Share

Bos angkuh itu ternyata ayah anakku
Bos angkuh itu ternyata ayah anakku
Penulis: Tetesan air

Masa depan hancur di kamar VIP

Dentuman musik house memenuhi sebuah ruangan, di mana para siswa siswi yang baru lulus sekolah SMA sedang bergembira di dalam sana. Mereka menikmati minuman wine sambil menggoyangkan tubuh mengikuti musik remix.

"Ayo Zeira, jangan malu-malu," ucap seorang wanita kepada sahabatnya. Sambil menarik tangan wanita cantik itu, dan membawanya ke tengah keramaian.

"San, aku ke kamar mandi dulu ya?" Zeira melangkah menuju kamar mandi dengan langkah sempoyongan. Minuman yang ia teguk kini membuatnya sulit untuk berjalan dan matanya mulai berkunang-kunang.

Zeira membasuh wajahnya dengan air, ia berharap hal itu akan membuat penglihatannya kembali normal. Namun ternyata tidak, justru penglihatannya semakin parah, bahkan kaca yang ada di hadapannya terlihat berputar-putar.

"Ra, kamu baik-baik saja kan?" panggil Susan, sambil mengetuk pintu.

Wanita cantik berambut pendek itu merasa khawatir karena Zeira sudah terlalu lama di dalam kamar mandi. Itu sebabnya dia menyusul ke sana.

Setelah menunggu lima menit, akhirnya Zeira membuka pintu.

"San, kepalaku pusing, sepertinya aku harus pulang." 

"Kok pulang sih? Ini baru jam berapa? Padahal kita booking room sampai jam 4 subuh. Enggak enak dong kalau kamu pulang duluan," gerutu Susan. 

"Tapi kepalaku sudah pusing banget, San," keluh Zeira.

Tentu saja dia merasa pusing, karena ini pertama kalinya ia menyentuh yang namanya minuman beralkohol. Sedangkan Susan dan teman-temannya yang lain sudah terbiasa.

"Ya sudah deh, biar aku antar kamu pulang." 

"Enggak usah San," tolak Zeira dengan sigap. "Kamu di sini saja, biar aku pulang sendiri," lanjutnya.

"Kamu pulang pakai apa?" tanya Susan, karena saat datang ke sana! Zeira menumpang di mobil miliknya.

"Aku naik taksi saja."

"Benar kamu gak apa-apa naik taksi?" 

"Iya enggak apa-apa," Sahut Zeira. "Kalau begitu aku pergi dulu ya?" lanjutnya.

"Kamu hati-hati ya?" ucap Susan. 

Ia meraih sesuatu dari saku celana lalu menyodorkannya ke tangan Zeira. "Ini ongkos taksi kamu." 

"Terima kasih ya, aku pergi dulu." Zeira melangkah dengan hati-hati, melewati teman-temannya yang sedang happy menikmati house music.

Dari ruangan VIP Zeira melangkah sempoyongan, sampai seorang waiters wanita membantunya agar ia bisa berjalan ke luar.

"Terima kasih mbak," ucap Zeira kepada waiters.

"Apa perlu saya pesan taksi untuk, Nona?" tawar wanita itu.

"Enggak usah mbak, aku sudah memesannya."

"Oh.... baiklah. Kalau begitu aku permisi dulu." Waiters itu masuk dan kembali melanjutkan pekerjaannya.

Sementara Zeira melangkah untuk menyebrangi jalan, ia sudah tidak sabar lagi menunggu taksi yang dipesannya datang, lantas Zeira ingin menaiki taksi yang ada di seberang jalan.

Ia baru melangkah dua langkah, tiba-tiba sebuah mobil mewah berwarna hitam datang dari arah timur.

"Aw....." Jerit Zeira saat ujung mobil itu mengenai pinggul rampingnya. Begitu juga dengan orang yang ada di dalam mobil.

"Kamu kenapa Asep? Apa kamu tidak bisa menyetir dengan benar?" Bentak seorang pria kepada sopir pribadinya, dengan nada yang tidak jelas.

"Maaf Tuan, wanita itu tiba-tiba muncul di tengah jalan. Jadi aku terpaksa menginjak rem." jawab Asep.

"Periksa dia, jika memang terluka! Berikan uang dan suruh dia berobat ke rumah sakit,"  ucap pria itu sambil memejamkan mata dan menyandarkan kepalanya di sandaran kursi mobil.

