Share

84 POV Selin

Author: Miss_Pupu
last update Last Updated: 2025-05-08 19:30:55

"Semoga saja wajah si Raya menjadi busuk!" Selin yang kini berada di bandara nampak tertawa puas. Wanita muda itu akan pergi ke luar kota untuk bersembunyi sekaligus liburan. Tak ada rasa bersalah dalam hatinya, padahal sudah melukai wajah Raya. Dia malah terlihat senang karena berhasil melukai wajah Raya. Dia malah berharap semoga wajah Raya rusak dak Aditya tak jadi menikah dengan Raya.

Selin masih menunggu jadwal penerbangan. Dia berangkat lebih awal karena mengincar dari pencarian Aditya.

Tidak lama ponsel Selin berdering. Panggilan masuk dari mamahnya. Terpaksa Selin menjawab telepon agar mamahnya tidak khawatir.

"Iya, Mah. Aku akan pergi liburan bersama teman-teman, mamah jangan khawatir." Selin langsung menjelaskan pada mamahnya tanpa jeda begitu benda pipih miliknya ia tempelken pada telinga.

"Bukan tentang liburan, Selin. Aditya akan melaporkan kamu ke polisi," lapor ibunya Selin dari dalam telepon.

"Apa!" Bola mata Selin sampai terbelalak. "Mamah jangan bercanda deh," imbuhn
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Bukan Ibu Susu Palsu   85 Bersedih

    3 hari setelah insiden penyiraman minyak panas kepada wajah Raya. Hari ini Raya diantar oleh Aditya untuk pergi ke rumah sakit guna mengecek wajahnya."Bagaimana kalau wajah saya menjadi cacat?" desis Raya ketika di dalam mobil menuju rumah sakit. "Jangan bicara seperti itu, Raya. Pasti akan ada obat untuk menyembuhkan setiap luka," bantah Aditya segera. Nampaknya Aditya tidak mau kalau sampai Raya bersedih. Ketika telah sampai di rumah sakit, di sana perban yang melilit wajah Raya mulai dibuka oleh petugas medis.Seketika Raya terkejut ketika melihat wajahnya melalui pantulan cermin. "Ya Tuhan!" Bekas luka bakar di pipi Raya terlihat jelas. Bukan hanya di bagian dua sisi, pada hidung Raya juga terdapat luka bakar. Warna kulit pada wajah Raya menjadi berubah belang, keriput dan banyak totol berwarna putih bagaikan telur. Seketika air mata Raya menetes karena bersedih. Dia menggelengkan kepalanya. Semakin tidak pantas saja dia berdampingan dengan Aditya. Raya semakin merasa tidak p

    Last Updated : 2025-05-09
  • Bukan Ibu Susu Palsu   86 Pergi Untuk Perawatan

    Tapi begitu Raya membuka pashmina yang menutupi wajahnya, seketika Fatih terkejut.Bola mata Fatih nampak membulat sempurna saat melihat wajah Raya. "Bubu..." Volume suaranya perlahan mengecil. Sementara kedua tangan Fatih terlihat memeluk Anita di sampingnya. Seperti Tengah berlindung dari rasa takut."Sayang, itu Bubu. Wajah Bubu sakit, Terluka, harus diobati sama dokter. Nanti kita ke dokter bareng-bareng ya, obati wajah Bubu yang sakit." Anita berbicara begitu pelan kepada Fatih. Wanita paruh banyak itu berusaha menjelaskan dengan pelan-pelan dengan memakai gaya bahasa anak-anak, agar Fatih bisa memahami."Bubu, sakit?" Perlahan Fatih mulai melepaskan pelukannya dari Anita. Anak laki-laki itu mulai berjalan mendekati Raya. Raya tidak pernah menyangka, Fatih benar-benar mendekatinya kemudian mengelus kedua belah pipinya. "Bubu, sakit?" Anak tunggal Aditya itu bertanya dengan raut wajah penasaran kepada Raya. Raya pun segera menganggukan kepalanya dengan pelan. "Iya, Fatih Sayang

