Share

5. Perubahanku

last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-02 13:47:37

"Mama tahu siapa Leni? Mama kenal sama dia?" tanyaku menatap mama dengan rasa penasaran yang membuncah.

"Mama ... mama kenal sama Leni."

"Siapa dia, Ma? Kenapa Mama bisa kenal sama dia?" 

"Sebelum Ardi mengenalmu, dia sudah berpacaran dengan Leni. Mereka berpacaran sejak SMA. Awalnya, mama pikir kalau Leni adalah perempuan baik-baik, tapi dugaan mama salah. Waktu itu papanya Ardi nggak sengaja memergoki Leni jalan sama teman papanya Ardi."

"Jalan berdua?"

"Iya, dekat sekali. Papanya Ardi ngira kalau mereka adalah bapak dan anak karena sangat dekat. Waktu papanya Ardi mendekati, mereka sudah pergi."

"Terus?"

"Keesokan harinya, si papanya Ardi menyapa temannya itu dan bertanya 'kenapa buru-buru pergi? Dipanggil sampai tidak menoleh?'. Si teman papanya itu bilang kalau Leni yang meminta buru-buru pergi. Papanya Ardi tanya lagi apakah Leni itu putrinya, ternyata si temannya papa bilang kalau Leni hanya sugar baby-nya."

"Apa?" Aku tercengang mendengar cerita mama.

"Jadi, temannya papa itu sugar daddy-nya si Leni?" tanyaku. 

"Ya, Li. Sejak itu kami menentang hubungan Leni dan Ardi. Mereka harus pisah bagaimana pun caranya. Sampai kapan pun, mama dan papa tidak akan merestui hubungan mereka."

"Mas Ardi tahu, Ma?"

"Tahu dan dia sempat nggak percaya sama kita. Sampai pada akhirnya, kita memaksa mengenalkan Ardi sama kamu. Kami pikir, kalian cocok karena Ardi juga tampak bahagia ketika akan menikah dengan kamu."

"Jadi, Mas Ardi mau kenal sama aku itu karena paksaan dari Mama dan papa?" tanyaku tak percaya. 

Mama mengangguk dan kembali menangis. "Maaf, Li! Maaf! Mama nggak tahu kalau akan begini. Mama pikir, Ardi sudah benar-benar melupakan si Leni. Mama juga nggak ngerti kenapa si Ardi masih punya hubungan sama si Leni."

Aku terdiam mendengar penuturan mama.  Selama ini, aku telah mencintai orang yang tak mencintaiku. Aku telah berharap besar kepada orang yang tidak mengharapkanku. 

"Li! Maafkan mama!" 

"Ini bukan salah Mama, kok." Aku tersenyum dan berusaha setegar mungkin. Begitu pahit kenyataan yang ada di hidupku. Sungguh, ini jelas sebuah pernikahan yang tak diinginkan oleh suamiku.

"Tapi mama akan membantu kamu, Li."

"Membantu apa, Ma?"

"Tapi berjanjilah sama mama kalau kamu akan memperjuangkan rumah tangga kalian! Kamu adalah wanita yang tepat untuk mendampingi hidup Ardi," ujar mama mengiba.

Di saat terpuruk dan hancur seperti ini aku harus berjanji untuk mempertahankan rumah tangga. Bagaimana mungkin aku berjuang untuk lelaki yang mencintai wanita lain?

"Tapi, Ma—"

"Mama mohon, Li! Cuma kamu satu-satunya menantu idaman mama. Mama akan membantu hubunganmu dengan Ardi menjadi lebih baik."

"Bagaimana bisa, Ma? Sepertinya itu tidak mungkin."

"Mungkin, Li. Segala kemungkinan pasti akan terjadi. Berjanjilah sama mama untuk mempertahankan rumah tangga ini!" 

Aku menatap mama tak tega. Tanpa sadar, aku pun mengangguk pelan. Ini semua aku lakukan demi mama mertuaku. Semoga saja usaha mama dalam membantuku tiada sia-sia.

***

Semenjak kejadian itu, Mas Ardi bersikap begitu hangat kepadaku. Dia mulai menunjukkan perhatian-perhatian kecilnya. Namun, aku masih menaruh curiga dan mengawasi setiap gerak-geriknya. Sebenarnya, aku ingin ke rumah orang tuaku untuk menemui mereka, tetapi mama melarangku. Mama takut jika aku akan bercerita masalah perselingkuhan Mas Ardi.

