Share

Penghuni Hutan yang Mencurigakan

last update Last Updated: 2025-07-24 01:44:59

Suro Joyo berjalan dengan langkah tenang penuh kehati-hatian menelusuri kelebatan Hutan Jiwangkara. Setiap langkahnya penuh kewaspadaan, matanya menyapu sekeliling, mencermati setiap gerak di balik semak belukar. Tujuh hari tujuh malam adalah waktu yang panjang di tengah hutan yang angker.

Manusia yang masuk hutan harus siap berhadapan dengan ancaman binatang buas dan siluman jahat. Berbagai macam binatang buas siap memangsa manusia. Para siluman yang terkenal sangat jahat dan keji mampu mengubah darah dan bangkai binatang menjadi makhluk buas yang mengerikan. Makhluk jadi-jadian yang berasal dari darah atau pun bangkai itu sangat buas, akan menelan manusia dengan sekali kunyahan!

Gambaran tentang ancaman yang harus dihadapi, terus membayangi benak Suro Joyo. Takut? Tentu ada rasa takut juga. Setiap manusia pasti punya rasa takut. Apalagi ketika berada di sebuah tempat yang baru, suatu hutan belantara alias rimba raya yang memiliki aura menyeramkan dan mematikan bagi manusia yang lemah jiwa dan raganya.

“Sebenarnya apa tujuan Ki Tambung menguji calon muridnya berada di hutan ini?” gumam Suro Joyo sambil terus melangkahkan kaki. “Apakah pengujian ini bisa membuat calon muridnya memiliki kemampuan yang lebih dibandingkan sebelumnya?”

Walaupun tidak mendapatkan jawaban pasti atas pertanyaan tersebut, Suro Joyo tetap semangat menelusuri Hutan Jiwangkara. Tekatnya makin kuat untuk segera bisa berguru kepada Ki Tambung. Selesai berguru dan mendapatkan ilmu yang mumpuni, barulah Suro Joyo akan menyusun kekuatan untuk merebut kembali tahta Krendobumi dari tangan Badas Wikatra. Sosok pendekar dari golongan hitam, kejam, memiliki sifat menindas, dan tega melakukan apa saja demi menggapai kekuasaan.

Berkaitan dengan kekuasaan yang diperoleh dengan mengabaikan moral, Suro Joyo teringat pada hutan, rimba, atau biasa disebut alas. Ketika memasuki hutan rimba, atau rimba raya, Suro Joyo teringat hukum tak tertulis tapi ada dalam dunia persilatan. Namanya hukum rimba.

“Hukum rimba itu hukum yang tidak ada aturannya,” kata Suro Joyo dalam hati. “Hukum yang tidak ada aturannya sama saja tidak ada sama sekali. Jadi pada hakikatnya, hukum rimba itu hukum yang tanpa hukuman. Orang bebas melakukan apa saja karena tidak akan mendapatkan sanksi apa pun ketika melanggar hukum. Orang bebas melakukan apa saja di hutan belantara yang karena tidak akan mendapatkan sanksi hukum, di hutan belantara orang bebas membunuh, membantai, menganiaya, atau segala bentuk kejahatan. Semua orang bebas melakukan tindakan apa pun karena tidak bakalan kena hukuman.”

Badas Wikatra menerapkan hukum rimba. Dia merasa paling kuat, paling punya kesaktian dibandingkan pendekar lain di jagat raya. Maka Badas berani melakukan tindakan jahat, serakah, dan semau sendiri untuk merebut tahta Krendobumi. Pendekar paling menjijikkan dalam menerapkan prinsip hidupnya itu menggunakan segala cara, termasuk tipu daya untuk mendapatkan tahta. Dia berani melakukan apa saja untuk mencapai tujuan kotornya.

Waktu terus melaju. Laju waktu terasa lambat bagi Suro Joyo. Ada rasa jenuh karena kemana pun dia melangkah selalu bertatapan dengan pohon tua yang besar, umur ratusan tahun. Kadang berpapasan dengan berbagai binatang yang belum pernah dia temui di luar hutan. Para binatang itu menyingkir saat bertemu Suro Joyo. Mereka takut dijadikan mangsa. Padahal Suro Joyo tidak mungkin membunuh mereka, baik menggunakan senjata atau pun tangan kosong.