    Last Updated : 2025-05-09
  • Bukan Ibu Susu Palsu   1 Kehilangan

    "Bayimu meninggal, Bodoh!" Raya terkejut. Sebelah tangan nampak menutup mulut yang sedikit menganga. Air matanya seketika luruh di pipi. Isi hatinya benar-benar hancur porak poranda. "Tidak...." Wati—sang mertua mendekat pada Raya, bukan untuk menenangkan sang menantu, melainkan malah mendorong kepala Raya dengan jemari tangannya. "Ini semua gara-gara kamu!" geramnya. Wati marah karena Raya nekad pergi ke Jakarta sendirian. Akibatnya Raya harus mendadak melahirkan karena batinnya terguncang usai memergoki sang suami bersama seorang wanita paruh baya tengah berduaan di kamar kostnya. Bagaimana mungkin ini gara-gara Raya, sedang ia tak pernah tahu kondisi kehamilannya selama ini. Wati adalah mertua yang so tahu, tak pernah membiarkan Raya memeriksa kandungan ke Dokter atau Bidan. Dunia Raya seketika hancur, dadanya semakin sakit. Mendengar bayinya meninggal terasa lebih menyakitkan dari pada memergoki suaminya selingkuh. Kepala Raya tiba-tiba pusing, pandangannya gelap hingg

    Last Updated : 2025-03-14
  • Bukan Ibu Susu Palsu   2 Diusir

    Aditya nampak menyeringai. Ia kemudian langsung masuk ke ruangan tempat bayinya berada. Dari sudut matanya terlihat bulir bening yang terbendung. Pria itu nampak terharu. "Permisi, Pak. Atas izin dari neneknya, bayi Pak Adit sudah mendapatkan ASI." Perawat yang berjaga di ruangan bayi langsung mendekati Aditya. "Lalu, apakah ada perkembangan bagus pada bayi saya?" tanya Aditya nampak antusias. "Tentu saja, Pak. Kondisi bayi Pak Adit berangsur baik. Apalagi jika terus menerus mendapatkan ASI secara maksimal." Sejenak Aditya terdiam. Ia menatap wajah bayinya yang memang sedikit lincah dari biasanya. Tangan dan kaki sang bayi yang keriput kini bergerak-gerak lincah, membuat Aditya merasa lega. Ia kemudian mengembalikan pandangan pada perawat di sampingnya. "Dimana pemilik pendonor ASI itu? Saya ingin bertemu," tanya Aditya tak mau menunda waktu. "Ibu Raya sudah keluar dari rumah sakit sejak siang tadi, Pak." Napas Aditya seketika lesu. "Apakah Anda bisa membantu saya? Saya ingin ta

    Last Updated : 2025-03-14
  • Bukan Ibu Susu Palsu   3 Dimanfaatkan

    Bukan hanya Wati, Winda pun nampak tercengang. Kebetulan mereka memang tengah membutuhkan uang yang banyak untuk membayar hutang-hutang Winda. "Minta tolong apa?" Wati kembali bertanya. "Saya membutuhkan ASI yang banyak untuk pemulihan bayi saya." Aditya menjawab. Pandangannya kemudian beralih pada Winda yang ia sangka adalah Raya. "Jika Raya bersedia mendonorkan ASI-nya, saya bersedia membayar berapa pun nominal yang Raya minta. Asalkan bayi saya mendapat ASI yang cukup sampai berat badannya maksimal." Mendengar penjelasan Aditya, Wati dan Winda nampak menganga karena tercengang. Sepertinya ini adalah kesempatan bagus bagi mereka. "Sebentar, Pak." Wati langsung menarik tangan Winda untuk masuk ke dalam kamar Winda. Tentu karena Wati ingin berbicara serius dengan putrinya itu. Di dalam kamar Winda, wajah Wati nampak masih terkejut. Isi kepalanya berseliweran tumpukan uang kertas berwarna merah. "Dengarkan Mama, Winda. Kita akan kembali ke depan menemui pria yang bernama Aditya b