"Dek, kamu mau dibawakan apa nanti?" tanya Mas Ardi seraya mengenakan kemejanya. 

"Nggak usah, Mas."

"Aku bawakan martabak, mau?"

"Nggak perlu, Mas."

"Tapi itu, 'kan, makanan kesukaan kamu."

"Terserah, deh, Mas."

Entah kenapa aku susah sekali untuk tersenyum kepadanya. Menyahuti perkataannya pun hanya seperlunya saja. 

"Kamu masih marah sama aku, Dek?"

"Aku ingin bertanya, tapi jawab jujur, Mas!"

Mas Ardi mendekati dan memegang kedua bahuku. "Apa, Dek? Aku pasti akan menjawab jujur." 

"Seberapa sering kamu tidur dengan Leni, Mas?" 

"A–apa maksudmu, Dek?"

"Jujur, Mas!"

"Dengar, Dek! Meski aku ada main sama Leni, tapi aku nggak pernah tidur dengannya."

"Terus, alat pengaman itu untuk apa?"

"Itu milik temanku, Dek. Jujur, kalau lipstik itu memang punya Leni, tapi kalau alat pengaman itu, aku nggak pernah memakainya. Aku nggak pernah sampai kebablasan begitu," ujarnya. Tatapan Mas Ardi begitu meyakinkanku, tetapi hati kecilku masih ragu.

Pria berkulit putih itu masih menatapku lekat-lekat. Aku mengangguk dan berkata, "Ya, Mas, aku percaya."

"Aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Aku tidak akan memiliki hubungan apa pun dengan Leni lagi." Perkataannya begitu meyakinkan diriku.

Mas Ardi merogoh saku dan mengambil dompet. "Dek, kamu pegang ini," ujarnya sambil menyerahkan kartu debitnya kepadaku. 

"Untuk apa, Mas?"

"Mulai sekarang, kamu yang pegang kartu ini. Terserah mau gunakan untuk beli apa."

"Oh, iya, sarapan, yuk, Dek! Aku sudah lapar, nih," katanya lagi. 

"Ya, Mas."

***

Siang hari, mama mengajakku pergi ke pusat perbelanjaan. Aku membeli beberapa baju baru dan baju malam sesuai saran mama. Setelah itu mama membawaku ke salon langganannya. Aku diminta untuk ikut melakukan perawatan kulit tubuh. 

"Pokoknya mama akan sering-sering ajak kamu ke sini."

"Kenapa gitu, Ma?"

"Biar kamu seneng, Li. Biar nggak suntuk di rumah terus. Iya, 'kan? Oh, ya, setelah pulang dari sini, nanti kita salon rias, ya?"

"Salon rias? Untuk apa, Ma?" 

"Merias kamu, dong, Li. Kamu harus tampil sangat cantik ketika Ardi pulang nanti. Biar Ardi semakin jatuh cinta sama kamu dan membuang jauh-jauh si Leni."

"Lily sama Leni cantik siapa, Ma?" tanyaku  ragu.

"Cantik kamu, dong, Lily! Putih juga putih kamu. Kamu tanpa make up saja sudah cantik apalagi kalau diberi make up pasti tambah cantik."

Melihat foto profil Leni, sepertinya ia memang pandai berdandan sehingga terlihat sangat menarik. Mungkin Mas Ardi suka dengan wanita yang selalu berdandan. Baiklah, aku akan mencoba menuruti seleranya.

***

Aku mulai mengubah penampilanku yang biasanya sederhana menjadi sedikit berbeda. Kali ini aku akan mencoba untuk membuat suamiku tertarik dan jatuh cinta. Entah bagaimana hasilnya nanti, yang penting aku sudah berusaha.

"Ma? Gimana, Ma?" tanyaku kepada mama yang menunggu di sofa.

"Wah!" Mama memperhatikan penampilanku dari atas sampai bawah. "Sangat-sangat cantik!" pujinya dengan senyum yang merekah.

Aku mengakui kalau dandanan di wajahku ini begitu bagus, berbeda dengan dandanan yang aku poles sendiri beberapa waktu lalu. Maklum saja, aku memang tidak pandai berdandan. 

