Share

6

"Papa tidak bisa melakukan hal itu padaku!"

Jordan membuntuti Mario yang kini masuk ke dalam ruang kerjanya. Dia masih terus memberikan penolakan atas keinginan sepihak yang Mario ambil untuknya.

Menikah?

Itu adalah salah satu hal yang tidak ingin Jordan lakukan, tapi Mario memaksanya untuk menikah dengan sekretarisnya sendiri?

Agh sialan!

"Papa! Aku tidak mau menikah!" seru Jordan.

Kali ini Mario yang sudah dikuasi emosi. Dia berbalik dan menatap anak laki-lakinya itu dengan wajah memerah.

"Kalau kau tidak mau tinggalkan jabatan mu sekarang dan kembalikan semua fasilitas yang telah Papa berikan!" kata Mario dengan penuh penekanan.

"Pa!"

"Berhenti protes Jordan! Kau tanggung sendiri akibat dari perbuatan mu." kata Mario.

Jordan menghela nafasnya kasar.

"Aku tidak mau..."

Penolakan yang kembali Jordan katakan membuat Mario semakin dikuasai emosi, tapi berusaha keras Mario menahannya.

"Papa sudah berkali-kali mentoleransi semua kesalahan yang kau buat Jordan, tapi untuk kali ini Papa tidak bisa melakukannya!" ucap Mario.

Raut wajah Jordan kini terlihat pasrah. Mana mungkin dia mau melepaskan posisinya sebagai pemimpin perusahaan atau mengembalikan semua fasilitas yang Mario berikan padanya.

Mau jadi apa dia tanpa itu semua?

"Menikah dengan Karin kalau kau masih menginginkan namamu berada di sini," kata Mario sambil menunjuk nama Jordan Pradipta yang berada di atas meja kerja pria itu.

Sebelum Jordan sempat mengatakan sesuatu Mario sudah kembali bicara dan mengatakan hal yang membuatnya terdiam.

"Jangan buat kecewa Mama! Kau tau kalau Mama tidak akan suka jika melihatmu bersikap seperti ini," ujar Mario dengan raut wajah yang berubah sendu.

Kali ini Jordan tak bisa banyak bicara. Dia langsung diam tanpa memberikan penolakan lagi.

••••

Menikah dengan atasannya sendiri itu seperti mimpi buruk bagi Karin. Ternyata Mario tidak berbohong ketika mengatakan bahwa dia akan dinikahkan.

Sekarang pria paruh baya itu sudah mulai menyiapkan pernikahan. Bahkan hari ini dia dan Jordan pergi untuk fitting baju.

Tidak seperti pasangan pada umumnya yang pergi bersama untuk fitting baju kali ini Karin pergi sendirian. Dia dan Jordan berjanjian untuk bertemu di tempat itu.

Dan ternyata Karin sampai lebih dulu. Setelah satu jam Jordan baru datang dan langsung menghampirinya.

"Cepat."

Pria itu berjalan mendahuluinya. Kemudian Jordan menemui seorang wanita paruh baya yang merupakan pemilik butik.

"Akhirnya Tuan Pradipta datang juga, calon istri anda sudah menunggu sejak tadi," katanya sambil tersenyum ramah.

Jordan hanya tersenyum tipis. Di sampingnya ada Karin yang terlihat bingung dan tidak tau harus melakukan apa.

"Saya sudah memiliki rekomendasi beberapa gaun pernikahan yang sangat cantik dan mewah," ucap Madam Dee.

"Iya tunjukkan saja padanya dan biarkan dia memilih sendiri," kata Jordan sambil melirik Karin.

Setelah mengatakan itu Karin mengikuti Madam Dee ke tempat dimana deretan gaun pernikahan berada. Di sana Karin dapat melihat gaun yang begitu megah dan mewah hingga membuatnya berdecak kagum.

Dia merasa sangat tidak pantas untuk mengenakan gaun semewah ini.

••••

"Kalau bukan karena Papa aku tidak akan mau menikah denganmu."

Jordan berkata dengan ketus begitu Karin masuk ke dalam mobilnya. Setelah selesai fitting baju Mario menelpon dan meminta mereka berdua untuk datang ke rumah.

Akhirnya mau tidak mau Jordan pergi bersama dengan Karin. Nanti kalau dia datang seorang diri Papanya itu akan mengomel lagi.

"Aku juga tidak mau menikah denganmu," kata Karin pelan.

Perkataan Karin barusan membuat Jordan menoleh lalu tersenyum sini. Wanita itu pasti hanya beralasan, dia pasti senang menikah dengan pria sepertinya.

Sepanjang perjalanan tidak ada percakapan sama sekali hingga akhirnya mereka berdua sampai juga. Tanpa mengatakan apapun Jordan langsung turun dan disusul dengan Karin yang bergegas berjalan di sampingnya.

Saat masuk ke dalam rumah mata Karin membulat dengan sempurna. Di sana sudah ada kedua orang tuanya yang entah sejak kapan mereka datang.

"Ibu? Ayah?"

Jordan ikut memandang ke arah yang sama. Dia melihat dua orang dengan pakaian sederhananya itu tengah duduk bersama dengan Papanya.

Agh sial!

Apa Jordan harus benar-benar menikah dengan Karin?

"Kemarin dan duduk," kata Mario pada keduanya.

Jordan patuh. Dia berjalan mendekat dan duduk di hadapan Padanya bersama dengan Karin.

"Jordan sapa calon mertuamu," titah Mario.

Karena tidak mau membuat keributan akhirnya Jordan menurut. Dia bersalaman dan mencium kedua tangan orang tua Karin dengan sopan.

"Ternyata kau masih belum memberitahu orang tuamu Karin? Mereka sangat terkejut ketika diberi tau," ucap Mario.

Karin meringis pelan sambil mengangguk. Dia memang belum mengatakan apapun pada orang tuanya karena tidak tau bagaimana cara mengatakannya.

"Tidak masalah sudah saya beri tau dan sekarang Papa akan memberi tau mengenai tanggal pernikahan," kata Mario.

Jordan menghela nafasnya kasar. Raut wajahnya sama sekali tidak terlihat senang.

"Tiga hari lagi pernikahan dilangsungkan."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status