"Bermalamlah denganku kalau kau tidak ingin kehilangan pekerjaan ini." Akibat kecerobohannya, Karin Namira nyaris kehilangan pekerjaan yang sudah dia lakoni selama bertahun-tahun. Padahal, dia sangat butuh uang! Demi mempertahankan pekerjaannya, Karin terpaksa menyerahkan dirinya kepada Jordan Pradipta. Sayangnya, mereka terpergok oleh orang tua Jordan dan memaksa mereka untuk menikah. Bagaimana kelanjutan kisah keduanya?
Lihat lebih banyak“M-me-mei Li …?!”
Malam itu sepulangnya ia berdagangan bakmi, Zhu Lian pergi ke rumah Song Mei Li, kekasihnya. Akan tetapi, ia melihat. Beberapa mobil SUV mewah terparkir di sana. Sempat menyangka ada kendurian di rumah keluarga Song, ia terkejut. Tatkala, dirinya menyaksikan. Di dalam rumahnya, Mei Li terlihat berada dalam pangkuan lelaki lain. Mereka tampak begitu mesra.“Zhu Lian, mengapa kau datang kemari?” tanya Mei Li tanpa berusaha turun dari pangkuan laki-laki yang yang mendekapnya. Sementara, tangan kanannya melingkar pada pundak pria tersebut.“A-ak-aku—”Membingungkan. Terang saja Zhu Lian datang ke situ untuk menjumpai Mei Li. Tetapi, pacarnya itu malah bertanya seperti itu pada dia. Orang yang bersama Mei Li itu menimpali.“Oh, jadi kamu cowok yang bermimpi untuk menikahi Mei Li? Maaf, Bung. Mimpimu itu tidak akan pernah terwujudkan. Karena, Mei Li telah menjadi calon istriku sekarang!”Zhu Lian hanya bisa mematung. Marah? Pasti. Namun sayangnya, Zhu Lian tidak bisa berbuat banyak. Ia memandangi 4 orang pria lain yang berdiri, seolah tengah mengawal lelaki yang tengah memangku Mei Li. Keempatnya memandangi dia dengan tajam.Pada bagian dada kiri dari jas hitam yang mereka kenakan terdapat simbol gunung dengan gambar buaya. Itulah alasan Zhu Lian tidak mampu berbuat apa-apa. Sekalipun, ia naik pitam melihat tingkah Mei Li.Logo tersebut menandakan bahwa mereka datang dari sekte petualang. Mereka adalah para ahli bela diri dan biasanya, memiliki qi yang kuat.Mei Li tidak mengetahui. Kekasih -mungkin sekarang sudah menjadi ‘mantan pacarnya’- juga menguasai ilmu bela diri. Sayangnya, Zhu Lian sama sekali tidak memiliki qi. Bisa saja dia menantang orang-orang itu. Tapi, percuma. Dia pasti akan jadi bulan-bulanan mereka.Pria yang sedang berpose mesra dengan Mei Li itu berkata lagi. “Perkenalkan. Aku adalah Hu Chen. Putra pemimpin Sekte Buaya Penjelajah. Seandaikan saat ini kau merasa dongkol. Karena, kekasihmu akan segera menikah denganku, silahkan kirim tantangan resmi ke Gedung Telaga Buaya.”Lesu. Itulah yang dirasakan oleh Zhu Lian. Setahun sudah ia mengencani Mei Li. Hu Chen benar. Zhu Lian sudah pernah mengungkapkan keinginannya untuk menikahi Mei Li tahun depan.Waktu itu, Mei Li menyambut dengan riang niat Zhu Lian tersebut. Tapi sekarang, sepertinya rencana dia tidak akan pernah terwujudkan. “Maaf, Zhu Lian … sadarilah. Kamu itu hanya seorang tukang bakmi. Jika penghasilanmu puluhan juta sebulan, barulah aku akan mengizinkan kau untuk terus menjalin hubungan dengan anakku!”“Pergi sana, tukang bakmi ….! Dan jangan kembali lagi kemari. Karena, putriku Mei Li sudah memiliki calon suami sekarang!”Perkataan Tuan dan Nyonya Song itu mendahului hengkangnya Zhu Lian dari rumah mereka. Berjalan menjauh dari sana dengan terus tertunduk, Zhu Lian menitikkan air mata.Sudah pasti, ia merasa sedih kehilangan Mei Ling. Tetapi saat itu, amarah dan kekecewaanlah yang membuat matanya berair. Ia tidak menyangka. Tanpa sepengetahuannya, Tuan Song telah menjodohkan putrinya dengan Hu Chen.“Seandaikan saja …, aku juga memiliki qi yang kuat seperti para pendekar petualang itu, aku … akan menghajar mereka semua tadi. Persetan dengan Mei Li. Aku tetap akan meninggalkan dia …!” geram Zhu Lian berceloteh sendiri sembari sesenggukan.*** Keesokan malamnya. Dengan tersenyum, Zhu Lian membersihkan gerobak bakminya. Bagaimana dia tidak girang. Akhir-akhir ini, daganganya tersebut selalu habis. Setelah, ia berdagangan di Gang Biru III selama 3 bulan lamanya.“Hei, tukang bakmi!”Tiba-tiba seseorang menghampiri gerobak dagang Zhu Lian. Pria dengan tubuh tinggi besar mendekat padanya, berkata dengan nada yang kasar.