    Last Updated : 2025-03-14
  • Bukan Ibu Susu Palsu   4 Bertemu Kembali Dengan Bayi Mungil

    Beberapa jam setelah Wati dan Winda berlalu, kini tinggalah Raya sendiri d rumah yang sederhana itu. Keadaan rumah masih berantakan, Raya berusaha membereskan semuanya. Tapi pekerjaannya harus tertunda ketika mendengar pintu di depan rumah diketuk seseorang. Tok tok tok! Apakah Wati dan Winda sudah kembali? Secepat itukah? Raya bergegas mengelap tangannya yang basah usai mencuci piring. Ia segera melangkah menuju pintu utama. Ketika Raya membuka pintu, yang datang ternyata Raihan. Sedikit tercengang namun Raya berusaha tenang. "Kemana saja kamu, Mas?" tanya Raya pada suaminya. Namun tanggapan Raihan terlihat sinis. "Harusnya aku yang bertanya, kamu yang ke mana saja? Anak meninggal malah keluyuran!" geramnya. Mendengar itu, Raya menautkan kedua alisnya. "Aku keluyuran? Gak salah dengar aku?" Ia menunjuk wajahnya sendiri. "Sudahlah! Aku tidak bisa kamu bodohi." Raihan melangkah masuk, melewati tubuh Raya tanpa perduli. Pria itu seolah amnesia akan kesalahan sebelumnya. "Aku ba

    Last Updated : 2025-03-14
  • Bukan Ibu Susu Palsu   5 Tertekan

    Ketika jarum pada benda bundar yang melilit pergelangan tangan Raya sudah menunjukan pukul lima sore, wanita berbulu mata lentik itu baru saja tiba di rumah Wati. Sempat ragu untuk masuk rumah karena takut dimarahi mertua, tapi Raya belum punya pilihan lain. Pintu utama di rumah Wati nampak terbuka, Raya tak usah repot mengetuk pintu. Ketika Raya sudah berdiri di ambang pintu, ia melihat Wati dan Raihan tengah berbincang serius di ruang tamu. "Begitulah istri kamu, Raihan. Kerjaannya hanya keluyuran. Menghabiskan semua uang hasil kerja kerasmu. Itulah alasan mengapa Mama tak pernah suka dengan Raya." Wati kembali memanipulasi keadaan dengan melempar bensin di atas bara yang tengah menyala. Degh! Dada Raya terasa geram mendengar ucapan Wati dari balik celah pintu. Langkahnya seketika tertahan. Bisa-bisanya Wati berbohong pada anaknya. Padahal selama ini Wati dan Winda yang telah menghabiskan uang kiriman dari Raihan. "Dulu, aku pikir Raya adalah wanita lugu, Ma. Tak disangka kalau

    Last Updated : 2025-03-14
  • Bukan Ibu Susu Palsu   6 Bagai Disambar Petir

    Setiap pagi, ASI Raya selalu diperas, dibawa Wati dan Winda pergi untuk kemudian diberikan kepada Aditya Fadillah. Mereka bilang, ASI itu akan didonorkan pada bayi yang membutuhkan. Tapi ketika Raya meminta ikut, Wati langsung melarangnya. "Aku ingin melihat bayi yang aku beri ASI setiap hari itu." "Memangnya kamu tidak percaya pada Mama? Kamu pikir Mama berbohong?" "Tentu saja bukan itu alasannya, Ma. Aku hanya ingin ketemu saja dengan bayinya." "Tidak perlu. Pekerjaan di rumah masih banyak. Kamu cukup selesaikan pekerjaan kamu. Jangan membantah. Jangan membuat Mama marah dan kecewa. Diam di rumah, bereskan rumah, jangan kemana-mana!" Karena Raya banyak protes, pagi ini pintu rumah bahkan di kunci dari luar. Artinya, Raya tidak bisa kemana-mana. Kondisi saat ini membuat Raya kian tertekan. Sementara dalam hati, ia ingin sekali pergi ke Jakarta. Ada yang harus diselidiki. Raya tidak bisa diam saja. Ia segera berganti pakaian. Namun ketika melihat isi dompet, seketika tubuhnya l

