Share

4

Shit!

Jordan tidak bisa berhenti mengumpat di dalam hatinya ketika melihat wanita yang kini ada dihadapannya menanggalkan satu per satu pakaian di tubuhnya.

Dia tidak pernah mengira jika dibalik pakaian kebesaran yang selalu Karin pakai itu tersembunyi lekukan tubuh yang luar biasa menggodanya.

Mendadak kepala Jordan pening. Matanya menggelap dengan gairah yang mulai datang menguasainya. Posisi keduanya yang sudah berada di dalam kamar luas milik Jordan membuat suasana mendadak panas.

AC yang menyala mendadak tidak berfungsi bagi Jordan yang kini menatap Karin dengan penuh nafsu. Saat hanya tersisa pakaian dalam yang melekat di tubuh wanita itu Jordan langsung mendekat.

Tanpa aba-aba pria itu meraih tengkuk Karin dan menciumnya dengan tidak sabaran. Mendapat serangan seperti itu membuat jantung Karin berdegup semakin tidak karuan.

Satu tangannya mencengkram kuat lengan kekar Jordan. Matanya yang masih terbuka melihat pria itu kini memejamkan matanya dan wajahnya mulai bergerak beriringan dengan ciumannya yang semakin memanas.

Karin tak lagi dapat berfikir jernih. Dia hanya diam dan menerima semua sentuhan yang Jordan berikan padanya.

Kemudian Jordan menjauhkan wajahnya dan menatap Karin dengan senyuman yang terlihat jelas di wajahnya. Tatapan itu membuat jantung Karin berdegup dua kali lipat lebih cepat dari biasanya.

"Ternyata kau menyembunyikan tubuh sebagus ini dibalik pakaian longgar yang selalu kau kenakan ketika di kantor," kata Jordan yang tanpa permisi melepaskan kaitan bra itu dengan tangannya.

Nafas Karin tertahan ketika Jordan menarik lepas bra yang dia kenakan hingga tubuh bagian atasnya benar-benar tidak tertutupi sehelai benangpun.

Hal itu membuat wajah Karin memerah. Dia sangat malu, tapi dia tidak bisa mengatakan apapun.

Semua ini harus dia lakukan agar dia tidak dipecat dari pekerjaannya. Karena hanya ini satu-satunya cara bagi Karin untuk bertahan.

Mata Jordan semakin menggelap. Saat mata keduanya bertemu Karin dapat merasakan gairah yang begitu besar di diri pria itu.

"Akan ku buat kau menjerit di bawahku," kata Jordan disertai dengan seringaiannya.

Karin belum mengatakan apapun lagi karena dengan tidak sabaran Jordan kembali menciumnya.

Tangan pria itu mulai menyentuh bagian atas tubuhnya bersamaan dengan kaki mereka yang melangkah mundur ke ranjang.

"Mendesah lah dengan kuat di bawahku Karin Namira."

Malam itu adalah malam yang paling Karin benci seumur hidupnya. Malam dimana Jordan merenggut mahkota paling berharga yang selama ini dia jaga.

Bukan hanya membenci Jordan, tapi Karin juga membenci dirinya sendiri.

•••••

Karin tumbang. Tubuhnya tak lagi bertenaga setelah malam panjang yang dilaluinya bersama dengan Jordan.

Sekarang keduanya masih belum beranjak dari tempat tidur. Jordan masih memejamkan matanya dengan wajah yang tersembunyi di leher Karin.

"Pak.."

"Jordan, jangan panggil aku Pak ketika kita sedang berdua," kata Jordan dengan suara seraknya.

Karin merinding mendengar suara itu. Suara Jordan yang baru bangun tidur membuat jantungnya berdegup dengan kencang.

"Jordan."

"Hm aku masih mengantuk, jadi biarkan aku tidur sebentar lagi," gumam Jordan sambil menarik Karin ke dalam dekapannya.

Nafas Karin tertahan. Dia merasakan bibir pria itu mulai menyentuh lehernya.

"Jordan."

"Kau tidak perlu pergi ke kantor hari ini," kata Jordan yang sudah mulai menciumi leher Karin.

"Tapi..."

"Memang kau bisa berjalan? Tidak kan? Jadi, beristirahat saja disini," ujar Jordan.

Karin diam dan mengangguk singkat. Sepertinya akan lebih baik kalau dia tidak pergi ke kantor hari ini.

Lagi pula dia tidak akan begini kalau bukan karena Jordan kan?

"Sekarang berikan aku sesuatu.."

Jordan menjauhkan wajahnya. Dia tersenyum miring dengan tangan yang mulai menyentuh milik Karin di balik selimut.

"Jordanhh."

"Nanti kau akan terlambat..."

Karin menggigit kuat bibir bawahnya untuk menahan desahan. Dia berusaha keras untuk membuat Jordan segera bersiap ke kantor.

Tapi, sayangnya Jordan tetaplah Jordan.

"Kedengarannya bagus terlambat karena bercinta dengan sekretaris ku sendiri."

•••••

"Kemana perginya anak itu? Apa dia tidak tau kalau ini sangat penting!"

Mario menutup kuat-kuat pintu mobilnya begitu dia sampai di rumah milik anaknya.

Dengan kunci cadangan yang dia miliki Mario membuka pintu rumah sang anak. Raut wajahnya sudah benar-benar tidak bersahabat karena anaknya belum datang ke kantor hingga pukul sepuluh.

Entah apa yang dia lakukan?!

Saat menaiki tangga samar-samar Mario mendengar suara desahan yang berasal dari kamar anaknya. Telinganya tidak mungkin salah mendengar.

Hal itu membuat Mario melangkahkan kakinya semakin cepat dan benar suara itu semakin terdengar jelas di telinganya.

Wajah Mario semakin memerah, jadi anak itu terlambat ke kantor karena tengah asik bercinta.

Akhirnya dengan tidak sabaran Mario mengetuk pintu kamar itu berkali-kali hingga membuat suara desahan itu menghilang.

"JORDAN KELUAR!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status