“Aku dengar, sudah beberapa minggu ini warung bakmi milikmu ini ramai, ya?” tanya pria itu dengan seringai seperti memandang rendah.Kawasan Gang Biru merupakan salah satu lorong tempat berniaga kenamaan yang berada di pusat kota Great North. Pada kiri kanan gang yang lega itu, terdapat banyak orang berjualan. Gang Biru terdiri dari 5 lorong.Yang paling bergengsi adalah Gang Biru I. Di sana, café dan restoran-restoran kenamaan berdiri. Gang Biru II, tempatnya orang berjualan busana hingga mainan.Zhu Lian beruntung. Ia bisa berdagang di Gang Biru III, yang merupakan pusat kuliner kaki lima. Akan tetapi, ada satu masalahnya. Di sana, pemerintah membiarkan para preman melakukan pungutan liar. Orang yang berkata pada Zhu Lian itu contoh nyatanya. Dia dikenal dengan sebutan Tiger. Konon, mereka juga akan menyetorkan sebagian dari pajak tidak resmi itu pada orang dinas terkait.“Yaaa …, lumayan, Tiger. Tapi—”“Kalau begitu mulai hari ini, setoran untukmu naik seratus ribu!”“Oh, begitu. Baik. Aku akan menyetorkannya padamu … mulai bulan depan,” ucap Zhu Lian menurut.“Enak saja bulan depan …, sekarang, Zhu Lian. Ayo, cepat!” Tiger berkata seraya menjulurkan tangan. Jari-jemarinya bergerak-gerak tanda dia menginginkan uang milik Zhu Lian.Ingin rasanya Zhu Lian melawan. Akan tetapi, kesempatan berdagang di kawasan Gang Biru langka bagi pedagang kecil seperti dia. Menentang Tiger, sama saja dengan membuat dirinya tidak bisa lagi berdagangan di sana.Terpaksa. Zhu Lian mengeluarkan dompet. Lantas, ia mengambil sehelai uang seratus ribu dan menyerahkannya pada Tiger.“Hahaha …! Bagus! Kalau kamu ingin peruntunganmu berlipat-lipat, kau juga harus rajin memberi, Zhu Lian. Karena, seperti itulah hukumnya. Hahaha!”Beranjak dari tempat ia berdagang, Zhu Lian memandang ke arah Menara Nirwana yang berdiri menjulang dekat kawasan Gang Biru.“Bagaimana bisa bangunan ini sekonyong-konyong berdiri di antara kita?” ujar Zhu Lian dalam hati. “Seperti apa rasanya bisa bertualang di dalam sana …”Jordan pulang dengan raut wajah muram. Pria itu terlihat berkali-kali lipat lebih menyeramkan dari hari biasanya. Karin tidak tau apa alasannya. Dia ingin mengajukan pertanyaan, tapi tidak berani melakukannya. Sekarang Karin mengintip dari balik pintu kamarnya. Matanya menatap ke arah Jordan yang sedari tadi menghisap rokoknya.Wajah pria itu terlihat sangat tidak bersahabat. Terhitung sudah lima batang rokok yang pria itu habiskan sejak pulang. "Apa terjadi sesuatu ya? Aku jadi penasaran," ucap Karin sambil terus mengintip suaminya itu. Sedangkan di ruang tamu itu Jordan yang terus-terusan menghisap rokoknya berusaha menjernihkan pikirannya. Kabar yang dia terima tadi membuat kepalanya pening bukan main. Setelah menghabiskan rokok ke enam Jordan beralih pergi menuju dapur. Dia mengambil satu botol wine yang ada di dalam sana. Kemudian Jordan kembali dan duduk di sofa. Dia menenggak minuman itu perlahan. Kepalan tangan Jordan begitu terlihat. Urat-urat di lengan pria itu semaki
Karin gemetar karena ketakutan. Dia langsung berjalan menjauh dari ruangan yang berada di bawah tangga itu. Mata Jordan menatap nyalang ke arahnya. Pria itu melangkahkan kakinya dengan cepat dan langsung menutup kembali pintu itu dengan kuat. "Apa yang kau lakukan?!" bentak Jordan. Karin menggelengkan kepalanya dengan cepat. Tangannya bergetar hebat karena ketakutan. Di dalam sana dia melihat tumpukan senjata yang tertata rapih di dalam lemari juga ada beberapa yang tergantung di tembok. Jantung Karin berdegup dengan begitu kencang. Apalagi ketika melihat sebuah foto yang tertempel di tembok. "Jangan membuka ruangan ini sembarangan! Hanya aku yang boleh membukanya!" seru Jordan lagi. "Maaf.. maafkan aku Jordan aku tidak tau," kata Karin dengan cepat. Jordan berdecak kesal. Dia langsung mengusir Karin dari hadapannya yang membuat wanita itu langsung berlari menjauh. "Sialan!"Setelah Karin pergi Jordan langsung masuk ke dalam ruangan itu. Dia melihat berbagai macam pistol juga
"Kau tidur saja di kamar tamu!"Jordan berkata dengan ketus begitu mereka masuk ke dalam rumahnya. Sekitar pukul sembilan pagi tadi Jordan memang langsung pergi dari rumah orang tuanya bersama dengan Karin yang sudah berstatus menjadi istrinya. Saat sampai di rumahnya dia langsung meninggalkan Karin dan membiarkan wanita itu membawa barang-barangnya sendiri dengan kesusahan. Begitu baru saja masuk Jordan langsung mengatakan hal itu dengan ketus sambil menunjuk ke arah kamar yang berjarak dua pintu dari kamarnya. "Baik, terimakasih Pak," kata Karin pelan. "Pak? Kau memanggil suamimu dengan sebutan Pak?" tanya Jordan dengan sedikit kesal. "Maaf, maksudku terimakasih banyak Jordan," kata Karin yang mengulangi kembali perkataannya. Jordan bergumam pelan. Kemudian dia menatap wajah Karin yang selama beberapa detik. "Apa kau benar-benar memanfaatkan aku untuk membayar semua hutang keluargamu?" tanya Jordan sambil melipat kedua tangannya di dada. Pria itu menatap Karin dengan angkuh.