Membunuh binatang apa pun di Hutan Jiwangkara, sama saja mengundang petaka. Suro Joyo belum pernah mengetahui jenis makhluk apa yang menjelmadari bangkai atau darah binatang. Namun menurut cerita yang pernah beredar, binatang jejadian itu memiliki besar yang berlipat-lipat, buas, dan memiliki daya rusak luar biasa. Daripada menempuh risiko yang tidak kecil, lebih baik menghindari risiko itu.

Sampai sore hari, tidak ada sesuatu yang dikhawatirkan. Suro Joyo istirahat di bawah pohon besar beralaskan akar yang menjalar di tanah datar. Di dekat pohon ada danau yang airnya sangat bening. Di ujung danau kecil itu ada pancuran yang memancarkan air murni dari sumbernya.

Di sekitar pohon besar tempatnya beristirahat, Suro Joyo melihat beberapa pohon buah-buahan yang sebagiannya sudah matang. Ada buah mangga, asam, dan jambu biji. Dari susunannya, sepertinya ada yang menanam buah itu secara sengaja di sekitar sini.

”Aneh ..., kalau ini ada yang menanam secara sengaja, siapa dia?” gumam Suro Joyo dalam keheranannya. “Ah, tidak mungkin! Mana ada manusia yang bisa hidup lama di sini? Apalagi sempat menanam buah-buahan secara rapi di sekitar sini?”

Belum hilang rasa kagetnya, Suro Joyo melihat ke samping kanan. Di dekat pohon ada berbagai tanaman umbi-umbian, talas, ketela pohon, dan ketela rambat. Juga ada aneka tanaman sayur tumbuh di belakang Suro Joyo. Mulai bayam, kacang panjang, dan berbagai tanaman sayur lain ada di sekitar Suro Joyo bagian belakang. Semua tanaman itu liar, tapi berbuah lebat.

“Ini pasti ada yang menanam, atau mungkin sesekali merawatnya,” kata Suro Joyo lirih. “Siapa dia? Silumankah? Ataukah mungkin ada kera atau sebangsa kera yang mampu berpikir setara dengan manusia, lalu menanam ini semua?”

Suro Joyo hanya bisa menebak-nebak, tidak mampu memastikan. Tidak ada yang bisa diajak bicara untuk menanyakan. Tidak ada orang yang bisa dimintai penjelasan tentang keunikan yang ditemukan di sekitar pohon besar ini.

Tiba-tiba Suro Joyo kepikiran untuk memanjat pohon yang digunakan untuk berteduh sampai puncak. Dengan ilmu memanjat tebing yang pernah diajarkan Maeso Item, Suro Joyo mampu merayapi pohon besar sampai puncak dalam waktu sekejapan mata.

“Wow..., ternyata ini pohon yang tertinggi di Hutan Jiwangkara,” gumam Suro Joyo. “Ditilik dari dahan dan daun yang kuinjak, ini sepertinya sering dijamah sosok makhluk yang berdiri di sini untuk melihat pemandangan sekitar hutan. Lagi-lagi sosok makhluk itu mengundang tanda tanya besar. Makhluk itu manusia, binatang, ataukah siluman?”

Suro Joyo masih memeras otak untuk mencari jawaban atas pertanyaannya. Dia terus berpikir sambil mengamati alam raya dari puncak dahan pohon tertinggi. Dia edarkan pandangan ke segala penjuru mata angin.

Sampai malam, ketika sudah siap-siap tidur di atas dahan bagian tengah pohon, Suro Joyo belum bisa mendapatkan jawaban yang paling tepat. Atau setidaknya mendapatkan jawaban yang paling masuk akal.

“Kalau yang menanam buah, sayuran, dan umbi-umbian di bawah sana tadi siluman, rasanya tidak masuk akal,” gumam Suro Joyo. “Mereka tidak mungkin memakan makanan yang biasa dimakan manusia.”

Namun Suro Joyo juga tidak yakin yang menanam itu binatang semacam kera. “Karena kera tidak akan mampu menanam dengan susunan serapi itu. Selain itu, jejak-jejaknya akan terlihat.”

“Kemungkinan terakhir yang menanam itu manusia,” kata Suro Joyo lirih. “Kalau yang menanam itu manusia, maka dia pasti manusia pilihan. Dia pasti bukan orang sembarangan. Dia pasti seorang pendekar hebat pilih tanding. Untuk mengerjakan penanaman itu membutuhkan waktu. Dia berarti manusia hebat yang mampu bertahan di sini dalam waktu lama.”