Asep bergegas turun dari mobil untuk melihat wanita yang nyaris ia tabrak. Ia sedikit terkejut karena melihat Zeira bersimpuh sambil muntah-muntah. Asep berpikir akibat benturan mobilnya membuat wanita itu sampai muntah.

"Maaf Nona, aku......"

"Hum...." Sela Zeira yang membuat Asep tidak melanjutkan kata-katanya. "Aku tidak apa-apa, Bapak bisa pergi," lanjutnya dengan nada khas orang mabuk.

Saat Asep menunduk untuk membantu Zeira bangkit, hidungnya langsung mencium bau alkohol dari mulut Zeira.

*Ya Tuhan, yang ini mabuk, yang di dalam juga mabuk. Apa orang-orang sudah pada gila mabuk ya?* ucap dalam hati Asep.

"Nona duduk di sini dulu ya?" Asep mendudukkan Zeira di pinggir jalan, lalu ia melangkah menuju mobil.

"Tuan, wanita itu tidak terluka. Dia baik-baik saja," ucap Asep kepada bosnya.

"Hm, kalau begitu ayo kita pergi." 

"Tapi Tuan, aku tidak tega meninggalkan wanita itu sendirian di sini. Soalnya dia sama seperti tuan," keluh Asep dengan ragu-ragu.

Asep tidak tega meninggalkan Zeira dalam keadaan mabuk parah seperti itu, apalagi di sana banyak pria yang sedang memperhatikan Zeira. Bisa saja saat mereka pergi, pria-pria itu menghampiri Zeira dan memanfaatkan situasi.

"Maksud kamu? Sama seperti saya?" ucap pria itu. Ia menatap Asep dengan tatapan tajam.

"Ma...ma... maksud aku, sama-sama mabuk Tuan," jawab Asep dengan gugup karena takut. "Padahal di sini banyak pria, aku takut jika mereka mengganggu wanita itu, Tuan," lanjutnya sambil mengutarakan isi dalam hatinya.

"Hm....bawa dia masuk." 

Asep segera menghampiri Zeira, ia membantu wanita cantik itu bangkit dari aspal, lalu menuntunnya masuk ke dalam mobil.

Sepanjang perjalanan Asep sudah berkali-kali bertanya kepada Zeira di mana alamat rumahnya, namun wanita cantik itu tidak tahu di mana rumahnya. Akhirnya Asep membawa Zeira ke hotel tempat tuannya menginap.

"Maaf Mbak, aku ingin memesan satu kamar lagi," ucap Asep kepada resepsionis. Ia ingin memesan satu kamar lagi untuk Zeira.

"Maaf Pak, semua kamar sudah full."

"Baik Mbak, terima kasih." Asep kembali ke kamar presiden suite, yaitu kamar tuanya menginap.

"Maaf Tuan, semua kamar sudah full," ucapnya setelah tiba di kamar.

"Hm, kamu pergi saja. Biarkan dia tidur di sini." 

Asep menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia ragu untuk meninggalkan tuannya berduaan bersama Zeira dalam keadaan mabuk parah seperti itu. Tapi apalah daya, Asep harus menuruti semua perintah bosnya. 

Setelah Asep pergi, sepasang mahluk Tuhan yang sedang mabuk itu bolak balik masuk ke dalam kamar mandi secara bergantian. Keduanya memuntahkan racun yang ia minum tadi.

Setelah muntah, pria tampan itu merasa lebih baik, berbeda dengan Zeira. Wanita cantik yang baru berusia 20 tahun itu berubah menjadi aneh. Tubuhnya terasa panas dan otaknya memikirkan hal yang kotor. Bahkan ia menggigit bibir bawah, dan mengelus pahanya sendiri melihat pria yang terbaring di atas tempat tidur.

Rasa aneh yang ada dalam tubuhnya, memaksa wanita cantik itu bangkit dari sofa, melangkah menuju tempat tidur. Jari lentiknya menyentuh dada bidang pria tampan yang sedang tertidur pulas di atas ranjang.

Sentuhan lembut dari tangan Zeira membuat pria tampan itu terbangun dari tidurnya.

"Kamu mau ngapain?" ucapnya.

Zeira tidak menjawab, tetapi ia mengigit bibir bawahnya sambil menatap pria itu, dengan tatapan penuh nafsu dan gairah.

=================

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status