Share

3

Author: Dafianii
last update Last Updated: 2022-08-18 23:17:37

"Saya tidak memaksa, jika kamu keberatan silahkan berikan surat pengunduran dirinya besok."

Mata Karin terpejam selama beberapa saat. Apa yang baru saja atasannya katakan itu tidak bisa dia terima dengan mudah.

"Datang ke alamat itu nanti malam, tapi kalau kamu keberatan saya tunggu surat pengunduran dirinya," kata Jordan.

Karin masih belum memberikan tanggapan. Tubuhnya berkeringat dingin ketika mendengar penawaran yang atasannya itu tawarkan padanya.

"Bersiaplah kita akan segera pergi melihat perkembangan pembangunan kantor cabang," kata Jordan sambil menutup laptop miliknya.

Dia berjalan mendahului Karin yang masih berdiri diam dengan pikiran yang sudah melayang entah kemana.

"Lakukan pekerjaanmu hari ini dengan baik sebelum surat pengunduran diri itu sampai di meja saya," ucap Jordan.

Karin menghela nafasnya pelan. Dia berusaha keras untuk tetap tenang dan langsung menyusul atasannya.

Dengan rasa takut yang menguasai dirinya Karin berjalan tepat di samping Jordan, tapi tiba-tiba saja pria itu menghentikan langkahnya.

"Biarkan aku melihat jadwalku hari ini," kata Jordan yang meminta buku catatan Karin.

Perkataan itu membuat Karin langsung membuka tasnya, tapi wajahnya kembali panik ketika bukunya tidak ada di sana.

Sial! Tadi malam dia mengeluarkannya dari dalam tas karena ada kegiatan tambahan yang harus dia tulis.

Dengan wajah pucat karena takut Karin menatap atasannya dan Jordan sudah cukup mengerti.

Helaan nafas terdengar dan membuat Karin semakin merasa ketakutan. Sepertinya dia sudah benar-benar tamat.

Melihat Jordan yang tidak mengatakan apapun dan malah melangkahkan kakinya membuat Karin semakin panik.

Karin bodoh!

Kenapa kamu bisa melupakan semuanya?!

••••

Memikirkan kemungkinan dirinya yang akan dipecat membuat Karin benar-benar tidak fokus. Bukan melakukan pekerjaannya dengan benar Karin malah melakukan kesalahan berkali-kali.

Saat makan siang bersama dengan klien Karin membuat kekacauan dengan menumpahkan gelas berisikan jus jeruk. Kemudian ketika berada di lokasi proyek Karin yang memaksa untuk membawakan tas milik Jordan malah membuat tas itu terjatuh ke dalam kubangan air.

Dan sekarang Karin tidak lagi berani melakukan apapun. Mereka yang akan kembali ke kantor membuat Karin duduk diam di dalam mobil dengan kepala menunduk.

"Lupakan saja penawaran itu dan kirimkan surat pengunduran dirimu besok," kata Jordan dengan penuh kekesalan.

Perkataan itu membuat Karin langsung menatap Jordan yang sudah benar-benar kesal.

Pria itu langsung mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Raut wajahnya pun sangat tidak bersahabat.

Tentu saja Jordan sangat marah karena Karin benar-benar sudah membuatnya malu hari ini. Bukan sekali, tapi tiga kali dan Jordan tidak bisa lagi sabar.

Masa bodoh dengan tanggapan Ayahnya jika dia tau Jordan memecat sekretaris kebanggaannya.

Sepanjang perjalanan sama sekali tidak ada percakapan. Bahkan ketika sampai di kantor Jordan keluar dan menutup pintu mobilnya kuat-kuat.

Hal itu membuat Karin bergegas turun dan mengikutinya hingga masuk ke dalam ruang kerjanya. Dia akan meminta maaf lagi untuk semua kesalahannya.

"Pak saya..."

"Keluar!" titah Jordan.

Jordan yang baru saja masuk ke dalam ruang kerjanya langsung duduk dan menyandarkan tubuhnya di kursi. Pria itu memijat pelan dahinya karena merasa sangat pusing.

"Saya minta maaf..."

"Keluar Karin Namira!" kata Jordan dengan penuh penekanan.

"Tapi...."

"Apa kau tidak dengar apa yang baru saja saya katakan?!" seru Jordan dengan wajah memerah.