    Last Updated : 2025-03-20

Latest chapter

  • Bukan Ibu Susu Palsu   86 Pergi Untuk Perawatan

    Tapi begitu Raya membuka pashmina yang menutupi wajahnya, seketika Fatih terkejut.Bola mata Fatih nampak membulat sempurna saat melihat wajah Raya. "Bubu..." Volume suaranya perlahan mengecil. Sementara kedua tangan Fatih terlihat memeluk Anita di sampingnya. Seperti Tengah berlindung dari rasa takut."Sayang, itu Bubu. Wajah Bubu sakit, Terluka, harus diobati sama dokter. Nanti kita ke dokter bareng-bareng ya, obati wajah Bubu yang sakit." Anita berbicara begitu pelan kepada Fatih. Wanita paruh banyak itu berusaha menjelaskan dengan pelan-pelan dengan memakai gaya bahasa anak-anak, agar Fatih bisa memahami."Bubu, sakit?" Perlahan Fatih mulai melepaskan pelukannya dari Anita. Anak laki-laki itu mulai berjalan mendekati Raya. Raya tidak pernah menyangka, Fatih benar-benar mendekatinya kemudian mengelus kedua belah pipinya. "Bubu, sakit?" Anak tunggal Aditya itu bertanya dengan raut wajah penasaran kepada Raya. Raya pun segera menganggukan kepalanya dengan pelan. "Iya, Fatih Sayang

  • Bukan Ibu Susu Palsu   85 Bersedih

    3 hari setelah insiden penyiraman minyak panas kepada wajah Raya. Hari ini Raya diantar oleh Aditya untuk pergi ke rumah sakit guna mengecek wajahnya."Bagaimana kalau wajah saya menjadi cacat?" desis Raya ketika di dalam mobil menuju rumah sakit. "Jangan bicara seperti itu, Raya. Pasti akan ada obat untuk menyembuhkan setiap luka," bantah Aditya segera. Nampaknya Aditya tidak mau kalau sampai Raya bersedih. Ketika telah sampai di rumah sakit, di sana perban yang melilit wajah Raya mulai dibuka oleh petugas medis.Seketika Raya terkejut ketika melihat wajahnya melalui pantulan cermin. "Ya Tuhan!" Bekas luka bakar di pipi Raya terlihat jelas. Bukan hanya di bagian dua sisi, pada hidung Raya juga terdapat luka bakar. Warna kulit pada wajah Raya menjadi berubah belang, keriput dan banyak totol berwarna putih bagaikan telur. Seketika air mata Raya menetes karena bersedih. Dia menggelengkan kepalanya. Semakin tidak pantas saja dia berdampingan dengan Aditya. Raya semakin merasa tidak p

  • Bukan Ibu Susu Palsu   84 POV Selin

    "Semoga saja wajah si Raya menjadi busuk!" Selin yang kini berada di bandara nampak tertawa puas. Wanita muda itu akan pergi ke luar kota untuk bersembunyi sekaligus liburan. Tak ada rasa bersalah dalam hatinya, padahal sudah melukai wajah Raya. Dia malah terlihat senang karena berhasil melukai wajah Raya. Dia malah berharap semoga wajah Raya rusak dak Aditya tak jadi menikah dengan Raya.Selin masih menunggu jadwal penerbangan. Dia berangkat lebih awal karena mengincar dari pencarian Aditya.Tidak lama ponsel Selin berdering. Panggilan masuk dari mamahnya. Terpaksa Selin menjawab telepon agar mamahnya tidak khawatir."Iya, Mah. Aku akan pergi liburan bersama teman-teman, mamah jangan khawatir." Selin langsung menjelaskan pada mamahnya tanpa jeda begitu benda pipih miliknya ia tempelken pada telinga."Bukan tentang liburan, Selin. Aditya akan melaporkan kamu ke polisi," lapor ibunya Selin dari dalam telepon."Apa!" Bola mata Selin sampai terbelalak. "Mamah jangan bercanda deh," imbuhn