"Ardi pasti terpukau sama penampilanmu, Li," ujar mama sambil mengepalkan kedua tangannya gemas. 

"Semoga saja, ya, Ma!" 

"Pasti, deh, pasti terpukau. Leni, mah, lewat."

Tak terasa aku dan mama menghabiskan waktu cukup lama di luar rumah. Hari sudah sore, mama mengajakku untuk segera pulang. Penampilanku benar-benar berbeda. Semoga saja Mas Ardi akan menyukai penampilanku yang seperti ini. 

Ketika kami keluar dari salon, tak sengaja aku bersenggolan dengan seorang wanita yang baru saja masuk. Dia memang berjalan tertunduk sambil bermain ponsel. 

"Aduh, hati-hati, dong, Mbak!" tegurnya kepadaku.

"Kamu?" Mama terkejut melihat wanita itu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Bukan Istri Idaman   38. Bahagia di Akhir Kisah

    Beberapa bulan kemudian ....Aku dengar, Mas Ardi bekerja dengan baik selama ini. Aku dan Leni juga sering bertukar kabar. Leni tak lagi seperti dulu. Dia sudah benar-benar berubah. Kami bahkan berteman layaknya seorang sahabat. Banyak teman yang mengirim pesan di media sosialku. Mereka tidak menyangka dengan apa yang telah kulakukan.[Kamu ngapain bantuin mantan suami dan pelakor itu?][Ih, Lily. Kalau aku jadi kamu, ogah banget untuk bantu mereka. Pakai ngasih-ngasih pekerjaan segala. Biarlah mereka kelimpungan.][Aku, tuh, heran sama kamu. Bisa-bisanya kamu membiarkan mantan suamimu bekerja di perusahaan mertuamu. Nanti kalau dia punya niatan buruk gimana? Terus kalau pelakor itu menggoda Kevin bagaimana?]Begitulah rentetan pesan dari teman-teman di salah satu media sosialku. Entah dari mana mereka mengetahui itu semua. Padahal, aku tidak pernah memposting sesuatu apapun yang berhubungan dengan Leni dan Mas Ardi.[Yakin kamu berteman baik sama pelakor ini? Ih, amit-amit.]Satu pes

  • Bukan Istri Idaman   37. Kedatangan Mas Ardi dan Leni

    Ayah dan ibu mengatakan jika sesuatu yang buruk menimpa keluarga Mas Ardi. Kabar yang aku dengar, dia dipecat dari perusahaan tempatnya bekerja. Hal yang lebih mengejutkan lagi, Leni sedang mengandung anak ke dua mereka. Aku turut prihatin mendengarnya. Di waktu yang bersamaan, mama meneleponku. Dia menanyakan kabarku dan bayiku. "Maaf, mama nggak bisa menjenguk kamu, Li," ujarnya dalam sambungan telepon."Iya, Ma. Nggak apa-apa, kok. Mama sehat, 'kan?" tanyaku."Mama sehat, Li. Tapi papa sedang tidak sehat.""Papa kenapa, Ma?""Papa sakit jantung, Li. Jadi, sudah dua bulan ini papa hanya di rumah saja.""Jadi, papa sudah nggak kerja, Ma?" tanyaku terkejut."Nggak, Li. Papa sudah berhenti bekerja.""Maaf, Ma. Lily nggak bisa menjenguk papa. Semoga papa lekas membaik, ya, Ma." "Iya, Li. Nggak apa-apa, terima kasih."Mendengar pernyataan mama, hatiku terasa pilu. Papa sedang sakit. Mas Ardi kehilangan pekerjaan dan istrinya pun sedang mengandung lagi. Aku hanya bisa mendoakan yang ter