Karin memejamkan matanya. Dia menunduk dengan sopan dan langsung berjalan keluar.

Hari ini semuanya benar-benar kacau karena sekretarisnya itu.

Sedangkan itu di meja kerjanya Karin tengah memaki dirinya sendiri. Berkali-kali dia memukul kepalanya karena merasa kesal.

Bagaimana jika dia benar-benar dipecat?

Masih dilanda ketakutan Karin malah melihat seorang wanita yang berjalan ke arah ruangan atasannya. Hal itu membuat Karin bergegas menghalanginya.

"Maaf, Pak Jordan sedang tidak bisa diganggu," kata Karin.

Perkataannya itu membuat wanita dengan pakaian seksinya mendengus kesal.

"Aku sudah biasa datang, jadi menyingkir dan biarkan aku masuk," katanya memaksa.

Wanita itu mendorong tubuh Karin kesamping dan langsung masuk ke dalam.

"Astaga! Semakin besar saja kesalahanku sekarang." Karin mengacak rambutnya frustasi.

Dengan cepat Karin menyusul masuk.

"Maaf Pak saya sudah melarangnya untuk masuk, tapi dia memaksa," jelas Karin.

Karin dapat melihat atasannya yang sekarang memejamkan matanya.

"Kalian berdua keluar sekarang!" titah Jordan dengan penuh kesabaran.

Melihat itu nyali Karin semakin menciut. Kemudian dengan paksa dia menarik wanita itu untuk keluar dari ruangan bosnya.

Sepertinya karir Karin di perusahan ini benar-benar akan berakhir.

••••

Karin berdiri di depan pagar rumah bertingkat dua yang kini ada di hadapannya. Dengan penuh keraguan Karin datang ke alamat yang diberikan oleh Jordan kepadanya.

Ada keraguan dalam diri Karin, tapi rasa takut kehilangan pekerjaan lebih besar dari apapun.

'Bermalam denganku'

Itu adalah penawaran yang diberikan Jordan kepadanya. Meskipun sore tadi Jordan mengatakan untuk melupakan penawaran itu dan meminta surat pengunduran dirinya, tapi Karin tetap datang ke rumah ini.

Dia melihat mobil bosnya itu terparkir rapih dihalaman rumah besar itu.

Pekerjaannya lebih penting dari apapun. Karin memiliki hutang yang orang tuanya tinggalkan dan harus dia bayar hingga lunas.

Karin juga membutuhkan uang untuk membayar sewa rumah sederhana yang dia tinggali.

Terlalu banyak kebutuhan. Jika dia dipecat dan mencari pekerjaan baru gaji di tempat barunya belum tentu bisa untuk memenuhi semua kebutuhannya.

Akhirnya setelah cukup lama berpikir Karin melangkahkan kakinya ke dalam. Tanpa ragu lagi Karin mengetuk pintu rumah itu berkali-kali.

Hingga pintu itu terbuka. Dihadapannya sekarang ada Jordan yang menatapnya dengan alis bertaut.

"Ada apa kau kemari? Bukankah aku sudah mengatakan untuk melupakan penawaran yang aku berikan tadi?" kata Jordan.

Karin menunduk karena merasa takut. Kemudian dia berbicara dengan suara yang sangat pelan.

"Saya mohon jangan pecat saya Pak," pinta Karin.

Sekarang Jordan diam sambil terus memperhatikan Karin yang berdiri dihadapannya dengan kemeja panjang juga celana jeans yang dia kenakan.

"Saya tidak bisa kehilangan pekerjaan ini," ucap Karin dengan suara yang nyaris tak terdengar.

Selama beberapa saat Jordan terdiam, tapi setelahnya pria itu mempersilahkan Karin untuk masuk ke dalam.

"Masuk."

Karin langsung masuk ke dalam rumah besar itu. Dia mengikuti langkah kaki Jordan dan berhenti di dekat sofa.

"Duduk."

Sekali lagi Karin menurut. Tanpa mengatakan apapun Karin duduk manis di sofa empuk itu.

"Kesalahan yang kamu buat terlalu banyak hari ini, jadi aku rasa akan lebih baik jika posisimu digantikan dengan orang lain," kata Jordan.

"Tidak, jangan, saya mohon Pak." Karin menatapnya dengan wajah memelas.

Pengeluarannya setiap bulan sangat banyak karena cicilan hutang yang harus dia bayarkan.