  • Bukan Ibu Susu Palsu   83 Disiram Minyak Panas

    Mendengar suara Raya berteriak dari arah dapur, serentak Aditya dan Anita terkejut. Mereka segera beranjak dari tempat duduk, berlarian menuju sumber suara Raya menjerit meminta tolong."Aww!!!" pekik suara jeritan Raya semakin keras. "Tolong!" teriak Raya kemudian.Ketika Aditya dan Anita telah sampai di ruang dapur, dia melihat Raya menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan sambil merintih kesakitan. "Ada apa ini?" Aditya menjadi tegang kemudian bertanya kepada Selin dan pembantunya yang masih berdiri sedikit menjauh dari Raya."Dia kecelakaan," jawab Selin beralasan. Wajahnya menjadi terlihat gugup, dia tidak berniat untuk melakukan itu. Semuanya terjadi begitu saja, cepat dan spontan. Aditya tak bergeming, segera mendekati Raya yang tengah merintih kesakitan. Begitu Aditya membuka telapak tangan Raya yang menutupi wajah, sontak dia terkejut. Wajah Raya sudah memerah, akibat terbakar oleh minyak panas yang mengenai wajahnya. "Ya Tuhan!" "Kenapa bisa terjadi seperti ini?" Ta

  • Bukan Ibu Susu Palsu   82 Jahat

    Dalam perjalanan menuju kediaman orang tua Sarah, perasaan Aditya sebenarnya merasa tidak enak hati, seperti ada firasat sesuatu yang buruk akan terjadi. Dia sangat khawatir kalau orang tua Sarah akan menolak niatnya. Tapi Aditya harus berusaha. Apapun hasilnya nanti, dia akan tetap memperjuangkan Raya.Kendaraan roda empat mewah milik Aditya sudah sampai di depan rumah orang tua Sarah dan Selin. Semuanya segera keluar dari mobil.Ketika sudah berada di depan pintu utama, Aditya tidak perlu menekan bell. Seorang pembantu rumah tangga di kediaman mewah milik orang tua Sarah, sudah mengetahui kedatangan Aditya. Wanita berseragam pembantu itu segera membuka pintu utama. "Apakah Ibu dan Bapak ada di rumah?" Aditya bertanya kepada pembantu rumah tangga itu."Ada, Tuan. Mari, silahkan masuk." Dengan ramah pembantu rumah tangga itu mempersilahkan Aditya dan keluarganya untuk masuk. Setelah Aditya, Anita dan juga Raya yang masih menggendong Fatih duduk di sofa yang berada di ruang tamu, or

  • Bukan Ibu Susu Palsu   81 Jalan Yang Mulus

    "Jadi apa jawabannya?" Aditya yang sudah penasaran tidak bisa menahan pertanyaannya."Apakah kamu bersedia menikah dengan saya?" Dengan isi dada yang menggebu-gebu, Aditya bertanya lagi untuk memastikan. Sementara dengan Raya, lidahnya terasa berat untuk berucap. Dia masih mematung dalam beberapa detik. Bola matanya bahkan terlihat masih berkaca-kaca, dia ingin menangis tapi bukan bersedih. "Apa jawabannya, Raya?" Aditya sampai bertanya lagi untuk yang kesekian kalinya. Hingga Raya akhirnya menganggukan kepalanya. Aditya terperangah. "Apa itu artinya kamu bersedia menikah dengan saya?" "Iya, Pak." Dengan penuh keyakinan Raya menjawab sambil mengganggukan kepalanya.Aditya menghala nafas lega. Dua sudut bibirnya nampak tertarik ke samping. Duda tampan itu terlihat sangat bahagia. "Terima kasih atas kepercayaan kamu kepada saya," ucapnya terharu. "Saya yang harusnya berterima kasih pada Pak Aditya, saya ini hanya wanita biasa yang jauh dari kata istimewa. Bahkan tidak sekufu denga

