Kembali pada kehidupanku yang sunyi. Setelah kejadian terakhir kali aku memutuskan sambungan telepon dari Keanu, pria itu tidak menghubungiku lagi. Biasanya dia yang lebih dahulu menghubungiku untuk meminta maaf. Kali ini mungkin dia merasa perlakuanku sudah keterlaluan. Mungkin saja dia juga sudah muak dengan sifatku yang terlalu kekanak-kanakan.
Adrian juga sama. Dia menepati janji untuk tidak menghubungi dan menemuiku. Hatiku kembali terasa kosong. Mereka yang selama ini tanpa kusadari telah berada di sana, serasa pergi meninggalkanku, menyisakan ruang kosong yang sulit kuisi.Memasuki akhir tahun, jadwal penerbanganku makin padat. Tidak ada istilah libur untuk pekerja sepertiku disaat orang lain menikmati jadwal libur yang panjang. Akhir tahun ini aku lebih banyak mendapat jadwal rute penerbangan internasional. Aku hampir tidak pernah kembali ke apartemen. Membuatku mampu kembali menata hati. Mencoba berpikir dengan cara logis seperti biasa.Orang yaLangit Hong Kong yang mendung berubah cerah kurasa. Kegalauan hati yang selama beberapa minggu bergelayut sirna sudah. Ah! Semudah itu Keanu meyakinkanku untuk menunggunya. Suaranya memberi kekuatan pada hatiku."Kean, boleh aku minta satu hal?""Apa? Jangan susah-susah, nanti aku enggak bisa kasih." Tawa ringannya begitu menenangkan. Gigi kelinci membuat senyumnya terlihat seksi."Enggak, kok. Cuma minta kamu sempatin balas chat aku. Biar aku bisa tenang," pintaku penuh harap dengan wajah merajuk. Permintaan yang kesekian kali kuutarakan."Aku usahakan." Dia tersenyum lembut. "Aku kan pernah bilang sama ka
Angin dingin menerpa wajahku begitu keluar dari restoran. Aku merapatkan syal di leher, dan menutupkannya ke kepala untuk meredam rasa dingin yang terasa menusuk. Hari sudah mulai gelap, lampu-lampu pertokoan telah dinyalakan, menambah semarak Kowloon District yang mulai ramai. Aku berjalan kembali ke hotel, tidak tertarik untuk menambah padatnya tempat ini. Aku hanya berniat menghabiskan malam tahun baru dalam kesenyapan kamar. Kemeriahan menyambut pergantian tahun telah dimulai, serpihan cahaya warna-warni dari kembang api serta lampu-lampu sorot, begitu indah menghiasi langit. Aroma minuman sarat kafein dari penjual kopi yang ku lewati menggelitik indera penciuman. Mengusik memori akan satu tempat di bilangan Kemang,
Pagi kembali menyapa disertai bunyi alarm yang melengking memekakkan telinga. Aku menggeliat masih dengan mata yang enggan dibuka. Baru beberapa menit rasanya aku tertidur. Jika memperturutkan mata yang masih terasa berat, aku enggan beranjak dari bawah selimut yang hangat. Namun, aku tidak mampu mengabaikan kewajiban yang harus ku lakukan di setiap awal hari, melaksanakan ibadah shalat. Kulihat Kristi sudah meringkuk dalam selimutnya di tempat tidur sebelah. Aku tidak sadar jam berapa gadis itu kembali. Dengkuran halusnya menandakan dia masih terbuai mimpi, meskipun pagi telah menjelang. Kulirik langit pagi ini, masih terlihat gelap, walaupun cahaya matahari telah mengintip malu-malu di ujung langit sana. Penunjuk suhu pada ponsel menampilkan
Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini. Setiap kejadian yang kita alami merupakan rancangan sempurna Sang Pencipta. Pun dengan pertemuanku dengan Adrian pagi ini di hotel, aku tidak menganggapnya sebagai kebetulan belaka. Namun, aku masih belum mampu menyelami maksud Tuhan mempertemukan kami kembali disaat aku tengah berusaha memantapkan hati pada Keanu.Mungkin benar adanya, butuh ujian untuk melihat seberapa kuatnya ketetapan hati ketika mencintai seseorang. Disaat Keanu telah berhasil merebut tempatnya kembali di hatiku, Adrian kembali muncul. Meski setitik rasa yang kemarin sempat membuatku goyah mulai kembali menyapa, tetapi kupaksakan untuk sirna.Adrian menyantap makanannya dalam diam, terlihat larut dalam pikirannya. Setelah tadi aku sempat menyinggung rencana Kea