Jordan menyematkan cincin di jari manis Karin dan para tamu undangan bertepuk tangan dengan heboh. Setelah itu Karin melakukan hal yang sama, dia menyematkan cincin di jari manis Jordan yang kini telah resmi menjadi suaminya. Selesai prosesi tukar cincin itu Karin diminta untuk mencium punggung tangan Jordan yang langsung wanita lakukan hingga kini tepuk tangan para tamu undangan semakin terdengar. Kemudian giliran Jordan yang diminta untuk mencium kening Karin. Saat melakukannya mata Jordan terpejam selama beberapa detik, tapi dia tidak langsung menjauhkan wajahnya. Jordan malah menunduk dan mengatakan sesuatu di depan wajah Karin yang membuat wanita itu menahan sesak dalam dadanya. "Aku sama sekali tidak pernah mengharapkan pernikahan ini, jadi jangan berharap banyak padaku."Setelah itu Jordan menjauhkan wajahnya. Kini mereka berdua menghadap ke arah tamu undangan sambil menunjukkan seulas senyuman. Pernikahan ini bukan hanya Jordan yang tidak mengharapkannya, tapi Karin pun sa
"Papa tidak bisa melakukan hal itu padaku!"Jordan membuntuti Mario yang kini masuk ke dalam ruang kerjanya. Dia masih terus memberikan penolakan atas keinginan sepihak yang Mario ambil untuknya. Menikah? Itu adalah salah satu hal yang tidak ingin Jordan lakukan, tapi Mario memaksanya untuk menikah dengan sekretarisnya sendiri? Agh sialan! "Papa! Aku tidak mau menikah!" seru Jordan. Kali ini Mario yang sudah dikuasi emosi. Dia berbalik dan menatap anak laki-lakinya itu dengan wajah memerah."Kalau kau tidak mau tinggalkan jabatan mu sekarang dan kembalikan semua fasilitas yang telah Papa berikan!" kata Mario dengan penuh penekanan. "Pa!""Berhenti protes Jordan! Kau tanggung sendiri akibat dari perbuatan mu." kata Mario. Jordan menghela nafasnya kasar. "Aku tidak mau..."Penolakan yang kembali Jordan katakan membuat Mario semakin dikuasai emosi, tapi berusaha keras Mario menahannya. "Papa sudah berkali-kali mentoleransi semua kesalahan yang kau buat Jordan, tapi untuk kali in
Kedatangan Mario secara tiba-tiba ke rumah membuat Jordan panik bukan main. Pria paruh baya yang memergoki dirinya dengan Karin itu sekarang tengah menatapnya dengan tajam. Baik Jordan atau Karin tidak ada yang berani untuk mengeluarkan suara. Bahkan Karin hanya bisa menunduk sambil memainkan jari-jari tangannya karena merasa gugup dan takut. Mario tidak menyangka Jika dia akan melihat Jordan bersama Karin. Namun, Mario tidak berpikir bahwa Karin yang menggoda anaknya dia malah berpikir bahwa Ini semua adalah ulah anaknya sendiri. Selama ini Mario mengenal Karin sebagai wanita baik-baik. Oleh karena itu kejadian yang tidak sengaja dilihat ini menurutnya adalah kesalahan dari anaknya sendiri. Mario berpikir pasti ini semua adalah ulah Jordan yang memaksa Karin untuk mau melakukannya. "Apakah tidak ada yang mau bicara dan menjelaskan semuanya?" tanya Mario sambil menatap kedua orang itu secara bergantian. Karin langsung terdiam dengan jantung yang berdegup kencang. Dia bahkan tida
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen