Share

Ditelanjangi

last update Last Updated: 2021-05-18 19:17:32

Ceritanya mulai panas nih, happy reading.

"Kau tidak dengar? Aku bilang lepaskan pakaianmu, sampah!" bentak Viana murka.

Hart melihat Ali dengan tatapan meminta pertolongan. Jiwanya terguncang hebat, ia benar-benar tidak menyangka jika penghinaan itu akan terjadi padanya.

Ini sangat berbeda dengan apa yang disampaikan Ali, berbeda dengan apa yang tertulis dalam berkas yang pernah ia baca. Budak, kata itu tidak tertulis di sana dan tak pernah juga disinggung oleh Ali sebelumnya.

"Apa arti semua ini?" Pertanyaan itu terus terlintas di benak Hart.

"Hei manusia rendahan! kenapa kau diam saja," geram Viana dengan mata melotot.

Sekali lagi, Hart menatap Ali. Pemuda itu seharusnya bisa melawan, berontak dan pergi. Namun, entah kenapa ia tak bisa bergerak, seakan kakinya dirantai, mulutnya dibungkam. Semua karena tekanan seorang Veronica Erviana yang tiba-tiba, auranya yang benar-benar mencekam. Namun, Hart tidak merasa takut, ia hanya bingung.

Turuti katanya, isyarat itu Ali sampaikan leawat sorot mata, isyarat yang menghapus harapan terakhir Hart.

Dengan tidak berdaya, Hart melepaskan jas hitam basah hingga terlihat seluruh kemeja yang tadinya putih bersih berganti warna yang beragam, noda dari cairan yang dituangkan padanya.

"Tidak mungkin, tidak mungkin kulakukan ini," jerit Hart dalam batinnya.

Hatinya terus menolak, tapi tangannya seakan bergerak sendiri, membuka satu per satu kancing kemejanya.

"Kenapa ... kenapa aku tidak berhenti, kenapa aku tidak bisa menolak?" Hart berusaha menahan gerakannya, lengannya sampai bergetar, bahkan tubuhnya.

"Tubuhku gemetar, apa aku ketakutan? tidak, seharusnya sedikit pun aku tidak takut padanya."

Memang benar tubuhnya gemetaran, tapi itu bukan karena takut pada Viana. Tubuh yang basah tanpa kain yang menutupi akan kedinginan di tengah ruangan penuh pendingin, Hart mengigil.

"Lihatlah, sampah rendahan ini bergetar ketakutan." Viana tertawa puas, diikuti tawa ejekan para tamu.

"Sedikit pun aku tidak merasa takut padamu," batin Hart saat menatap Viana yang berdiri angkuh di hadapannya.

Hart benar-benar dijadikan bahan lelucon seperti badut. Dipermainkan untuk menghibur para tamu keluarga Veronica, juga sebagai penegasan akan kekuasaan mereka yang mampu mengendalikan hidup seseorang.

Di pintu depan, seorang wanita paruh baya baru saja tiba.

"Selamat malam, Nona," sapa para penjaga padanya.

"Ada apa di sana?" Wanita itu melihat kerumunan tamu yang tertawa.

"Nona Viana mempermainkan seorang budak, Nona." Seorang penjaga menjawab dengan wajah tertunduk.

Wanita itu melengkah mendekat, lalu ia dapat melihat pemuda yang berdiri di sana tanpa mengenakan selembar pakaian.

"Sepertinya aku melewatkan acara utamanya," sesal wanita itu dalam hati.

"Jangan menatapku, lihatlah dirimu yang persis seperti gembel," hina Viana yang kesal saat pandangan Hart mengarah padanya.

"Sekarang, lepaskan celanamu!" perintahnya kemudian.

"Tidak! Tidak akan kulakukan hal itu," tolak Hart yang akhirnya berani untuk bicara.

Sejauh ini ia hanya diam sebab saran dari Ali, semuanya ia lakukan agar terhindar dari masalah yang lebih besar lagi. Akan tetapi jika tindakan Viana sudah sejauh itu maka jelas Hart akan menolaknya.

"Apa katamu? Kau pikir kau punya pilihan? Huh!" geram Viana, wanita ini tak pernah suka dengan penolakan.

Viana tak ingin mendengar penolakan dari manusia dengan derajat yang lebih rendah darinya. Semua yang ia perintahkan harus dilakukan, setiap yang ia inginkan harus terwujud.

Wanita itu semakin geram sebab manusia yang ia anggap seperti sampah berani menolak perintahnya.

"Kau berani bicara dan bahkan menolak perintahku. Lakukan kataku! Jika tidak ...."

"Kenapa jika tidak?" sela seseorang memotong ucapan Viana.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Budak Cinta Mrs. CEO   Nikmat

    "Bu-bukannya kau yang kalah? Kukira aku menang karena kamu pergi di tengah-tengah taruhan," terang Ryu. "Aku tidak kabur!" tampik Momo berteriak. "La-lalu kenapa kau mencuci piringmu?" "Ka-karena kamu berisik banget pas aku lagi sibuk. Jangan salah paham, aku cuma tidak mau kalau kau mengusik pekerjaanku," jelas Momo beralasan. Saat itu Momo memang merasa sudah kalah. Ia sadar betul kalau mulutnya sudah mengeluarkan desahan lirih. Namun, karena Ryu mengungkitnya, harga dirinya tidak terima kalau lelaki itu merasa sudah menang. "Lagi pula, kau tegang, kan?" tukas Momo lirih. Ryu tersentak, tapi berusaha tetap bersikap normal, meski bintik keringat mulai bermunculan di wajahnya. "Ja-jangan bercanda. Aku tidak tegang, kok. Ya, aku tidak tegang," kata Ryu meyakinkan. "Serius?" Momo menatap tajam seolah tak percaya. "Tentu saja! Memangnya kau lihat? Huh? Kau lihat?" Ryu akhirnya bisa mendapatkan lagi ket

  • Budak Cinta Mrs. CEO   Atur Posisi

    "Kau mau grepe-grepe, kan? Dasar orang jahat," lirih Momo tampak lelah. "Kalau kau menang, aku akan lakukan semua pekerjaan rumah. Kalau aku menang, lakukan bagianmu," kata Ryu mengingatkan tujuan taruhan mereka. "Woi! Kau dengar?" tanya Ryu sebab tak mendapat tanggapan. "Aku capek, mau tidur. Lakukan saja, kalau punyamu sudah 'naik', bangunkan aku," lirih Momo tanpa membuka mata, berniat tidur sambil duduk. "Cih! Dia meremehkanku. Waktu itu semuanya selesai sebelum aku menyentuhmu, tapi itu tidak akan terjadi lagi. Jangan main-main denganku, aku menang kali ini meski harus bertaruh nyawa," tekad Ryu dalam hati. Ryu menaikkan lutut kiri pada sofa tepat di samping tubuh Momo, lengan kirinya bertumpu pada punggung sofa di mana Momo bersandar. Telunjuk kanan Ryu bergerak perlahan ke arah tonjolan kecil pada pusat dada kiri Momo. Gadis itu jelas tak memakai kutang, hal itu bukan lagi kejutan bagi Ryu. Kali ini ia mampu bertahan dari j

  • Budak Cinta Mrs. CEO   Tindih

    "Apa lagi kalau bukan perempuan. Ryu pasti sudah dapat pacar baru, sepertinya lebih buruk dari mantannya." "Masa, sih? Tapi aku tidak sangka kalau Ryu itu tipe lelaki yang ganti kepribadian setiap kali ganti pacar. Dulu dia selalu tepat waktu, aku rasa kita harus berterima kasih pada mantannya." Diam-diam Ryu mendengar dan menyimak pembicaraan dua wanita yang terdengar sedikit prihatin padanya. Berbaliklah ia dan menyela. "Em ... aku pastikan tidak akan terjadi lagi, soal keterlambatan itu," kata Ryu tersenyum. "Wah! Maafkan aku!" Perempuan yang membicarakannya tersentak kaget. "Harusnya aku yang minta maaf. Kalian repot gara-gara aku selalu terlambat," balas Ryu. "Ya- ya sudah. Kami mau makan siang dulu. Permisi." Kedua wanita muda itu buru-buru pergi. "Jangan dimasukkan ke hati. Yah, seharusnya kau memperhatikan kondisimu, kau terlihat kelelahan. Aku paham kau ingin membantu temanmu, tapi kamu tidak bisa melakukannya k

  • Budak Cinta Mrs. CEO   Tidak Lama

    Apa-apaan ini?' Ryu tertunduk diam menahan kesal sebelum mulai bicara, "Apa kau pernah dengar tentang 'hormon gila pria'?" lirihnya bertanya. "Pernah. Itu saat mereka mendapat rangsangan tertentu, bukan?" "Kadang saat lelaki kelelahan, dia bisa tegang dengan sendirinya. Itulah yang terjadi padaku saat di kereta, itu bukan seperti kau yang membuatku tegang atau semacamnya. Dan aku bukan penjahat kelamin, kau pasti menyadari semua itu, kan?" jelas Ryu menegaskan. "Sebaliknya, orang yang terangsang itu justru kau. Kau cuma ingin memutar balikkan fakta dan menuduhku jadi tersangka. Tapi tinggal dengan orang itu ... bahkan memintaku memijatmu. Aku tak tahu mana penjahat kelamin atau yang mesum di sini! Faktanya, mungkin kau sengaja mengintipku di kamar mandi kemarin!" lanjut Ryu menuduh. Momo hanya diam saja menyimak, menahan suara tak mengatakan apa pun. Namun, bagi Ryu, hal itu justru lebih menakutkan dibanding gadis itu membalas tuduhannya

  • Budak Cinta Mrs. CEO   Sentuhan

    "Apa? Kok, tidak bisa?" Saat Ryu akan menjelaskan alasannya, seseorang mendorong lelaki itu dari belakang hingga ia harus menempelkan tubuhnya ke dada Momo. Paha Ryu bahkan menyusup di antara paha Momo dan menyentuh selangkangannya. Namun, Momo seolah tak peduli dan mencoba memohon lagi. "Tolonglah. Tolong biarkan aku menyewa kamarmu," pinta Momo menatap Ryu dengan wajah sedih penuh harap. Tatapan itu berdampak kuat pada mental Ryu. "Ini, kan ...? Mirip di film-film ... yang ada yang sales sedang jualan," batin Ryu. Imajinasi nakalnya mulai berkeliaran, membayangkan Momo menyerahkan tubuhnya demi mendapatkan sebuah kamar. "Sial ...! Anuku bangun. Apa dia menyadarinya. Apa dia serius, tinggal serumah dengan seorang lelaki yang bisa saja hilang kendali?" batin Ryu bertanya-tanya. Meskipun kemarin Momo terlihat sangat percaya diri, kali ini dia tampak begitu lemah. Ryu kasihan melihatnya, merasa ingin menolong, tapi membantu

  • Budak Cinta Mrs. CEO   Meremas

    "Hei, apa kau serius bilang kalau aku yang terangsang?" Nada bicara Momo terdengar berat. "Eh? Ti- tidak." Ryu coba mengelak, menarik kembali ucapannya. "Kau yakin tidak akan tegang meski kau menyentuhku?" Momo bertanya lagi. "Be- benar." Ryu menjawab singkat, mulai menyesali perkataan sebelumnya. "Baiklah. Ayo kita taruhan! Sentuh aku sepuasmu," tantang Momo. "Apa? A- apa kau bilang? Taruhan?" tanya Ryu gugup. "Aku kesal, kau ngoceh terus dari tadi dengan alasan konyol." "Bukan. Tadi itu bukan alasan." "Cukup! Ayo kita jadikan kesempatan ini untuk menyelesaikan segalanya. Aturannya mudah saja. Selama sepuluh menit, kau boleh menyentuh bagian mana saja di tubuhku. Kalau aku mulai mendesah, kau yang menang. Tapi kalau kau tegang sebelum aku mendesah, aku yang menang," tutur Momo menjelaskan. Mereka bukan pasangan kekasih, bahkan baru kenal beberapa jam yang lalu. Semua berawal di hari sebelumnya, kehidupan R

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status