Pagi ini mendung. Dari kemarin sore awan gelap terus saja menggantung. Seolah tak mau membiarkan langit tersenyum bersama mentari. Membuat siapa saja yang tidak mempunyai keperluan penting di luar rumah, enggan beranjak dari peraduan. Namun, pagi ini aku merasa suntuk berdiam diri di unitku. Biasanya selalu ada Adrian yang mengusir rasa bosan ini. Dia selalu bisa kuandalkan sebagai teman bercerita. Tak terasa sudah satu tahun pertemananku dan Adrian terjalin. Rasanya sudah sangat lama pria itu hadir dalam kehidupanku. Lalu kini entah kenapa, rasa kosong itu benar-benar terasa ketika tak lagi menghubunginya. Rasa kosong yang berbeda ketika melepas Keanu pergi. Bahkan rasa kosong yang kurasa ketika ditinggal Dendra, tak sekosong ini. Apa benar, aku sebenarnya tanpa sadar sudah jatuh cinta pada Adrian? Denting halus dari ponsel membuyarkan lamunanku tentang Adrian. Sebuah pesan dari Rani. [Beib, ketemuan yuk. Kapan lo nggak terbang?]Gegas k
"Kenapa lo?" tanya Rani saat dia sudah kembali ke meja. "Lo masih suka kontak sama Dendra?" Aku balik bertanya dengan tatapan nanar. Tak menyangka sahabat yang kukenal baik selama ini akan berkhianat. "Uhm, nggak kok." Rani mengendikkan bahu. Kemudian duduk dengan ekspresi biasa di kursinya. Terbukti bahwa Rani tak jujur. Jika dia memang tidak pernah berhubungan lagi dengan Dendra, kenapa pesan dari Dendra tadi menunjukkan kalau lelaki itu mengetahui rencana kami bertemu hari ini. "Lo tau nggak, pas kita habis liat apartemen kemarin, Dendra juga ada di sana. Tu orang kayak hantu juga ya. Gentayangin gue mulu." Aku berusaha memancing dan melihat reaksi Rani. Sekilas kulihat Rani mengerjap sebelum dia berkata, "Dia ngapain di situ?""Nggak tau, gue nggak nanya ...." Kalimatku terhenti saat melihat sosok itu mendekat ke meja kami. "Terus sekarang orangnya juga lagi datang ke sini tuh!" aku menunjuk dengan dagu ke arah yang kutuju. "
Aku mematut kembali penampilan di cermin. Rambutku telah tergelung rapi dalam tatanan rambut frenchtwist, model gelungan rambut standar ketika sedang bertugas. Tas hitam kecil dari kulit telah tersampir di bahu. Koper pun telah siap. Aku melenggang turun ke lobi, menyeret koperku.Hari ini aku akan berangkat ke London. Sengaja tak kuberi tahu Keanu perihal jadwalku hari ini, berniat memberinya kejutan. Alamatnya telah kukantongi, hasil mengorek informasi dari Sarah, adik perempuannya. Aku juga mewanti-wanti agar dia tidak memberi tahukan Keanu perihal keberangkatanku hari ini ke negara asal Pangeran Charles tersebut."Bismillah." Kurapalkan kembali doa, ketika pesawat bergerak pelan di taxi way untuk persiapan ke landasan pacu.
Aku sudah menyusun banyak rencana untuk mengunjungi beberapa tempat bersama Keanu ketika berada di London. Suasana romantis setiap sudut kota ini seharusnya bisa menjadi tempat melepas rindu, tetapi Tuhan tidak mengizinkan segala anganku terwujud. Sekali lagi, aku terlalu pongah sebagai manusia, masih saja lupa meminta Sang Pemilik hati, agar menjaga hati Keanu untukku.Semalaman menangis, membuat kepalaku pagi ini terasa begitu berat bagai ditindih ribuan beban. Luka itu kembali hadir di tempat yang sama. Terasa lebih perih.[Mei, kamu menginap di mana? Apa kita bisa bertemu?] sebuah pesan masuk dari pria itu.[Sudah, tidak usah bertemu lagi, Kean. Tidak ada gunanya lagi.] Aku membalas pesannya dengan