"Kau benar-benar akan melakukannya?" tanya Jordan dengan alis bertaut.

"Iya.. saya akan melakukannya," jawab Karin pelan.

Di tempatnya duduk Jordan tertawa. Dia menatap lekat-lekat Karin yang sejak tadi tidak berani menatapnya.

Dapat Jordan lihat dengan jelas Karin yang tengah mencengkram kuat tas yang ada di pangkuannya.

'Papa kamu meninggalkan hutang sebesar dua ratus juta dan dia baru membayar lima puluh juta, jadi kamu yang harus melunasinya.'

'Setiap bulan kamu harus membayar sepuluh juta.'

Mata Karin terpejam selama beberapa saat. Dia mengingat semua perkataan Mamanya ketika dia akan pergi bekerja ke ibu kota.

Selama ini lelah Karin hanya untuk melunasi hutang kedua orang tuanya bukan untuk kesenangannya.

"Saya.. Saya akan melakukan apapun asal tidak dipecat." Karin menatap Jordan dengan tatapan sendu.

Jordan tidak memperdulikan tatapan itu. Dia malah tersenyum sambil melipat kedua tangannya di dada.

Keliatannya ini akan menjadi malam yang asik untuknya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Boss Arogan itu Suamiku   10

    Jordan pulang dengan raut wajah muram. Pria itu terlihat berkali-kali lipat lebih menyeramkan dari hari biasanya. Karin tidak tau apa alasannya. Dia ingin mengajukan pertanyaan, tapi tidak berani melakukannya. Sekarang Karin mengintip dari balik pintu kamarnya. Matanya menatap ke arah Jordan yang sedari tadi menghisap rokoknya.Wajah pria itu terlihat sangat tidak bersahabat. Terhitung sudah lima batang rokok yang pria itu habiskan sejak pulang. "Apa terjadi sesuatu ya? Aku jadi penasaran," ucap Karin sambil terus mengintip suaminya itu. Sedangkan di ruang tamu itu Jordan yang terus-terusan menghisap rokoknya berusaha menjernihkan pikirannya. Kabar yang dia terima tadi membuat kepalanya pening bukan main. Setelah menghabiskan rokok ke enam Jordan beralih pergi menuju dapur. Dia mengambil satu botol wine yang ada di dalam sana. Kemudian Jordan kembali dan duduk di sofa. Dia menenggak minuman itu perlahan. Kepalan tangan Jordan begitu terlihat. Urat-urat di lengan pria itu semaki

  • Boss Arogan itu Suamiku   9

    Karin gemetar karena ketakutan. Dia langsung berjalan menjauh dari ruangan yang berada di bawah tangga itu. Mata Jordan menatap nyalang ke arahnya. Pria itu melangkahkan kakinya dengan cepat dan langsung menutup kembali pintu itu dengan kuat. "Apa yang kau lakukan?!" bentak Jordan. Karin menggelengkan kepalanya dengan cepat. Tangannya bergetar hebat karena ketakutan. Di dalam sana dia melihat tumpukan senjata yang tertata rapih di dalam lemari juga ada beberapa yang tergantung di tembok. Jantung Karin berdegup dengan begitu kencang. Apalagi ketika melihat sebuah foto yang tertempel di tembok. "Jangan membuka ruangan ini sembarangan! Hanya aku yang boleh membukanya!" seru Jordan lagi. "Maaf.. maafkan aku Jordan aku tidak tau," kata Karin dengan cepat. Jordan berdecak kesal. Dia langsung mengusir Karin dari hadapannya yang membuat wanita itu langsung berlari menjauh. "Sialan!"Setelah Karin pergi Jordan langsung masuk ke dalam ruangan itu. Dia melihat berbagai macam pistol juga

  • Boss Arogan itu Suamiku   8

    "Kau tidur saja di kamar tamu!"Jordan berkata dengan ketus begitu mereka masuk ke dalam rumahnya. Sekitar pukul sembilan pagi tadi Jordan memang langsung pergi dari rumah orang tuanya bersama dengan Karin yang sudah berstatus menjadi istrinya. Saat sampai di rumahnya dia langsung meninggalkan Karin dan membiarkan wanita itu membawa barang-barangnya sendiri dengan kesusahan. Begitu baru saja masuk Jordan langsung mengatakan hal itu dengan ketus sambil menunjuk ke arah kamar yang berjarak dua pintu dari kamarnya. "Baik, terimakasih Pak," kata Karin pelan. "Pak? Kau memanggil suamimu dengan sebutan Pak?" tanya Jordan dengan sedikit kesal. "Maaf, maksudku terimakasih banyak Jordan," kata Karin yang mengulangi kembali perkataannya. Jordan bergumam pelan. Kemudian dia menatap wajah Karin yang selama beberapa detik. "Apa kau benar-benar memanfaatkan aku untuk membayar semua hutang keluargamu?" tanya Jordan sambil melipat kedua tangannya di dada. Pria itu menatap Karin dengan angkuh.