  • Bukan Istri Idaman   36. Bertemu Leni

    ***Satu tahun kemudian ....Selama satu tahun ini hidupku sangatlah bahagia bersama Kevin. Dia benar-benar orang yang tulus mencintaiku. Tak pernah sekali pun Kevin menyakitiku. Tidak ada rahasia di antara kami. Hal sekecil apapun tak pernah Kevin sembunyikan dariku. Kevin memperlakukanku seperti ratu. Selalu ada saja hal yang membuatku bahagia. Dia sangat penyayang. Aku beruntung telah menjadi istrinya. Selama menjadi istrinya, entah sudah berapa negara yang kami kunjungi. Saat ini aku sedang mengandung darah dagingnya. Jadi, dia tak lagi mengajakku menempuh perjalanan jauh. Dia sangat menjaga kondisiku dan calon buah hati kami. Kandunganku baru menginjak empat bulan. Dia memperlakukanku dengan begitu istimewa. Apa yang aku inginkan akan ia penuhi dengan segera."Sayang, ayo minum susunya!" Kevin datang sambil memberikan segelas susu ibu hamil untukku. "Makasih," ucapku. Beginilah kebiasaannya setiap hari. Dia selalu melayaniku semenjak aku mengandung. Padahal, aku bisa melakukan

  • Bukan Istri Idaman   35. Kejutan Yang Berbeda

    Sesampainya di lokasi yang dimaksud oleh Vina, aku langsung mencari dirinya. Taman yang sepi pengunjung ini cukup gelap. Tidak ada satu orang pun di sini. Hanya ada beberapa orang di sebelah selatan. Itu pun tak banyak dan sangat jauh dari sini."Vina?" Aku berputar dan menyapu pandangan. Sepi sekali. Aku mencoba untuk menghubunginya, tetapi nomornya tidak aktif. Tentu saja aku semakin panik dan khawatir. Jangan sampai Vina kenapa-kenapa oleh Alan. Aku terus menyusuri taman yang gelap ini. Kenapa Vina harus berada di tempat yang seperti ini? Jika terjadi apa-apa dengannya, bagaimana?Taman ini biasa dipakai untuk perayaan ulang tahun, baik dewasa maupun anak-anak karena memang sangat luas. Ketika menyapu pandangan, aku rasa ada yang aneh karena lampu-lampu taman di sini mati. Entah sengaja dimatikan atau memang mati. Dari kejauhan aku melihat sebuah kain putih terbentang seperti layar proyektor beserta kursi dan meja yang tertata rapi, tetapi tidak ada orang sama sekali. Hanya ada s

  • Bukan Istri Idaman   34. Kevin Menghilang

    Saat ini aku sedang duduk berhadapan dengan Vina. Aku menceritakan semua kepadanya, termasuk menunjukkan gelang dan kalung itu kepadanya. "Ikuti apa kata hatimu!" "Iya, tapi ....""Tapi apa? Bukankah kamu juga menyukainya?" tanyanya yang kujawab dengan anggukan saja."Lily, aku tahu kamu sangat berhati-hati dalam memilih pasangan, tetapi aku yakin kalau Kevin sangat tulus mencintaimu. Selama ini dia selalu membantumu dan dia selalu ada untukmu.""Bukan maksud aku untuk memaksamu menerimanya," sambungnya sambil menghela napas. "Ya ... tapi sekarang kembali lagi ke kamunya bagaimana. Kamu meminta pendapatku, 'kan? Aku sudah ngasih pendapat. Ikuti apa kata hatimu!" lanjut Vina yang membuatku berpikir.***Sudah tiga hari Kevin tidak menghubungiku. Mungkin dia sedang sibuk dengan urusannya. Aku berdiri di depan cermin sambil menatap kalung yang aku gunakan. Ya. Setelah memikirkannya matang-matang, aku memutuskan untuk menerima Kevin menjadi kekasihku. Hatiku tak bisa menolaknya. Sejujur

  • Bukan Istri Idaman   33. Curahan Hati Mama

    "Mas Ardi berubah, Ma?" tanyaku kepada mama. Saat ini mama sudah berada di apartemenku. Dia mengatakan kalau Mas Ardi telah berubah beberapa bulan terakhir. "Iya, Li. Dia berani membentak mama. Dia berani berkata kasar sama mama.""Tapi kenapa Mas Ardi seperti itu, Ma?""Alasannya karena Leni. Mama belum bisa menerima Leni hingga saat ini. Makanya Ardi seperti itu," kata mama sambil terisak. Aku meraih tangan mama dan menatapnya. "Ma, Leni itu sekarang menantu mama. Dia sudah menjadi istrinya Mas Ardi. Dia ibu dari darah daging Mas Ardi yang merupakan cucu Mama. Sampai kapan Mama akan terus bersikap seperti ini?" tanyaku pelan. "Kamu tahu, 'kan, dari dulu mama nggak pernah suka sama Leni.""Alasan Mama tidak menyukainya karena apa? Apa karena masa lalu Leni?" tanyaku yang membuat mama mengangguk."Mama, semua orang punya masa lalu. Masa lalu Leni mungkin memang buruk, tapi dia sudah berubah, 'kan? Dia sudah tidak seperti dulu, 'kan? Laki-laki yang dicintainya hanya Mas Ardi.""Tapi