  • Bukan Ibu Susu Palsu   80 Jawabannya

    Beberapa hari berlalu, Aditya kembali menemui Raya. "Saya ingin bicara sangat penting." Di ruang dapur setelah selesai mencuci tangan, Raya membeliak terkejut mendengar suara Aditya. "Silahkan, Pak," balasnya dengan terbuka. "Tapi tidak di sini, saya ingin bicara serius dengan kamu di tempat yang lain."Raya tidak bisa menolak, dia segera mengikuti langkah Aditya di belakang."Tunggu sebentar, Pak." Raya menahan langkah Aditya ketika telah sampai di pintu utama."Kenapa?" Aditya menjeda langkahnya. "Bolehkah saya mengajak Fatih? Saya khawatir Fatih menangis seperti tempo lalu. Saya tidak bisa meninggalkannya terlalu lama," pinta Raya.Aditya mematung dalam beberapa detik kemudian ia menganggukan kepalanya. "Boleh," jawabnya akhirnya. Raya pun menyeringai senang. Dia segera meminta izin kepada Anita. Setelah mengantongi izin, Raya pun segera menggendong Fatih.Kebetulan hari ini memang hari minggu, Mereka terlihat seperti keluarga kecil yang hendak piknik."Semoga jalan-jalannya me

  • Bukan Ibu Susu Palsu   79 Menagih Jawaban

    "Maksudnya untuk apa? Ini terlalu mewah untuk saya, Pak." Raya bertanya lagi. Ia melayangkan tatapannya pada Aditya.Aditya segera meraih sebelah tangan Raya lalu diusapnya dengan lembut. Perlakuan Aditya itu membuat Raya semakin salah tingkah."Saya ingin kamu menjadi ibu pengganti untuk Fatih. Bukan lagi ibu susunya," pinta Aditya, mengutarakan isi hati secara langsung."Apa!" Namun Raya malah terkejut. "Maksudnya?" Dia tercengang."Saya ingin kamu menjadi istri saya," pinta Aditya memperjelas.Seketika Raya menarik tangannya. Melepaskan tangannya dari genggaman Aditya. Dia terkesiap. Ucapan Aditya barusan bisa jadi hanya gurauan saja untuk Raya."Jangan bercanda, Pak. Itu tidak lucu." Raya mengusap pipinya sendiri. Dia menjadi gugup."Saya serius, Raya." Aditya kembali menegaskan. "Maukah kamu menjadi istri saya?"Raya kian terlihat gugup. Keringat dingin seketika membanjiri tubuh. Raya mengusap-usap tangannya sendiri. Gugup tak bisa dikendalikan."Kamu kenapa?" Aditya pun menjad

  • Bukan Ibu Susu Palsu   78 Tempat Romantis

    Pemilik toko bunga tersebut segera memutar rekaman CCTV yang terjadi pada kemarin sore di saat Aditya memesan bunga. Di salah satu ruangan yang hanya beberapa orang saja bisa masuk ke sana, pemilik toko, Aditya dan 3 orang saksi sudah siap menyaksikan hasil rekaman CCTV yang terjadi saat kemarin. Apa yang telah diucapkan pelayan toko, ternyata benar adanya. Dia bekerja dengan sebaik-baiknya sesuai dengan perintah Aditya. Namun keteledoran terjadi ketika Selin datang dan mengubah semuanya. Tetap saja pelayan toko yang disalahkan karena telah teledor sehingga orang lain memanipulasi keadaan. Aditya tampak mengepalkan sebelah tangannya. "Selalu saja Selin! Mengapa dia jadi menyukai kekacauan. Dia selalu saja membuatku geram," desisnya pada diri sendiri. Aditya tidak pernah menyangka kalau kejadian di toko bunga itu adalah ulah Selin. Kalau saja dia tidak menghormati mertua, mungkin Aditya sudah melabrak sang adik ipar dan membuat perhitungan dengannya. Aditya meminta maaf kepada pem

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status