  • Boss Arogan itu Suamiku   7

    Jordan menyematkan cincin di jari manis Karin dan para tamu undangan bertepuk tangan dengan heboh. Setelah itu Karin melakukan hal yang sama, dia menyematkan cincin di jari manis Jordan yang kini telah resmi menjadi suaminya. Selesai prosesi tukar cincin itu Karin diminta untuk mencium punggung tangan Jordan yang langsung wanita lakukan hingga kini tepuk tangan para tamu undangan semakin terdengar. Kemudian giliran Jordan yang diminta untuk mencium kening Karin. Saat melakukannya mata Jordan terpejam selama beberapa detik, tapi dia tidak langsung menjauhkan wajahnya. Jordan malah menunduk dan mengatakan sesuatu di depan wajah Karin yang membuat wanita itu menahan sesak dalam dadanya. "Aku sama sekali tidak pernah mengharapkan pernikahan ini, jadi jangan berharap banyak padaku."Setelah itu Jordan menjauhkan wajahnya. Kini mereka berdua menghadap ke arah tamu undangan sambil menunjukkan seulas senyuman. Pernikahan ini bukan hanya Jordan yang tidak mengharapkannya, tapi Karin pun sa

  • Boss Arogan itu Suamiku   6

    "Papa tidak bisa melakukan hal itu padaku!"Jordan membuntuti Mario yang kini masuk ke dalam ruang kerjanya. Dia masih terus memberikan penolakan atas keinginan sepihak yang Mario ambil untuknya. Menikah? Itu adalah salah satu hal yang tidak ingin Jordan lakukan, tapi Mario memaksanya untuk menikah dengan sekretarisnya sendiri? Agh sialan! "Papa! Aku tidak mau menikah!" seru Jordan. Kali ini Mario yang sudah dikuasi emosi. Dia berbalik dan menatap anak laki-lakinya itu dengan wajah memerah."Kalau kau tidak mau tinggalkan jabatan mu sekarang dan kembalikan semua fasilitas yang telah Papa berikan!" kata Mario dengan penuh penekanan. "Pa!""Berhenti protes Jordan! Kau tanggung sendiri akibat dari perbuatan mu." kata Mario. Jordan menghela nafasnya kasar. "Aku tidak mau..."Penolakan yang kembali Jordan katakan membuat Mario semakin dikuasai emosi, tapi berusaha keras Mario menahannya. "Papa sudah berkali-kali mentoleransi semua kesalahan yang kau buat Jordan, tapi untuk kali in

  • Boss Arogan itu Suamiku   5

    Kedatangan Mario secara tiba-tiba ke rumah membuat Jordan panik bukan main. Pria paruh baya yang memergoki dirinya dengan Karin itu sekarang tengah menatapnya dengan tajam. Baik Jordan atau Karin tidak ada yang berani untuk mengeluarkan suara. Bahkan Karin hanya bisa menunduk sambil memainkan jari-jari tangannya karena merasa gugup dan takut. Mario tidak menyangka Jika dia akan melihat Jordan bersama Karin. Namun, Mario tidak berpikir bahwa Karin yang menggoda anaknya dia malah berpikir bahwa Ini semua adalah ulah anaknya sendiri. Selama ini Mario mengenal Karin sebagai wanita baik-baik. Oleh karena itu kejadian yang tidak sengaja dilihat ini menurutnya adalah kesalahan dari anaknya sendiri. Mario berpikir pasti ini semua adalah ulah Jordan yang memaksa Karin untuk mau melakukannya. "Apakah tidak ada yang mau bicara dan menjelaskan semuanya?" tanya Mario sambil menatap kedua orang itu secara bergantian. Karin langsung terdiam dengan jantung yang berdegup kencang. Dia bahkan tida

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status