telinganya."Ma....ma...mas Anjas," ucapnya dengan bibir gemetar.Zeira sama sekali tidak bergerak dari tempat tidur, ia mengucek mata untuk memperjelas penglihatannya
Mark melangkah mendekati Bella, "Maaf, tapi saya tidak mengenal anda." Wajah Bella terlihat sedih, bahkan kedua sudut matanya mengeluarkan cairan bening. Kondisinya saat ini membuatnya tidak bisa melakukan apapun. .......................Satu bulan telah berlalu, kondisi Bella kini semakin membaik. Terapi yang ia lakukan setiap hari membuat jari tangannya sudah bisa bergerak.Begitu juga dengan Mark, pria keturunan Jerman itu selalu datang menemui Anjas. Ia berusaha mengingatkan Anjas tentang masa lalunya, bahkan ia memberikan apartemennya untuk tempat tinggal Anjas dan Bella, selama mereka di sana. Mark sebenarnya ingin sekali terbang ke Indonesia untuk menemui Zeira lagi, tetapi pekerjaannya yang begitu penting tidak bisa ia tinggalkan. "Um...hum..." Bella menggumam saat melihat Mark muncul dari pintu.Mark yang mengerti maksud Bella, lantas menghampirinya, sedangkan Anjas bergegas menuju kamar."Ada apa Bella? apa kamu inginkan sesuatu?" Tanya Mark.Bella mengangguk, matanya ia
Mark sudah memohon, tetapi security tidak juga mengizinkannya untuk masuk. Akhirnya Mark kembali ke hotel."Saya terima nikahnya dan kawinnya Zeira Kirana binti Barata, dengan seperangkat alat sholat dibayar tunai." "Sah...sah...sah..."Kini Zeira resmi menjadi istri Saddam, ia hanya menjabat tangan suaminya tanpa menciumnya. Begitu juga dengan sebaliknya, Saddam tidak mencium kening Zeira, sebab istrinya itu menghindar.Air mata tidak berhenti ke luar dari matanya, begitu juga dengan Susan. Ia sangat mengerti bagaimana perasaan kakaknya saat ini. Tetapi walaupun demikian, Susan tetap mengucapkan selamat dan mendoakan semoga rumah tangga kakaknya bahagia dan harmonis.Waktu menunjukkan pukul 5 sore, saat Saddam masuk ke kamar. Ia melihat Zeira duduk di kursi sambil menghadap ke arah kolam renang melalui jendela."Hem..." Saddam sengaja berdehem agar Zeira menyadari kedatangannya.Namun Zeira sama sekali tidak merespon, tatapan wanita cantik itu tetap saja tertuju ke arah kolam renang
"Selamat pagi." Suara dari seberang sana."Selamat pagi, apa ini dengan kantor Wijaya Grup?" Ucap Mark."Iya, ini dengan kantor Wijaya Grup. Saya bicara dengan siapa?" Tanya dari seberang sana."Ini saya Mark, klien pak Anjas. Apa saya bisa bicara dengan Ibu Zeira?""Maaf pak, ibu Zeira tidak ada di kantor." Balas dari seberang."Kalau begitu apa saya bisa meminta nomor ponselnya? ada yang ingin saya sampaikan tentang pak Anjas." "Tu....tu....tu...tu...." Tiba-tiba panggilan terputus. Mark mencoba menghubunginya kembali, namun tidak bisa terhubung."Pasti ada yang tidak beres," ucap Mark. Ia bangkit dari kursi dan pergi meninggalkan rumah sakit.Sementara di tempat lain, Saddam langsung melakukan tindakan agar Mark tidak bisa menghubungi nomor kantor. Ia juga berusaha menghubungi nomor Bella untuk memberitahu tentang Mark. Tetapi sayang, panggilnya tidak terhubung. Bagaimana terhubung, Bella saat ini sedang koma di rumah sakit, sedangkan ponselnya tinggal di hotel.Tepat pukul 5 sor
Keputusan Zeira untuk menikah dengan Saddam sudah bulat. Namun ia meminta pernikahan mereka hanya di laksanakan di kantor KUA tanpa adanya resepsi."Kak, apa kamu sudah yakin?" Tanya Susan.Saat ini kedua wanita cantik itu sedang duduk di taman sambil menemani Azka bermain."Sudah." Jawab singkat Zeira.Susan menarik napas dalam-dalam. "Jika kakak belum yakin! kakak berhak untuk menolaknya. Cobalah bicara dengan papah." "Tidak Susan, aku tidak mau terjadi sesuatu yang buruk kepada papah." Bantah Zeira."Kakak, jangan memaksakan diri hanya untuk sesuatu. Aku tahu kamu sangat menyayangi papah, itu sebabnya kamu setuju untuk menikah dengan Saddam. Tapi percayalah kak, pernikahan kamu dan Saddam tidak ada hubungannya dengan penyakit papah.""Tapi San.....""Tidak ada tapi-tapian, berpikirlah karena masih ada waktu satu bulan lagi." Setelah mengatakan itu, Susan langsung pergi.Sementara di tempat lain, Bella dan Anjas sudah berada di dalam pesawat. Keduanya terbang menuju Inggris untuk m