  • Bukan Istri Idaman   32. Hidup Terasa Lebih Baik

    Setelah berbulan-bulan berpisah dari Mas Ardi, aku sudah merasa lebih baik bahkan sangat baik. Tidak ada lagi kesedihan yang tersimpan di hati ketika mengingatnya. Pikiranku sudah terfokus kepada masa depan. Aku adalah anak satu-satunya ayah dan ibu. Jadi, aku memanfaatkan waktuku untuk membahagiakan mereka. Selain bekerja di kantor Pak Reno, diam-diam aku mencoba untuk berbisnis. Ayah memiliki banyak pohon pisang di kebun. Aku mencoba untuk mengolahnya menjadi keripik pisang dengan berbagai rasa. Sempat gagal untuk beberapa kali, tetapi aku tidak menyerah. Berbagai resep sudah aku coba satu per satu dan akhirnya berhasil. Aku memasarkan keripik pisang itu sendiri. Tak membutuhkan waktu lama, keripik pisang buatanku sudah banjir pesanan. Ini adalah bulan ke tiga aku menjalankan bisnis tersebut untuk ayah dan ibu. Mereka memiliki beberapa orang pekerja yang membantu pengelolaan keripik pisang. Berkat memasarkan keripik pisang ini, aku bertemu dengan Kevin. Dia berasal dari luar neger

  • Bukan Istri Idaman   31. (POV Ardi)

    Aku melihat foto Lily yang masih tersimpan di ponsel. Kami sudah resmi bercerai. Sekarang aku adalah suami dari Leni—wanita yang mampu membuatku mabuk kepayang. Leni adalah cinta pertamaku. Aku tahu sifat Leni dan Lily tidaklah sama, tetapi aku mencintai keduanya. Semenjak menikah dengan Lily, aku kagum dengannya dan mulai mencintainya. Kami memang dijodohkan karena alasan utamanya adalah untuk membayar rasa bersalahku kepada keluarganya. Alasan kedua adalah agar mama dan papa bisa memisahkanku dari Leni. Lily sangat patuh kepada orang tuaku. Lily sangat sopan dan menyayangi papa dan mama. Tutur katanya sangat lembut. Menurutku, Lily adalah wanita tersabar yang pernah kukenal. Leni dan Lily sama cantiknya, tetapi Lily lebih muda dan segar. Walau usia Leni di atas Lily, tapi dia tak kalah menggoda. Leni mampu merawat dirinya dengan baik sehingga tampak awet muda dan sangat menggoda. Aku tahu Leni pernah melakukan kesalahan besar di masa lalu. Namun, itu tak membua

  • Bukan Istri Idaman   30. Keputusan Terakhir

    "Ardi, ibu memang memaafkanmu, tapi jujur ... ibu tidak ingin Lily kembali denganmu," timpal ibu tiba-tiba. "Ke–kenapa? Bukankah Ayah dan Ibu sudah memaafkan saya? Lily juga sudah memaafkan saya. Tolong beri saya satu kesempatan lagi untuk menjaga Lily dengan baik!" ucap Mas Ardi memohon."Kami memang sudah memaafkan kamu, tapi kamu juga harus ingat dengan benih yang sudah kamu tanam di rahim perempuan lain," ucap ayah. "Mas, kamu harus ingat dengan bayi yang dikandung oleh Leni. Dia adalah darah daging kamu. Walau aku sudah memaafkan kamu, bukan berarti aku memberimu ruang untuk kembali kepadaku. Jadi, tolong kamu nikahi Leni dan tinggalkan aku, Mas!" ucapku setegar mungkin. Mas Ardi menggeleng dan semakin erat menggenggam tanganku. Papa dan mama juga ikut membujukku, tetapi aku sudah yakin dengan keputusanku untuk berpisah. Lebih baik berpisah daripada harus dimadu. Aku tidak mau mengalami tekanan batin. Aku tak setegar wanita di luar sana ya

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status