Sampai tertidur pulas pun, Suro Joyo belum menemukan satu jawaban yang memuaskan. Semalaman Pendekar Rajah Cakra Geni itu tidur nyenyak sekali. Kelelahan tubuh dan pikiran beberapa hari sebelumnya membuat dia bisa tidur tanpa gangguan mimpi atau pun suara-suara binatang hutan yang menyeramkan.

Pagi hari terbangun ketika sinar matahari menerpa tubuhnya. Dia siap-siap turun ke bawah sana untuk makan umbi dan buah yang kemarin dia petik, disimpan dalam buntalan kain.

Naun niat Suro Joyo untuk menapakkan kaki di tanah tertunda. Di bawah sana sudah ada belasan serigala bertubuh besar yang menatap Suro Joyo dengan sorot mata tajam. Gerombolan binatang buas itu siap memangsa manusia yang berani menapakkan kaki di bawah pohon besar!

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Brubuh Krendobumi - Pendekar Kembara Semesta Seri 3    Serangan Mendadak yang Mematikan

    Ayumanis, dengan kelincahan yang luar biasa, berputar di antara kerumunan. Pisau-pisau kilatnya berkelebat cepat, memutus urat-urat tangan pucat atau menusuk leher tak berdarah makhluk-makhluk itu. Setiap gerakan adalah tarian maut yang presisi, tapi ia bisa melihat kelelahan mulai membayangi wajah para prajurit di sekelilingnya. Mereka tidak dilatih untuk menghadapi teror seperti ini."Makhluk apa ini?" teriaknya, suaranya sedikit tertahan saat ia harus melompat mundur dari sergapan tiga makhluk sekaligus.Westi Ningtyas, di sisi lain, menggunakan kecakapannya dalam menangkis dan menghindar. Pedang panjangnya berkelebat, memblokir cakar-cakar yang mengancam dan sesekali menyerang balik dengan tusukan cepat. Tapi, ia merasa merinding. Tatapan makhluk-makhluk itu, atau lebih tepatnya, ketiadaan tatapan dari rongga mata kosong mereka, jauh lebih mengerikan daripada musuh mana pun yang pernah ia hadapi. "Mereka tidak punya titik lemah biasa!" serunya, saat pedangnya menembus tubuh salah

  • Brubuh Krendobumi - Pendekar Kembara Semesta Seri 3    Serangan dari Bawah Tanah

    Mereka bergerak cepat, menempuh jarak sangat jauh dalam waktu singkat. Malam ketiga setelah keberangkatan, kelompok inti Suro Joyo tiba di luar Benteng Jagabaya. Benteng itu menjulang kokoh di atas bukit, temboknya tinggi dan menara pengawasnya tampak tegak waspada di bawah sorotan obor. Tapi, yang mengejutkan, pos-pos penjagaan di luar benteng tampak sepi, bahkan beberapa obor padam."Ini aneh," bisik Lodra Dahana, mengamati benteng dari balik semak-semak. "Jayengsata terkenal sebagai senapati yang teliti. Pos terdepan seharusnya tidak lengah seperti ini."Suro Joyo mengernyitkan dahi. "Terlalu sepi. Ini bisa jadi jebakan, atau mereka sudah mengetahui kedatangan kita dan sengaja membiarkan kita mendekat.""Atau," Ayumanis, yang entah sejak kapan sudah berada di sisi mereka, berbisik dengan suara rendah, "Kelompok Arum Hapsari telah melakukan tugas mereka."Lodra Dahana tersentak. "Maksudmu...?"

  • Brubuh Krendobumi - Pendekar Kembara Semesta Seri 3    Badas Wikatra Mencurigai Sangkalpala

    Di sudut ruangan, sebuah laci rahasia tersembunyi di balik ukiran singa. Laci itu adalah warisan dari Patih terdahulu, digunakan untuk komunikasi rahasia dalam situasi darurat. Sangkalpala membuka laci itu, memutar tiga ukiran kecil yang berbeda secara berurutan. Di dalamnya, ada sebuah lubang gelap, jauh di bawah istana, menuju jaringan terowongan rahasia yang hanya diketahui oleh segelintir orang. Di ujung jaringan itu, seorang mantan penjaga istana yang setia pada mendiang Raja, bernama Wiratama, menanti. Wiratama akan menjadi penghubung.Jantung Sangkalpala berdegup kencang. Tangannya gemetar saat ia menaruh liontin itu ke dalam lubang. Ia merasakan liontin itu meluncur ke bawah, menghilang dalam kegelapan. Sebuah napas lega, bercampur dengan ketakutan yang dingin, meluncur dari paru-parunya. Informasi itu telah dikirim. Misi pertamanya berhasil.Ia menutup kembali laci rahasia itu, memutar ukiran singa kembali ke posisi semula, memastikan tidak ada jejak yang tertinggal. Kemudian

  • Brubuh Krendobumi - Pendekar Kembara Semesta Seri 3    Pengkhianatan Sangkalpala

    Suro Joyo menatap ke sekeliling, pada ribuan orang yang kini telah berlutut di hadapannya, dari panglima perkasa hingga prajurit paling rendah. Beban itu, berat seperti gunung, kini terasa nyata di pundaknya. Ia merasakan energi dari setiap jiwa yang berjanji setia, kekuatan yang mengalir ke dalam dirinya, bukan hanya dari mantra atau ajian, melainkan dari kepercayaan murni.Ia mengangkat tangannya, meminta mereka bangkit. "Maka dengarkanlah!" Suaranya kembali menggelegar. "Mulai saat ini, aku, Suro Joyo, menerima tanggung jawab ini. Aku akan menjadi panglima tertinggi kalian! Besok pagi, kita akan melancarkan serangan pertama kita. Target kita adalah Wanabisala. Ini bukan hanya perang, ini adalah janji kepada rakyat Krendobumi, janji bahwa tirani akan berakhir!"Ribuan suara bergemuruh menyambut, "Hidup Suro Joyo! Hidup Krendobumi!" Semangat mereka membumbung tinggi, menembus dinginnya malam.Suro Joyo men

  • Brubuh Krendobumi - Pendekar Kembara Semesta Seri 3    Pesan Sangkalpala untuk Arum Hapsari

    Lodra Dahana menunjuk ke peta. "Pasukan Garbaloka akan memimpin serangan langsung ke Gerbang Selatan. Saya akan memimpin barisan terdepan. Kita akan memanfaatkan elemen kejutan dan jumlah pasukan yang besar."Arum Hapsari menambahkan, "Pasukan loyal Krendobumi akan bergerak dari timur, menciptakan kekacauan di Gerbang Timur. Meskipun jumlah kami tak sebanyak pasukan utama, kami mengenal seluk-beluk kota dan bisa menarik perhatian yang cukup.""Ayumanis dan kelompok pendekar cepat akan menjadi kesatuan penembus,” Suro Joyo melanjutkan. "Begitu gerbang terbuka, kalian akan menjadi garda terdepan untuk mengamankan posisi, menetralisir pertahanan awal, dan membuka jalan bagi pasukan utama." Ayumanis mengangguk, pisau-pisau di pinggangnya seolah bergetar menanti aksi.Westi Ningtyas ditugaskan untuk mengoordinasikan pasokan dan menjaga jalur komunikasi yang aman. Sadrata dan Lakseta akan tetap di sisi Suro Joyo sebagai

  • Brubuh Krendobumi - Pendekar Kembara Semesta Seri 3    Semangat Menyala Kembali

    Suro Joyo menarik napas dalam-dalam, pandangannya mengamati peta Krendobumi yang terbentang di atas meja. Setiap wilayah yang harus direbut kembali, setiap benteng yang harus ditembus, setiap nyawa yang akan dipertaruhkan. Ia memikirkan gurunya, Ki Tambung, yang telah mewariskan ilmu dan pusaka kepadanya. Ia memikirkan kedua orang tuanya, yang kematiannya menjadi pemicu perjalanan panjang ini."Raden...," Lodra Dahana kembali bersuara, merasakan keraguan sesaat di wajah Suro Joyo. "Apakah Anda bersedia menerima tugas berat ini? Memimpin kami semua menuju kemenangan, atau...,"Suro Joyo mengangkat tangannya, menghentikan kalimat Lodra Dahana. Ia memejamkan mata sejenak, membayangkan wajah Badas Wikatra, ilusi-ilusi yang pernah ia hadapi, dan kekejaman yang telah menyelimuti Krendobumi. Tidak ada jalan untuk mundur. Ini adalah takdirnya."Saya bersedia," katanya, suaranya mantap, memenuhi tenda. "Saya akan memimpin aliansi ini. Sekarang, mari kita bahas strategi. Aku ingin tahu setiap d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status